Sesampainya di rumah, aku segera menarik Ray ke kamar. Ray menurut saja tanpa protes. Ray duduk di tepi ranjang, posisi tubuhnya membelakangiku.
"Tell me everything, Ray"
Ray tak berniat mengubah posisi duduknya. Ia sedikit menghela napas.
"Oke," katanya pelan, "tapi jangan minta aku berbalik. Itu akan membuatku sulit," lanjutnya.
"Terserah apa katamu," sahutku malas.
"Chris, dia...saudara angkatku." Ray membuka ceritanya dan itu membuatku terkejut,"dia anak baik selama hidup dengan keluargaku sampai papa kecewa padanya. Dia bekerja sama dengan rival bisnis papa saat usianya belum mencapai 16 tahun."
"Chris dikirim papa ke Indonesia karena menurut papa, dia tidak dapat berbuat apa-apa disana. Papa juga memintaku mengawasi Chris di Indonesia. Aku mau karena aku sayang dengan saudara angkatku itu. Saat di Inggris, kami selalu belajar, bermain, dan bertengkar bersama jadi kurasa aku akan membantu Chris di Indonesia jika ia mengalami kesulitan."
"Di Indonesia, aku tidak mendapati Chris seperti yang dikatakan papa. Bahkan Chris dikenal sebagai siswa alim di sekolah dan kau tahu itu. Kurasa ia berubah menjadi lebih baik, saat itu. Sampai suatu saat, Chris memberitahuku tentang perempuan yang ingin ia jadikan pacar. Perempuan itu sulit diraih, katanya dan ia membutuhkan bantuanku."
"Siapa perempuan itu?Apa aku mengenalnya?" sahutku.
"Perempuan itu kau, Zein. Dan ya, aku membantunya. Jika kau merasa aku seolah mendekatimu atau mengganggumu itu karena aku ingin membantu Chris. Aku selalu berusaha agar kau membenciku dan hanya memandang Chris. Kurasa itu berhasil,"
Aku terperangah. Jadi selama kami SMA, Ray mendekatiku dan menggangguku karena tujuan tertentu.
"Sampai kejadian penculikan dan rencana pemerkosaan itu. Huh, aku benar-benar tidak tahu Chris melakukannya. Aku tahu dari seorang anak buah Chris yang aku paksa agar memberitahuku. Itu karena aku melihat kau naik mobil bersama Chris sepulang sekolah dan aku curiga."
"Kau tahu, apa yang aku rasakan saat ia berbuat seperti itu padamu? Aku ingin membunuhnya saat itu juga. Aku sudah membantunya dengan cara wajar tapi kenapa ia melakukan hal gila demi mendapatkan seorang perempuan?!"
Tangan Ray mengepal. Kedua telinganya memerah. Sepertinya ia berusaha keras menahan emosi.
"Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan tentangku setelah aku memberitahumu semuanya. Hanya saja, aku mohon satu hal padamu..."
"A..apa?" tanyaku dengan suara bergetar. Aku berusaha untuk tidak menangis.
"Tetaplah di sampingku apapun yang terjadi," dan lolos lah setetes air dari ujung mataku.
"Apa tujuanmu menikahiku?! Setelah kau membantu Chris agar aku jadi pacarnya, sekarang apa?!," suaraku sedikit meninggi, "kau ingin apa, Ray?!" kali ini mataku benar-benar mengeluarkan air dengan derasnya.
Ray masih memunggungiku. Kurasa ia tahu aku menangis. Ya, suaraku bergetar saat mengatakan kalimat pedas tadi.
"Aku ingin pulang ke Indonesia," dan aku mengatakannya lagi.
"Kita pulang ke Indonesia minggu depan,"
"Aku pulang sendiri!"
"Kau istriku, Zein" katanya melunak.
"Tapi kau jahat! Kenapa harus berpura-pura?!" aku memeluk guling, "5 tahun setelah kau pergi tiba-tiba itu tahun-tahun terberatku. Tahun-tahun di saat aku sadar jika kau anugerah terindah untukku dan kau menghancurkannya detik ini. Kau jahat, kau tahu?"
"sepertinya jahat pun terlalu lembut untukmu. Kau kejam, brengsek, pengkhianat, dan...pemberi harapan palsu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Heart (SUDAH TERBIT E-BOOK)
General FictionKau tahu bagaimana rasanya jika 'musuh'mu menghilang tiba-tiba? Senang? Mungkin iya, pada awalnya.Tapi tidak, untuk selanjutnya. Enjoy! :D *** Sebagian part telah dihapus karena proses penerbitan. Sudah terbit dalam bentuk e-book. Bisa kamu unduh me...