Determination (Part 2)

140 11 0
                                    

"Oh... aku mengerti" kata Lani sambil memanah daun yang jatuh dari pohon.

Aku ceritakan masalahku kepada Lani, kami bercerita sambil mencoba memanah daun yang jatuh dari pohon di sebrang kami. Agar kami lebih santai saat bercerita.

"Dan sekarang kakakku menyarangkan aku agar tidak mengejarnya" kataku memanah.

"Kenapa?"

"Karena dia pikir tidak ada gunanya mengejar gadis yang tidak mau denganku"

"Tidak! itu salah sekali" kata Lani mengejutkanku "Wanita senang di kejar oleh seorang pria, membuatnya sangat di butuhkan oleh pria itu, jadi apapun yang kau lakukan jangan pernah berhenti mengejar"

Wow benar-benar saran yang hebat sekali.

"Tapi harus bagaimana? Sekarang dia menganggap aku sudah punya pacar, aku harus apa sekarang?"

"Kenapa tidak bilang saja langsung bahwa kau tidak punya pacar?"

Dan lagi-lagi saran yang hebat dari Lani.

Itu atau aku terlalu bodoh untuk mencari solusinya.

"Kau benar juga!"

"Iya kan? Dah sana bilang ke dia"

"Sekarang?"

"Iya, jika yang kau katakan benar dia sedang bekerja kan sekarang? Sana katakan kepadanya"

Apa aku bisa mengatakan itu sekarang? Maksudku aku belum latihan sama sekali, dan biasanya sebelum aku mengatakan sesuatu yang serius seperti itu ke Fani aku harus berlatih sebelumnya.

"Dah sana kalau sudah ku tunggu di ini ya, aku ingin tau kelanjutannya"

"I-iya sih tapi—"

"Sana cepat pergi, jangan menyerah hanya karena itu! Beranilah jadi jadi cowok yang dia idamkan"

Dia benar! Aku harus berani dan mencoba menjadi lelaki yang akan Fani idamkan.

"Kau benar! Baiklah aku pergi dulu, terima kasih untuk ini"

Aku pun pergi melambaikan tanganku ke Lani dan menuju ke Greyten. Karena semangatnya aku sampai berlari ke tavern, karena tidak sabarnya meluruskan semuanya dengan Fani.

Saran dari Lani benar sekali, jika saja aku berani sedikit pasti kesalapahaman ini tidak akan terjadi. Baiklah ayo lakukan ini.

Dengan kerasnya ku dorong pintu masuk tavren dan mencari Fani.

Sepertinya dia sedang berbicara dengan seorang pelanggan, dan sialnya pelanggan itu adalah Eli.

Jika ada dia maka akan lebih rumit nantinya, tapi aku harus meluruskannya sekarang jadi aku mendekati mereka berdua dengan gagahnya.

"Riki?" tanya Fani.

"Riki? Aku kira kau bekerja hari ini" tanya Eli

"Tidak hari ini, karena ada sesuatu yang penting yang harus aku lakukan"

"Apa itu?" tanya Eli.

"Jadi... Fani" aku menegurnya. Fani sedang menggunakan baju pelayannya hari ini dan jujur saja itu sangat cantik sekali dia gunakan, aku hampir kehilangan fokus hari ini.

"Ya?"

"Sebenarnya aku itu... tidak punya pacar"

Aku pun mengatakannya, aku mengatakannya di depan Fani dan Eli sendiri, maka dari itu agar tidak ada salah paham lagi aku berani mengataknnya di depannya.

Butuh waktu yang cukup lama agar Fani memproses ini, tapi setelah itu dengan anehnya dia mengatakan "Oh iya aku tahu kok kau tidak punya pacar" dengan mengedipkan salah satu matanya kepadaku.

GreytenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang