~16~

1.1K 55 0
                                    

Rombongan kami telah sampai di Inggris pagi tadi. Perjalanan dilanjutkan ke kota tujuan masing-masing. Ya, aku di Bradford. University of Bradford, tepatnya.

Ada 5 orang Indonesia yang diterima di universitas kebanggaan rakyat Bradford ini. Aku salah satu orang yang beruntung itu.

Kami sedang menunggu jemputan dari asrama. Ila dan Fitri, 2 gadis berkerudung asal Bandung dalam rombongan kami, sedang membaca buku. Baim dan Doni pun demikian. Hanya aku yang asyik mengamati keadaan sekitar.

"Aku ke toilet dulu ya," Fitri yang duduk di sampingku mengangguk pelan tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku. Aku segera pergi mencari toilet.

Aku keluar toilet dan segera mencari rombongan ku. Sampai di tempat sebelum aku ke toilet, mereka sudah tidak ada. Aku mencari-cari mereka di sekitar situ dan nihil.

Aargghh bagaimana mungkin aku ditinggal rombongan? Aku ditinggal hanya bersama dengan tas dan kop...tunggu! Bahkan tas dan koper ku lenyap. Sial sudah hariku.

Setidaknya dompetku masih berada di saku celanaku. Fiyuh, paspor dan beberapa uang masih berada di pihakku.

Aku berjalan keluar bandara. Sebenarnya aku ingin saja memesan tiket pulang ke Indonesia saat itu juga, tapi apa daya aku hanya punya beberapa lembar uang yang cukup untuk makan saja, tidak untuk membeli tiket pesawat.

Taksi-taksi berjajar rapi di halaman bandara. Para sopirnya menawarkan jasanya pada orang-orang yang baru saja keluar bandara, termasuk aku. Ah, kenapa aku tak naik taksi saja ke Bradford.

"Bradford, sir," kataku riang pada salah seorang sopir taksi.

Bukannya menyuruhku segera menaiki taksinya, sopir itu mengernyit heran. " Kau yakin ke Bradford, nona?"

"Tentu saja," jawabku bersemangat.

"Baiklah, mari."

zzzzzz

Perjalanan ini cukup menguras tenaga dan juga isi dompetku. Ah, aku lupa ini bukan Indonesia. Kalau tadi aku tahu ada kereta dari London ke Bradford, lebih baik aku tidak memilih taksi.

"Terima kasih, nona. Selamat datang di inggris," kata sopir taksi itu senang. Ia menurunkan ku di pinggir jalan dimana toko-toko berjajar.

Aku benar-benar tak tahu harus kemana dan menghubungi siapa. Oh, ponselku tertinggal didalam tas dan itu berarti aku tak dapat berbuat apapun.

Toko roti didepanku membuat perutku berdansa kelaparan. Aroma roti menguat hebat. Uh, kurasa uangku cukup banyak jika hanya membeli roti.

Toko roti ini cukup luas. Tapi bukan itu yang menarik perhatianku sekarang, melainkan kerumunan orang di ujung ruangan. Mereka tampak berebut untuk berfoto dengan...ah, mungkin artis idola mereka yang kebetulan mampir di toko ini.

Setelah membeli beberapa roti, aku bergegas keluar. Kerumunan orang-orang itu sekarang menjadi histeris. Aku tak menoleh atau penasaran sekalipun hingga lenganku ditabrak seseorang dan itu membuatku hampir terjengkang ke depan.

"Hei, lihat apa yang baru saja kau lakukan!" Teriakku pada orang tak bertanggung jawab itu. Ia menoleh. Kacamata hitamnya membuatku kesulitan menangkap mimik wajah yang ia tunjukkan.

"Aaaaa" orang-orang di belakangku kembali histeris. Laki-laki yang menabrakku ini malah mendekat lalu menarik tanganku dan kami keluar dari toko roti.

"Apa yang kau lakukan, bodoh?!" Aku berusaha melepaskan cekalannya pada lenganku. Oh, ini terlalu kuat.

Laki-laki ini membawaku ke mobilnya. Ia segera masuk di bagian kemudi dan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Kurangi kecepatanmu! Kau ingin membunuh orang yang tidak kau kenal?! Kau idola yang payah!" Teriakku kasar.

Lelaki disampingku ini belum melepas kacamata hitamnya. Ia tampak tak memedulikan teriakanku

Cciiiiiittttt...

Ia mengerem mendadak, saudara! Ah, ini lampu merah.

"Kau benar-benar tidak mengenaliku, nona?" Ia melepas kacamatanya. Ia menoleh ke arahku dan tersenyum kecil.

Aku membeku dan berharap pulang ke Indonesia untuk kedua kalinya.

zzzzzz



Dark Heart  (SUDAH TERBIT E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang