~28~

1.2K 51 0
                                    

Tinggal di rumah baru membuatku harus menjadi istri yang baik untuk Ray. Maksudku, aku akan berusaha. Aku sadar aku bukan istri yang pandai memasak dan itu sebuah tamparan keras untukku.

Bagaimana kau jadi istri yang baik kalau masak saja kau tak bisa? suara dalam benakku mulai mengganggu.

"Kau ingin sarapan apa?" tanyaku pada Ray yang sedang mengikat tali sepatu.

Ray menoleh dan memasang wajah bingung, "Kau? Menawariku sarapan?" Sekarang dahinya berkerut samar, "kau bisa memasak?" tanyanya pelan.

Aku cemberut dan menggeleng pelan, "Setidaknya niatku baik, bukan?" "lagipula aku bisa membuatkanmu roti panggang"

Ray bangkit dari duduknya dan segera berjalan menjauh, "Aku tidak terbiasa sarapan" ia menjawab sambil membuka pintu dan tidak mengatakan apapun lagi.

Ray pergi. Huh, kenapa ia menyebalkan?

zzzzzz

Aku bergegas pergi berbelanja. Kupikir daripada aku tidak mengerjakan apapun di rumah lebih baik aku membeli sesuatu untuk mengisi kulkas kami.

Hari ini aku tidak kuliah. Karena itulah aku menyempatkan diri untuk berbelanja. Setahuku ada minimarket di dekat rumah kami. Jadi, lebih baik aku jalan kaki saja.

Aku mengisi troli dengan berbagai macam sayur, buah, snack, dan daging. Meskipun aku belum mahir memasak, tapi aku seorang pembelajar yang cepat. Jadi, aku akan browsing resep masakan di internet dan mencobanya kemudian.

Belanjaanku lumayan banyak dan itu membuatku sedikit kepayahan. Tapi aku perempuan kuat jadi -semoga saja- tidak masalah.

"Good wife, Zeina.." suara itu

Aku mengabaikannya. Kakiku melangkah semakin cepat. Ya, aku tahu sebentar lagi akan ada hal yang tak kuinginkan tapi aku bisa apa?

Berdoalah, Zein!

"Hei aku hanya ingin meluruskan sedikit permasalahan kita"

"Tidak pernah ada 'kita'!" jawabku sambil terus berjalan.

Tidak sulit bagi Chris untuk mengejarku. Bahkan sekarang ia berhasil meraih tanganku.

"Calm down, babe.." ia tersenyum dan itu membuatku muak.

"Apa yang kau inginkan?!"

Chris menuntunku ke tempat yang lebih sepi dan itu semakin membuatku takut.

"Aku hanya ingin kamu, babe.." suaranya terdengar menjijikkan di telingaku.

"Aku sudah bersuami dan aku tidak akan melepasnya!" tandasku tajam.

Chris menatapku dengan tatapan lemah, "Kau sudah mendengar penjelasan Ray?" Aku mengangguk.

"Kau tidak marah padanya?" Ya, aku sempat marah padanya.
Aku menggeleng.

"Baiklah, tapi kurasa ia belum mengatakan semuanya." Ia tersenyum licik, "dengarkan ini, babe.."

Chris mengeluarkan smartphone dan menyuruhku mendengarkan sebuah rekaman.

" Setelah aku menikahinya, suatu saat aku akan memberikan Zein padamu ..."

Dan suara itu membuatku hancur detik itu juga.

zzzzzz

Keinginanku belajar memasak tertunda. Setelah mendengar rekaman tadi, aku merasa...bukan apa-apa di mata Ray. Tapi bukankah aku perempuan kuat?

Ya, kuputuskan untuk tetap browsing resep masakan dan mempraktekkannya. Dan pilihanku jatuh pada sup. Bukan sup ala Eropa, aku rindu sup ala mbak Asti jadi sepertinya membuat sup ayam bukan ide yang buruk.

Awalnya aku sedikit kesulitan saat memotong wortel dan ayam. Sepertinya ukurannya melebihi yang seharusnya. Ah biarlah, bukankah yang terpenting dalam masakan itu rasanya?

Setelah berkutat beberapa lama di dapur akhirnya sup ayam ku siap. Setelah beberapa kali mencicipinya, aku meyakinkan diri bahwa rasanya enak.

Cklek.

Suara pintu terbuka dan tampak Ray dengan wajah lelahnya. Namun ada yang berbeda dengannya. Aku mendekatinya dan membantu membawakan tasnya.

"Kenapa kau memakai jas? Sepertinya pagi tadi kau memakai kemeja pendek dan..."

"Papa mengajakku meeting dan mengajariku beberapa hal" jawabnya saat pertanyaan ku belum selesai.

Kedua mata Ray menyipit, "Kau memasak sesuatu?"

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Ini aroma Indonesia, apa aku benar?"

Aku mengangguk lalu menarik Ray ke meja makan.

Kedua matanya melebar dan senyumnya merekah melihat apa yang ada di meja. Aku segera mengambil piring dan mengisinya dengan nasi, sup, dan beberapa lauk buatanku. Piring itu kemudian berpindah di hadapan Ray dan Ray sedikit terkejut dengan apa yang kulakukan.

"Beberapa bulan kau menjadi istriku tapi kenapa hari ini aku seperti baru saja menikah?" Ray tersenyum tipis kemudian menyuap makanannya.

"Bagaimana rasanya?"

Ia mengangguk kecil, "Enak dan tiba-tiba aku rindu negaramu" sahutnya.

zzzzzz

Sebenarnya perasaanku masih campur aduk karena perkataan Chris. Sikapku pada Ray saat kami makan malam tadi, ya aku hanya mencoba menutupinya.

"Kau belum tidur?"

Aku menoleh dan mendapati Ray yang sudah bersiap tidur.

"Aku...rindu Papa, Mama, dan Reina" jawabku sekenanya. Aku tidak berbohong kalau aku merindukan mereka.

Ray tersenyum dan menarikku agar mendekat. Ia memelukku dengan sebelah tangannya dan menenggelamkan kepalaku di dadanya.

"Minggu depan kita pulang ke Indonesia ya?"

Aku mengangguk dan mempererat pelukan kami.

"Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, apa aku benar?"

Ya, kau benar.

"Tidak, mungkin hanya perasaanmu saja."

"Baiklah, kau bisa berbagi denganku jika ada yang mengganggu pikiranmu,"

Kau tetap saja ingin membantu Chris agar kami bersatu saat kau sudah menikah denganku dan itu membuatku marah.

"Aku ingin pulang ke Indonesia...tanpa kau," kataku pelan masih dengan kepala yang tenggelam di dada Ray.

Ray mengelus rambutku lembut, "Kau tidak boleh pergi kemanapun tanpa aku"

"Aku tahu tapi kali ini kumohon..."

"Tidak. Lagipula, papamu akan mengataiku suami yang tidak bertanggung jawab."

Aku melepas pelukan kami lalu berbalik membelakanginya.

Entah kenapa, aku merasa Ray tidak benar-benar ingin menjagaku. Ia hanya peduli dengan apa yang akan dikatakan papa padanya.

"Zein, kau istriku. Bagaimana aku bisa tega membiarkanmu pergi sendiri? Kuliah saja aku pastikan kau sampai tujuan dengan selamat apalagi ke luar negeri." Ray seperti menahan suaranya agar tidak lepas kendali.

Ia memelukku dari belakang dan membenamkan kepalanya di leherku.

"Aku hanya takut kejadian seperti dulu terulang lagi. Aku hanya memastikan kau aman saat bersamaku."

Ya, aku aman dan kau bisa memberikanku pada Chris dalam keadaan utuh.

Tiba-tiba pikiran Ray belum pernah menyentuhku sejak kami menikah menggangguku. Apa...apa ia memastikan aku masih perawan saat aku diberikan pada Chris?

zzzzzz

Well done chapt 28 huhuhuy
Aku gak tahu nulis apaan wkwk

Dark Heart  (SUDAH TERBIT E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang