Part 1: XII IPA 1

3.8K 184 0
                                    


Setelah selama hampir 3 minggu libur kenaikan kelas akhirnya hari ini adalah hari pertama masuk ke kelas XII. Dengan berbagai persiapan mulai dari buku, alat tulis, tas baru, dan sepatu baru, aku pun siap untuk pergi ke sekolah. Pagi-pagi sekali aku sudah siap dan langsung turun sarapan bersama orang tua dan juga kakak laki-laki ku. Jarak umur kakakku dan aku hanya terpaut 3 tahun sehingga membuatku sangat dekat dengannya. Nama kakakku Vinno Emery, dia sering mengantarku ke sekolah, membelikanku makanan, mengajariku pelajaran yang masih aku tidak mengerti, menemaniku jalan-jalan, dan masih banyak yang sering kulakukan berdua dengan kak Vinno. Karena kami sangat dekat dan sering jalan berdua banyak juga orang yang salah dengan kedekatan kami. Orang-orang yang melihat kami berdua sering menganggap kami adalah sepasang kekasih padahal kami adalah kakak beradik.

"Hari ini hari pertama kamu masuk kelas XII kan nes?" tanya papa yang sedang makan sarapannya sambil membaca koran.

"Iya pa. Makanya Vanes senang banget ini kelas XII. Tahun terakhir aku di SMA dan sebentar lagi aku kuliah deh" jawabku sambil memakan roti yang di sediakan oleh mama.

"Nes kamu berangkat bareng Vinno ya. Papa gak bisa anter kamu hari ini. Soalnya papa ada meeting pagi ini."

"Oke pa." sambil mengangkat jempolku ke arah papa. Papa pun berangkat setelah menyelesaikan sarapannya.

"Ya udah ma, aku sama Vanes berangkat dulu ya ma." Kak Vinno bangkit berdiri dan mencium tangan mama.

"Kak Vinno, Vanes belum selesai sarapan. Kok udah mau berangkat aja. Masih lama kali Vanes masuknya" Aku langsung memprotes ucapan kakakku itu. Enak saja main pamit begitu, padahal aku belum selesai sarapan.

"Duh, kak Vinno itu ada urusan pagi ini di kampus jadi kita harus pergi sekarang. Kamu bawa aja rotinya. Lanjut makan di mobil aja nanti." Sambil mengacak rambutku kak Vinno berjalan keluar rumah.

"Ya udah deh. Ma Vanes berangkat ya." Dengan sedikit tidak rela karena sarapanku harus di stop begitu saja.

^^^

Akhirnya setelah selama 15 menit perjalanan dari rumah ke sekolah aku pun sampai di sekolah. Memang, jarak rumahku ke sekolah tidak begitu jauh. Setelah sampai aku mencari teman-temanku. Aku punya tiga orang teman yang dekat denganku. Mereka adalah Alexa, Vita, dan Leyna. Kami bertemu saat MOS tetapi menjadi sangat dekat sejak kelas X karena kami satu kelas. Kecuali, Leyna. Aku dan Leyna adalah sepupu dan aku satu sekolah dengannya sejak SD. Kami sepupu yang sangat dekat.

"Lexa, Vita, Leyna!" aku memanggil teman-temanku yang sedang duduk merumpi di depan koridor kelas. Pemandangan yang biasa. Karena kelas XI dan XII belum tau kelas mereka dimana jadi semua murid berada di luar kelas menunngu apel pagi yang akan menjadi pengumuman pembagian kelas.

"Vanes! Kangen banget sama lo! Parah! Liburan kemana aja?"

"Gue? Gak kemana-mana. Gue menghabiskan liburan di rumah aja. Orangtua gue pada sibuk kerja. Kakak gue juga kuliah. Jadi ya gue di rumah aja baca novel, komik, nonton youtube ngeliat vlog orang. Gitu aja sih. Nothing special. Lo semua pada kemana?"

"Oh gitu. Seperti yang lo tau gue ke rumah nenek di Medan. Coba lo ikut gue ke rumah nenek nes, daripada lo di rumah doang."

"Iya sih, harusnya gue ikut lo aja ya na" balasku sambil memikirkan kenapa kemarin selama liburan aku tidak ikut leyna saja ke Medan mengunjungi nenek sekalian jalan-jalan keliling Medan.

"Lo kemana al?" tanya gue ke Alexa.

"Gue cuma ke Bandung itu pun gak lama. Mungkin sekitar 5 hari. Lo Kemana ta?" balas Alexa dan menanyakan pertanyaan yang sama ke Vita.

"Gue sih ke Bali. Soalnya ada saudara gue yang nikah jadi sekalian liburan juga di sana."

"Wah, asik dong ke Bali. Bawa oleh-oleh gak lo ta? Gue sih cowok bule aja udah cukup kok." Ucap Alexa yang membuat aku, Vita, dan Leyna menggeleng-gelengkan kepala.

"Itu sih mau lo al dapet bule.." jawab Vita dan hanya dibalas cengiran oleh Alexa.

^^^

Aku tidak habis pikir kenapa di antara kelas IPA aku harus sekelas lagi dengan dia. Ya. Pembagian kelas telah selesai. Aku dan teman-temanku masuk ke kelas yang sama lagi dan itu membuatku sangat senang. Tetapi kalau ada yang membuat senang kenapa harus ada yang membuat aku menjadi tidak senang? Kehadirannya di satu kelas yang sama denganku lagi sangat membuatku badmood. Aku tidak mengerti dengan sistem pembagian kelas dari guru. Mengapa aku harus sekelas lagi dengannya?

"Ciee.. Nesha sekelas lagi sama Niko. Tak terpisahkan banget kalian berdua." Kata-kata Leyna membuatku semakin sebal. Aku tidak tau maksudnya mengejek atau hanya iseng saja membuat aku makin kesal. Kubuang mukaku ke samping, tidak mau mendengar obrolan teman-temanku yang sedang membahasku dan Niko.

Aku duduk bersama Leyna di kursi tengah paling depan dan Vita duduk bersama Alexa di belakang kami. Tak lama kelasku yang awalnya memang sudah ribut menjadi tambah ribut. Aku mengira kelasku ribut karena wali kelas kami telah datang ke kelas. Tetapi ternyata aku salah. Leyna mencolekku dan menyuruhku melihat ke arah pintu kelas.

"Niko nes. Di depan pintu." Ku ikuti perkataan Leyna dan melihat ke pintu kelas. Ya, benar. Dia Niko Alexander. Si ranking 1 berturut-turut membuatnya menjadi terkelas di sekolah ini. Tetapi sebenarnya dia juga terkenal karena wajahnya. Yahhh... Kuakui wajahnya lumayanlah yah. Walaupun kalau aku bilang wajahnya lumayan pasti siswi sekolah ini tidak akan terima. Karena menurut siswi-siswi sekolah ini Niko itu ganteng banget. Dia tinggi, putih, alisnya tebal dan matanya tajam. Itu sih kata mereka.

Niko mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas dan menemukan satu-satunya kursi yang masih kosong di barisan nomor tiga di samping jendela yang mengarah ke halaman sekolah. Sebelum Niko berjalan ke arah kursi yang dia inginkan matanya sempat bertemu dengan mataku. Kami sempat saling pandang. Tunggu dulu, ini bukan pandangan suka atau lainnya tapi ini tatapan persaingan. Persaingan yang akan segera dimulai di tahun terakhir SMA. Mungkin ini akan jadi persaingan terakhir kami selama masih duduk di bangku sekolah.

Sungguh. Aku benar-benar tidak menyukainya. Dia rivalku di sekolah. Aku sudah menghabiskan waktuku untuk belajar dan sudah kuyakini aku bisa mengerjakan semua soal yang diberikan guru-guru. Tetapi entah bagaimana aku tetap saja kalah dengan Niko. Bahkan seringkali nilaiku hanya beda tipis sekali dengannya.

Dan sekarang apa? Aku kembali sekelas dengannya di XII IPA 1. Hahh.. Takdir dan nasib apa yang Tuhan coba berikan kepadaku?

RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang