~12~

1.1K 56 0
                                    

Pagi harinya, sekolah berjalan seperti biasa. Sepertinya, tidak ada yang istimewa. Hanya saja, setelah berjalan di koridor kelas, ada pemandangan yang tidak biasa.

Tepat di depan kelas ku ada papan pengumuman dan mading yang biasanya berisi pengumuman ataupun karya-karya siswa. Penikmat 'spot' itu hanya beberapa gelintir siswa saja yang masuk kategori siswa kepo dan kreatif.

Tidak seperti hari-hari biasanya, papan pengumuman dikerumuni banyak siswa. Bahkan, ada sebagian dari mereka yang saling adu mulut karena berebut.

Aku penasaran, tentu saja. Aku termasuk siswa kategori kepo, kalau kalian belum tahu.

"Ada apa?" tanyaku pada seorang siswi yang baru saja berhasil membaca pengumuman.

Ia tampak ragu menjawab, "Tentang penculikan lo tempo hari. Bos penculikan itu ternyata...siswa sini,"

Aku melotot kaget. Hampir saja aku tak mempercayainya, tapi aku tak punya alasan untuk itu.

"Siapa penulis pengumuman itu?" tanyaku Semakin penasaran.

"Mereka ngakunya pencari kebenaran berdasar studi kasus," jawabnya.

Pencari kebenaran? Ayolah, ini 2016, kenapa bahasa mereka masih seperti jaman penjajahan Jepang?

Tunggu!

"Pencari kebenaran?" aku kembali memastikan dan siswi itu mengangguk.

Pasti mereka, tidak salah lagi.

Aku segera berlari ke arah masjid. Pasti mereka di sana, karena setahuku masjid termasuk markas mereka. Lariku mengendur saat lewat lapangan basket.

Dia melihatku, tapi anehnya hanya tersenyum sekilas lalu mendrible asal bola yang dipegangnya. Tiba-tiba aku melupakan tujuan utamaku, aku mendekati sosok itu. Sosok yang beberapa hari ini bersikap aneh.

"Lo sehat nggak sih?" aku tak sadar dengan apa yang kutanyakan.

Dia tersenyum kecil lalu menatap lurus ke depan."Sehat lah. Kenapa?"

"Lo aneh, biasanya ngledekin gue tapi sekarang anteng aja. Jangan-jangan lo kesurupan?" kataku asal.

Dia tertawa, "Bilang aja lo kangen gue, apa susahnya?"

Aku melotot, "Nggak akan pernah ada sejarahnya seorang Zein kangen sama Ray si kutukupret!"

Dia semakin terbahak.

"Gue cabut ah, lo masih aja ngeselin ternyata."

"Kelas lo ke arah sana, ngapain lewat sini?"

Aku melirik kesal, " Gue mau ketemu orang dan itu bukan urusan lo!" kataku galak lalu melangkah pergi.

zzzzzz

Sampai di masjid, benar saja mereka ada di sana. Padahal sebentar lagi bel masuk, tapi mereka masih asyik berdiskusi.

"Sori ganggu," ujarku saat sudah berhadapan dengan mereka.

Mereka tersenyum dan mempersilakan ku duduk.

"Kenapa,Zein?" tanya Tasya.

Aku berpikir sejenak, " Kalian yang buat pengumuman di papan pengumuman itu kan?" tanyaku langsung.

Mereka mengangguk bersamaan.

"Kalian yakin?" aku memastikan.

" Data yang kami dapat setelah insiden penculikan kamu itu, mengejutkan tapi...sangat valid," ujar Fadli.

"Siapa orangnya?" seketika tanganku mengepal. Aku masih terngiang dengan peristiwa keji itu.

"Kamu beneran pengen tahu?"

Aku mengangguk. Fadli memberi kode kepada Tasya agar memberitahuku. Tasya mendekat dan berbisik.

Bisikan Tasya sukses membuat hari ini 'istimewa'.

zzzzzz

Dark Heart  (SUDAH TERBIT E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang