3 || Haruskah Menjauh?

10.8K 491 21
                                    

Cuaca memasuki bulan Juni, pohon-pohon sudah mulai banyak dedaunan. Membuat beberapa ruas jalan penuh akan debu. Sung Min memarkir mobil di depan restoran dan masih memutuskan untuk makan siang di sana. Meski dua hari kemarin, gadis yang belakangan memenuhi daya ingatnya selalu makan siang bersama dengan seorang bocah perempuan yang terus-terusan memanggilnya dengan sebutan Mum

Han Hwa Yeon tadi meneleponnya dan berkata dia ingin makan siang bersama. Hwa Yeon juga tidak berkeberatan jika harus makan di tempat yang Sung Min tentukan. Tapi dia menolak. Dia masih senang memerhatikan hal-hal yang dilakukan gadis itu di restoran. Pun ketika gadis itu menggendong bocah perempuan yang terlihat menggemaskan itu, menuju Masjid Raya Seoul.

Dia bahkan sudah menyalahi prinsipnya sendiri, yaitu menyukai perempuan bersuami.

Sebut saja Sung Min kehilangan akal dan sebagainya. Tapi tidak ada seorang pun yang bisa mencegah pria tiga puluh tahun ini tersenyum ketika melihat bocah perempuan itu berteriak senang saat dia bercengkrama dengan orang yang dia sebut Mum. Tidak ada seorang pun yang bisa mencegah mood Sung Min naik pesat menjadi sangat sempurna ketika dilihatnya mereka berdua berpelukan.

Demi alam dan semua isinya, pria mana yang beruntung yang memiliki keduanya?

Jadi siang ini Sung Min makan di restoran yang sama. Gadis itu dan si bocah sudah menempati meja mereka ketika Sung Min datang sekitar pukul setengah satu siang. Pelayan restoran mengantarkan Sung Min untuk duduk di meja lainnya karena meja sudut sudah diisi orang. Jadi, dia duduk satu meja di depan mereka, menyuguhkan pada Sung Min pandangan visualisasi nyaris sempurna untuk melihat kedua orang itu.

Bocah perempuan itu nampak memangku tangannya, terlihat kesal.

"Mum, I dont wanna go home without you, no more. Feels so empty without you there."

"But your grandma loves you, right? And Dad also—"

"I hate Daddy," Si bocah merengut lagi.

Tanpa sadar bibir Sung Min bahkan menyunggingkan senyuman. Hei, ini aneh!

"Mummy, am I going to have a stepmom?"

Sung Min mengernyit mendengar pertanyaan si bocah.

Ibu tiri? Apa maksudnya dengan ibu tiri?

"Al, it's not like what you think it is, oke? Your dad is a great person. And—"

"If Daddy is a great person, he wouldn't leave you,"

Sung Min terhenyak mendengar pernyataan bocah kecil itu. Bocah itu bicara dengan gaya merengutnya, tapi sukses membuat gadis di sebelahnya mati kata. Seolah Sung Min sedang menyaksikan tayangan televisi di depan matanya, mendadak terkesiap ketika bola mata gadis yang sedang ia perhatikan itu berputar lalu menghunjam pandangan Sung Min.

Merunduk dan meneguk ludah dengan susah payah, Sung Min berdehem pelan. Jelas gugup dengan tatapan langsung dari gadis itu yang seolah mengintimidasi atas sikap Sung Min yang terlalu mau tahu atas obrolan mereka berdua.

"Alessandra, i dont like this conversation. You eat your lunch and you know i love you more than anything i could have."

"Oke, Mum."

Si bocah tertunduk dan meneruskan makan siangnya dan sementara Sung Min lagi-lagi terpaksa membuang pandangan ketika mata gadis itu melirik lagi ke arahnya.

Ah, sial. Posisi meja ini terlalu terbuka lebar dan membuatnya ketahuan!

Panik, Sung Min merapikan dasinya yang sebenarnya tidak kenapa-kenapa, kemudian memutuskan untuk beranjak dari tempatnya duduk dan melakukan pembayaran di kasir. Dia masih sempat mendengar bocah perempuan itu berteriak-teriak minta cokelat pada orang yang dia sebut Mum, dia bahkan belum bisa terima bahwa pada kenyataannya gadis itu sudah menikah dan punya anak.

[✓] A Wedding Dowry That She AskedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang