Rising Dead

115 5 0
                                    

"GUAAAH!" dengan tusukan yang mendalam di dukung oleh luka-luka anak panah Troll itu pun mati di tangannya Daisy. Dengan menggunakan pedang dua tangan dia terlihat sangat handal sekali, hal yang sama dapat di katakan ke Lancer. Dia menggunakan tombak dengan bilah pedang di depannya, hampir sama seperti yang di miliki Mary. Perbedaanny Lancer benar-benar cepat.

Sekarang di sekitar kami ada sekitar 9 sampai 12 Troll yang tewas, mereka lawan yang berat memang tapi dengan bantuan anggota dari S&S kami dapat mengalahkan mereka dengan mudahnya.

Tujuan kita membunuh troll sebanyak mungkin sampai salah satu dari mereka bangkit kembali untuk mencari sumber pembangkitan mereka, tapi sepertinya hal ini tidak membuahkan hasil.

"Cih semua ini sia-sia" keluhan Daisy "Kita tidak mendapatkan apa-apa dari ini, hanya membuang energi saja"

Zen membalas "Ow begitukah? Apa kau punya ide yang lebih baik, tuan putri?" dengan sindiran.

"Kau lupa yang master ku katakan ya? Mereka bangkit saat di bawa ke permukaan, membunuh mereka di sini tidak akan menghasilkan apa-apa!" Daisy dan Zen saling saja bertengkar di tengah-tengah kita.

Di tengah-tengah ini Fani datang "Anu aku mau mengatakan—"

"Kalian sendiri yang meminta bantuan ke kita, masih bersyukur mau kita bantu" kata-kata Zen memotong Fani.

"Anu..."

"Aku tahu sejak awal bahwa ini itu suatu kesalahan"

Zen kembali membalas "Oh ya? Memangnya aku tidak tahu tujuan sebenarnya kalian di sini itu apa?"

"Maaf bolehkah aku—"

"Hm, memangnya apa huh?" tantang Daisy.

"Sejak awal tujuan kalian adalah mencari tahu kemampuan kami. Mencari tahu bagaimana kami dapat mengalahkan Berserker pada Fan-Fest kemarin, dan mencari tahu apakah kami itu ancaman atau tidak"

"Anu..."

"Dan sekarang aku tahu, kalian itu tidak mungkin mengalahkan Berserker. Melihat masterku takut kalian menjadi ancaman itu benar-benar lelucon"

"Hei dengarkan!" karena merasa kesal dan resah kata-katanya di potong Fani pun meneriakan kata-katanya itu. melihat ini tentunya mengejutkan kita semua, aku tidak sangka gadis semanis Fani dapat marah dan resah seperti itu juga. "Diam dan tolong mencoba dengarkan, apa yang akan aku beri tahu ini bisa saja penting untuk masalah ini jadi aku mohon berhenti memotongku dan dengarkan!"

"Wow" Riki yang berada di sampingku takjub dengan ini.

"Aku juga tidak menyangka" lanjut aku. Dan sekarang mau Zen dan Daisypun mundur diam dan memperhatikan Fani, karena mereka berdua sudah di omeli seperti itu tentu saja mereka akan diam. Aku juga akan diam jika jadi mereka.

Tapi di saat kami semua diam memperhatikan dia dengan seriusnya Fani malah gugup dan mulai berkeringatan "A-anu.... Ja-jadi..." mata melihat ke langit-langit, kaki menekuk gemetar, bahkan saking gemetarnya Fani berkali-kali membetuli kacamatanya.

"Tidak apa kok Fani, tenang saja dulu" lanjut Eli menenangkannya dengan senyuman itu.

Daisy yang merasa bersalah terus saja memotong perkataannya berkata "Y-ya, tidak usah terburu-buru, kita tunggu kok"

Medengar ini membuat Fani merasa lebih tenang, walaupun masih mencoba untuk menghindari kontak mata dia pun mulai berkata "Anu... tentang masalah yang kita hadapi ini aku pernah dengar kasus yang sejenis"

GreytenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang