Aku. Shock.
Mata coklat, hidung mancung, senyum tipisnya masih sama. Hanya rambut gondrongnya yang membuatnya berbeda. Ray.
"Kenapa...kau bisa disini?" tanyaku gagap.
Ia memakai kacamata hitamnya lagi, lalu kembali menyetir. Tidak meresponku. Ia tampak tidak peduli. Menyebalkan.
"Turun!" suara datarnya mengejutkanku. Ternyata mobil yang kami tumpangi sudah berada di halaman sebuah rumah. Sepertinya, rumah mewah ini rumah Ray.
Ray berlalu begitu saja, tanpa menghiraukanku. Aku berusaha menyusul langkah kakinya yang terlampau lebar.
Sampai didalam rumah, tanganku digenggam lembut. Ia menuntunku agar langkah kami beriringan. Ia membawaku ke ruang tamu. Seorang ibu seumuran dengan Mama menyambut kami dengan senyum lebarnya.
"Siapa yang kau bawa, Nak?" ibu itu bertanya pada Ray.
Ray tampak datar, "Zein."
Kami berjabat tangan, "Risha, mamanya Ray."
Ray meninggalkan kami berdua. Ia naik ke lantai atas tanpa mengatakan sesuatu. Ah, menyebalkan sekali orang itu!
"Duduklah, sayang," Mama Ray mengajakku duduk di sofa yang tak jauh dari tempat kami berdiri.
Mama Risha -beliau menyuruhku memanggil demikian- menanyakan maksud kedatanganku ke Inggris. Aku mengatakan bahwa aku melanjutkan studi di Bradford university. Beliau tampak khawatir dan sedih saat aku menceritakan kesialanku hari ini.
"Bolehkah aku mengajak Ray untuk mencari asramaku?" aku memberanikan diriku agar Ray bisa membantuku. Aku bukan warga Inggris, tentu saja aku akan bingung mencari asramaku nantinya.
Mama Risha menggeleng, "Aku tidak mengizinkannya."
Aku terkejut, kepalaku menunduk. Entahlah, aku seperti... benar-benar diuji saat ini.
"Kau tak perlu mencari asramamu, nak. Rumah kami memiliki banyak kamar dan kau bisa tinggal disini," ujarnya lembut. Aku menatapnya tak percaya. Bukannya senang, aku malah khawatir memikirkan apa yang terjadi nantinya.
"Tidak, Ma. Aku akan merepotkan kalian," "aku bisa mencari asramaku sendiri," kataku berusaha optimis.
Mama Risha menggeleng kuat, tampak tak setuju.
"Aku bisa meminta bantuan pada GPS di ponselku, Ma" aku tetap bersikeras.
"Bukankah kau bilang, ponselmu ada di tas yang hilang?"
Aku mengerang kecil, "Ah, kenapa aku bisa selupa ini?" aku merutuki kesialanku.
"Bersiaplah, aku akan mengantarmu sekarang," suara berat Ray menyadarkanku.
Belum sempat aku mengiyakan tawarannya, Mama Risha berdiri. "Zein tidur di rumah ini, mulai sekarang dan seterusnya," kata Mama Risha tanpa penolakan.
Ray melengos lalu meninggalkan kami.
zzzzzz
Ray memiliki 3 saudara perempuan, 1 kakak dan 2 adiknya. Ya, ia satu-satunya anak lelaki di keluarga ini. Ayahnya asli Indonesia dan Mama Risha asli Inggris. Huh, kenapa aku tak menyadari wajah campuran Ray?
Aku dan Aliyha -adik Ray- sedang bergelut dengan dapur. Kami menyiapkan makan malam. Aliyha menceritakan kehidupan Ray setelah kepergiannya dari Indonesia.
Ray menjadi aktor film. Kariernya cukup sukses, namun tidak dengan kuliahnya. Gelar undergraduate nya terpaksa belum ia raih karena kesibukan. Karena ia anak lelaki satu-satunya, Ray lah calon penerus perusahaan keluarga. Ia keluar dari dunia akting sebulan belakangan dan melanjutkan studinya.
Ya, ia melanjutkan kuliah demi meneruskan perjalanan bisnis ayahnya.
"Pantas saja ia dikerubungi orang-orang saat kami bertemu di toko roti."
"Aku heran, apa yang membuat kakakku diidolakan banyak perempuan. Kurasa mereka hanya melihat wajahnya tapi tidak dengan isi dadanya," kata Aliyha.
Aku mengernyit heran, "Memang apa isi dadanya?"
"Ia seorang lelaki yang gagal move on," kata Aliyha setengah berbisik.
"Kauberbicara apa, adik kecil?" suara itu...
"Aaaaaa" Aliyha berteriak saat Ray menjewer telinga kirinya. Aku tak tahu harus berbuat apa. Mereka tampak akrab sebagai saudara. Tiba-tiba aku rindu Reina.
"Sekali lagi kau berbicara yang tidak-tidak, aku akan menyuruh Omar berkencan denganmu," ancam Ray, menakutkan.
"Enak saja! Mana ada perempuan yang mau dikencani kuda?!"
Aku mencerna jawaban Aliyha, "Apa Omar seekor kuda?" lalu aku tertawa hingga perutku sakit.
"Memangnya makanan akan matang jika kau hanya tertawa seperti itu?" kata Ray datar lalu meninggalkan dapur.
zzzzzz
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Heart (SUDAH TERBIT E-BOOK)
General FictionKau tahu bagaimana rasanya jika 'musuh'mu menghilang tiba-tiba? Senang? Mungkin iya, pada awalnya.Tapi tidak, untuk selanjutnya. Enjoy! :D *** Sebagian part telah dihapus karena proses penerbitan. Sudah terbit dalam bentuk e-book. Bisa kamu unduh me...