Prologue

2K 69 11
                                    


Greyten itu, kota yang luas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Greyten itu, kota yang luas

Dengan penduduk yang ramah-ramah dan juga dengan lowongan pekerjaan yang sangat luas. Di kota ini juga banyak sekali festival-festival yang benar benar mencuri perhatian, bahkan banyak sekali warga-warga dari luar kota datang untuk melihat festival ini. Greyten juga terkenal karena para petualangnya dan aku salah satunya. Petualang adalah suatu pekerjaan dimana kami (Para petualang) pergi ke ruangan bawah tanah yang suka kami sebut sebagai 'dungeon'.

Di dungeon, banyak sekali monster monster muncul, dan sudah tugas kami (Petualang) untuk membasmi mereka. Di kota ini ada sebuah menara yang di namai sebagai 'Centrum Tower' di sana ada sistem pekerjan, dimana di saat seekor monster di bunuh maka monster itu akan menjatuhkan sebuah item, dan item itu bisa dalam bentuk apapun, kulit, gigi, bahkan tandukpun dapat menjadi item. Setiap item memiliki kekuatan sihir di dalamnya, maka dari itu kami (para petualang) dapat menukarkannya dengan sejumlah uang semua itu bedasarkan tingkat sihir dan juga ke langkahan item tersebut.

Item itu akan di proses dan di ambil sihirnya, sihir penting bagi negara selain untuk militer untuk pertanian dan bangunan juga. Sihir dapat mencitpakan sesuatu secara ajaib, maka dari itu sangat di butuhkan untuk negri ini.

Bisa di bilang kota ini sangat cocok untuk ku, karena;

Tempat tinggal

Keluarga

Teman

 Semua itu...

(Tidak ku miliki)

"Anu...kakak?" kata seseorang

Mataku masih beradaptasi dengan mentari sore ini, tidak jelas siapa yang membangunkan ku tapi seperti nya dia hanya anak perempuan kecil biasa saja.

"Ada apa?" tanya aku

"Kakak petualang ya?" tanya dia diikuti dengan senyuman lebar

"Sudah jelas kan?"

"Tapi, apa yang kakak lakukan di sini?" katanya sambil memiringkan kepalanya sedikit

"Istirahat, sehabis latihan"

Dan sekarang mata dia hanya tertuju ke pedang ku di samping batang pohon ini.

"Apa itu pedang sungguhan?" tanya dia, aku hanya mengangguk setuju. Tak lama kemudian dia mendekati ku di bawah pohon ini, aku masih bersandar di batang pohon. Tapi sepertinya anak ini benar benar menyukai senjata tajam.

"Keren...." katanya, sepertinya dia sangat mengagumi benda itu. "Bolehkah aku melihatnya?"

"Ya... baiklah, mengapa tidak?" aku pun berdiri menghunuskan pedang ku dari sarungnya.

Dia mendekati ku dan terkagum melihat tajamnya pedangku. "Mau coba?" tanya aku. Dia mengagguk dengan pelan pelan dan tatapan nya masih menatap pedang ku.

GreytenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang