Sakit.
Aku tidak masuk sekolah selama 2 hari. Tidak banyak yang kulakukan selama tidak masuk sekolah. Sakit membuatku menjadi lemah. Hanya tidur seharian dan makan lalu minum obat.
Tadinya aku mengira aku hanya pusing biasa karena amnesia yang sempat kuderita dulu. Tapi ternyata tidak. Aku dibawa ke dokter yang biasa menanganiku bila aku sakit dan ternyata aku sakit malaria.
Aku sudah cukup sembuh sehingga mama sudah memperbolehkanku untuk pergi ke sekolah. 2 hari membuat aku ketinggalan pelajaran. Aku harus mencatat pelajaran 2 hari yang telah kulewatkan. Aku sudah meminta Leyna untuk membawakan buku catatannya agar aku bisa meminjam dan mencatatnya.
Untuk mempersingkat waktu, aku memakai waktu istirahat untuk mencatat. Tadinya Leyna, Lexa dan Vita mengajakku atau bisa dibilang cukup memaksa untuk makan ke kantin. Mereka bilang aku baru sembuh dan harus makan untuk mengisi tenaga, kalau tidak aku akan sakit lagi. Aku tau aku harus mengisi tenaga walaupun sedikit. Tapi aku juga tidak bisa menunda suatu pekerjaan. Jadi kutolak ajakan mereka. Aku ingin menyelesaikan catatan ini dengan cepat agar tidak menjadi tugas di rumah. Aku merasa seperti tugasku menumpuk.
Tadinya mereka tidak mau meninggalkanku. Tapi aku berhasil meyakinkan mereka kalau aku tidak apa-apa dan meminta mereka untuk membelikan tempe dan bakwan saja di kantin.
Jadi saat ini kelas sangat sepi. Tidak ada orang selain aku.
Aku masih sibuk menulis catatan. Tanpa sadar ada seseorang yang masuk ke dalam kelas.
Aku tersadar jika di kelas ini bukan hanya ada aku sendiri saat ada yang menaruh tempe dan bakwan ke atas mejaku. Tadinya aku mengira itu adalah Leyna, Lexa atau Vita. Tapi ada yang aneh sehingga aku berhenti menulis dan mendongakkan kepalaku. Bukan mereka yang memberikan tempe dan bakwan yang kupesan tadi tapi Niko.
"Kok jadi lo sih yang antar tempe sama bakwan pesenan gue? Leyna, Vita dan Lexa kemana?" tanyaku bingung.
"Mereka masih di kantin. Tadi gue ketemu Lexa di depan kantin. Dia minta gue antarin makanan ini buat lo. Katanya dia gak bisa antarin ini karena dia udah kelaperan banget dan takut kalau maagnya kambuh."
"Ohhh... makasih ya." jawabku lalu mulai mencatat lagi.
"Seharusnya lo gak usah segigih ini buat salin catatan saat lo gak masuk kemarin. Lo bisa salin ini di rumah." Perkataan Niko yang tiba-tiba membuat Vanesha berhenti menulis dan memusatkan perhatiannya kepada Niko lagi. "Maksudnya?" tanya Vanesha bingung.
"Ya lo bisa salin ini di rumah dan lo gak usah skip makan. Lo baru sembuh dan masuk sekolah setelah izin sakit 2 hari masa lo mau sakit lagi." Penjelasan Niko membuat Vanesha tambah bingung yang membuat Niko jadi salah tingkah karena tambah di tatap lekat-lekat oleh Vanesha.
"Maksud gue, lo mendingan makan dulu. Salin catatannya bisa di lanjut di rumah. Lebih santai juga. Yaudah, gue keluar dulu ya." jelas Niko lagi lalu beranjak keluar kelas.
'Niko kenapa ya? Aneh.' pikir Vanesha dalam hati sambil memperhatikan Niko yang keluar kelas hingga hilang dari pandangannya.
Vanesha menatap tempe dan bakwan yang dititipnya pada sahabatnya tapi di antar oleh Niko itu. Dengan pertimbangan akhirnya ia mengambilnya dan mulai memakannya setelah menutup dan memasukkan buku catatannya ke dalam tas. Vanesha akan menyelesaikannya di rumah saja. Sekarang ia akan mengisi perutnya yang sudah meminta jatah untuk diisi.
^^^
Hari sudah berlanjut setelah kejadian Niko membawakan makanan kepadanya. Walaupun sebenarnya itu titipannya pada sahabatnya dan meminta Niko untuk memeberikan kepadanya. Hari ini adalah hari Rabu dimana ini menjadi hari terakhir aku dan Niko bimbingan bersama Bu Ani. Besok hari Kamis kami berdua akan izin ke sekolah karena akan mengikuti olimpiade. Aku tidak sabar untuk olimpiade ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival
Novela JuvenilMempunyai rival di sekolah membuat Vanesha kesal. Posisi yang dia pertahankan, yaitu rangking 1 selama duduk di sekolah dasar tidak jadi miliknya lagi sejak Vanesha menginjakan kaki di SMP. Sialnya lagi setelah lulus dari SMP dia harus bertemu lagi...