28 || Pernikahan

9K 404 106
                                    

BEBERAPA orang tampak lalu lalang, menggeser meja dan kursi. Beberapa lagi memastikan sorot kamera dan tata pencahayaan terletak dengan benar sesuai yang direncanakan. Ruangan itu ramai oleh sorakan dan seruan bahwa sesuatu harus diletakkan di sana, di sini, di sebelah situ dan lain-lain.

Sementara di sebuah ruangan, seorang wanita duduk diam di depan cermin yang memantulkan wajahnya, sejak tadi berkali-kali menyunggingkan senyuman. Di sebelahnya ada seorang wanita lainnya, bermata sipit dengan kulit putih pucat memberikannya semangat sejak semalam tadi. Wanita di depan cermin itu tetap saja merasa berdebar, kendati ini bukan yang pertama kalinya bagi dia untuk dijalani. Ini ke dua kalinya, yang meski begitu dia tetap harap-harap cemas untuk melewati semua prosesnya.

Dialah Vanessa Heinz, wanita yang berada di depan cermin itu, yang berulang kali melafalkan dzikirnya pada Illahi agar kecemasannya yang tidak beralasan itu segera menyingkir, menjauh.

Wanita itu bisa melihat dengan jelas tampilan wajahnya yang berseri meski beberapa produk kecantikan terpoles tipis di permukaan wajahnya dan ukiran henna yang kemarin siang dikerjakan oleh beberapa tim yang ikut sibuk dalam acaranya kali ini.

Menikah.

Benar, wanita itu akan menikah. Bukan untuk yang pertama, namun ia boleh berharap ini akan menjadi pernikahan yang terakhir kali baginya. Pernikahan yang ia dambakan untuk menjadi ladang pahala yang akan membawanya ke surga.

Matanya melirik pelan agar hiasan di kepalanya tidak jatuh. Jam itu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Dia sendiri sudah shalat dhuha tadi, memohon pada Allah 'Azza wa Jalla agar segala sesuatunya dimudahkan karena tepat pukul delapan pagi nanti, seorang pria akan meminangnya. Meminta pada ayahnya untuk dijadikan istri.

Vanessa Heinz tidak tahu lagi harus bersyukur pada Allah dengan cara yang bagaimana. Tempaan ujian yang disodorkan padanya diterima dengan hati lapang. Perpisahan dengan Kim Young Woon, membuatnya harus senantiasa menggerus kesabaran dengan sangat berlebihan. Ketidakbisaannya tinggal dengan putrinya, membuat ia tidak gentar menjalani hidup.

Allah memberikannya kesempatan atas kehidupan yang sebentar, adalah bodoh jika ia menyia-nyiakan kesempatan itu dengan mengisinya dengan ratapan dan keluhan. Allah takkan suka, Vanessa Heinz percaya itu.

Jadi dia ber-ikhtiar. Dia ber-istighfar. Dia berdoa. Dia berusaha.

Perceraian dengan Kim Young Woon memang sedikit banyak menghantam mentalnya, hanya saja karena ia berpegang pada takdir Illahi, dia yakin bahwa itu takkan lama. Imannya menjaga Vanessa Heinz dalam batas kewajaran yang baik. Dukungan dan doa orang tuanya membuat ia optimis menghadapi bentangan ujian lain.

Lee Sung Min, pria yang akan menjadikannya istri, adalah bukan pria pertama yang melamarnya setelah ia bercerai dari Kim Young Woon. Ada sekitar lima pria yang memintanya. Kesemuanya adalah warga Korea, teman dari Kim Young Woon.

Lima pria itu adalah pria kaya dan tampan. Wanita manapun, janda atau perawan, pasti takkan menolak untuk dipinang oleh lima pria tersebut. Begitu juga Vanessa Heinz. Dia berdoa dan meminta petunjuk, lalu menerima pinangan orang-orang itu. Namun Allah menjaganya. Allah melindunginya dari kekufuran atas itu semua ketika Vanessa Heinz mengajukan mahar pada tiap-tiap pria. Hanya satu mahar, dan kesemuanya perlahan menjauh. Vanessa Heinz tidak bersedih sama sekali. Dia cukup kuat untuk menghela napas leganya karena para pria tersebut memutuskan untuk menjauh dengan baik-baik. Toh wanita itu juga meminta mahar dengan baik-baik. Tiada paksa ketika menyebutkan bahwa Vanessa Heinz meminta mahar yang bukan kemegahan dunia.

Wanita itu meminta keislaman pria yang akan menjadi suaminya sebagai bentuk mahar.

Dia sedang tidak menyombong, atau sedang dalam misi apapun. Dia hanya menjalankan perintah agamanya. Dia hanya menginginkan seorang pria yang bisa menjadi imamnya dan membimbingnya ke surga.

[✓] A Wedding Dowry That She AskedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang