Hari ini adalah hari yang ditunggu Vanesha. Ia sudah bisa keluar dari rumah sakit. Dokter bilang keadaannya sudah membaik. Tetapi tetap saja, saat ini ia menjadi pusat perhatian di rumah. Ia tidak boleh melakukan ini dan itu sendiri. Semua orang menjaganya agar ia tidak sakit atau masuk ke rumah sakit lagi.
Vanesha duduk di kursi belakang bersama mamanya. Ayahnya duduk di depan bersama kak Vinno yang mengemudi. Vanesha menatap keluar kaca.
Saat lampu merah menyala dan mobil berhenti pandangan Vanesha tertuju pada kedai kopi. Kedai kopi itu ramai dengan pengunjung tetapi Vanesha bisa melihat dengan jelas. Niko bersama Hani berada di sana, dilihat dari mereka yang masih berada di parkiran dan Hani yang menunggu Niko turun dari motor, mereka baru saja sampai di kedai kopi tersebut. Hanya berdua. Bahkan Vanesha sept melihat Hani memnata rambut Niko yang berantakan karena helm. Vanesha memperhatikan mereka. Mereka tertawa bersama, entah membicarakan apa. Sesekali juga Hani mendorong bahu Niko sambil tertawa.
Dulu, Vanesha pernah diposisi Hani. Vanesha dan Niko sering mengunjungi café yang berada tidak jauh dari sekolah. Menghabiskan waktu bersama di café tersebut dengan belajar bersama, mengobrol, tertawa bahkan kami pernah bertengkar di café tersebut. Ah, mengingatnya membuat Vanesha tersenyum walaupun samar.
Tak lama lampu merah berubah menjadi hijau dan perlahan-lahan kendaraan di depannya maju, begitu pun mobil yang sedang dinaikinya bersama keluarga pun maju dan membelah jalanan yang cukup padat karena saling ingin mendahului.
Perlahan-lahan pula kedai kopi itu terlewati dan tertinggal jauh dari pandangan hingga Vanesha tidak bisa melihatnya lagi. Ada sedikit perasaan tak rela juga tak suka menghinggapi Vanesha sehingga ia memilih menundukan kepalanya.
"Kamu kenapa Nes? Ada yang sakit lagi?" tanya mamanya yang duduk di sebelahnya.
"Ah, enggak ma, aku gak apa-apa." Jawab Vanesha cepat karena kaget dengan pertanyaan mamanya yang tiba-tiba.
"Kalau ada yang sakit, bilang Nes, jangan buat kita cemas." Ujar papanya menatap kebelakang di mana Vanesha dan mamanya duduk.
"Iya pa." balas Vanesha menatap keluarganya.
^^^
Keesokan harinya Vanesha memohon-mohon kepada orang tua dan kakaknya agar diizinkan ke sekolah. Ia harus sekolah jika tidak ingin ketinggalan lebih banyak lagi pelajaran. Disinilah Vanesha, berjalan di koridor kelas menuju kelasnya. Ia bisa berada disini setelah membuat perjanjian dengan orang tua dan kakaknya. Jika ia mulai pusing lagi, ia harus istirahat dan tidak memaksakan diri untuk tetap belajar melainkan izin ke uks atau pulang. Juga ia harus makan saat istirahat dan selalu melapor pada kakaknya apa saja yang ia lakukan dan bagaimana keadaannya. Merepotkan dan mengesalkan memang, harus melapor setiap saat pada kakaknya itu, tapi mau bagaimana lagi ia harus melakukan semua itu agar diizinkan ke sekolah hari ini.
"Vaneshaaaaa! Akhirnya lo sekolah juga!" teriak Vita dramatis saat Vanesha baru saja masuk ke kelas dan berlari memeluk Vanesha.
"Kita kangen Nesss.." ucap Leyna dan Lexa ikut memeluk Vanesha.
"Gue juga kangen kaliannnn." Balasku memeluk Leyna, Lexa dan Vita.
Kami berpelukan di depan pintu masuk sehingga mereka menghalangi jalan siswa lain yang ingin masuk ke dalam kelas.
"Eh kalian berempat jangan halangin jalan dong."
"Iya gak bisa masuk kita." Berbagai ucapan kesal dari siswa lain yang ingin masuk ke dalam kelas karena jalan mereka dihalangi. Tetapi, seolah tdak mendengarnya mereka tidak memperdulikan hingga mereka mulai melepas pelukan lalu berjalan bersama ke meja yang mereka masing-masing.
^^^
"Tumben lo mau diajak ke kantin. Jarang-jarang nih." Ucap Leyna pada Vanesha yang duduk di depannya.
"Tau nih. Biasanya paling males diajak ke kantin." Ucap Lexa menanggapi.
"Nih pesanan Vanesha dan gue. Buat lo berdua ambil sendiri ya." Ucap Vita yang baru saja bergabung dengan membawa 2 mangkuk bakso pesanannya sendiri dan pesanan Vanesha.
"Makasih ya Vita. Lo yang terbaik." Ucap Vanesha mencubit pipi Vita.
"Jahat lo." Ucap Leyna dan Lexa yang kesal pesanannya tidak di bawa oleh Vita. Leyna dan Lexa berdiri dan mengambil pesanan bakso mereka. Mereka makan sambil membicarakan apa saja. Mulai dari yang penting hingga yang tidak penting. Mereka tertawa dan tidak menyadari bahwa sedari tadi mereka sudah di pandang kesal oleh orang-orang di kantin. Biasa, cewek kalau sudah ketemu dan kumpul-kumpul pasti kerjaannya gosip dan ngomongin cowok.
Sedang asyiknya bercerita ada seorang adik kelas yang dating menghampiri meja Vanesha dan teman-teman. "Maaf kak, ini ada titipan." Ucap sang adik kelas sambil memberikan kotak makanan pada Vanesha.
"Oh iya, makasih ya." Balas Vanesha tersenyum ramah.
"Sama-sama kak." Jawab sang adik kelas berlalu dari meja Vanesha.
Vanesha mengambil sebuat kertas kecil yang ditempel di tutup kotak makanan tersebut. Hanya sebuah tulisan sederhana yang dibacanya.
"Senang lo udah kembali ke sekolah. Jaga kesehatan ya." Ucap Leyna membaca tulisan tersebut dengan keras.
"Dari siapa Nes?" Tanya Lexa penasaran.
"Gue juga gak tau. Isi kertasnya cuma bilang gitu gak ada namanya." Jawab Vanesha bingung.
"Ya udahlah. Gak penting yang ngirim, yang penting kita makan aja sandwich-nya. Mubazir kalau gak dimakan." Ujar Vita sambil mengambil sepotong sandwich dari kotak makan yang masih di pandangi Vanesha karena tidak menyertakan siapa pengirim makanan tersebut.
^^^
Setelah makan malam Vanesha langsung menuju kamarnya untuk membuat tugas dan mencatat pelajaran yang ia tinggalkan karena sakit. Saat Vanesha membuka tas sekolahnya untuk mengambil bukunya dan buku catatan Leyna Vanesha mengambil kotak makanan yang sudah kosong tersebut karena isinya sudah habis ia dan teman-temannya makan.
Sebenarnya Vanesha penasaran dengan orang yang mengirimkannya kotak makanan ini. Vanesha menyesali tidak menanyakan siapa pengirim kotak makanan tersebut pada adik kelas yang mengantarkannya pada Vanesha tadi siang saat di kantin sekolah.
Vanesha mengambil kertas yang di temple di penutup kotak makanan tersebut dan membacanya sekali lagi. 'Senang lo udah kembali ke sekolah. Jaga kesehatan ya.' Baca Vanesha dalam hati dan seulas senyum terukir di bibirnya.
Vanesha meletakkan kotak makanan tersebut di meja belajarnya dan mengambil bukunya dan buku Leyna yang ia pinjam untuk mencatat pelajaran yang tertinggal.
Entah kenapa perasaannya hari sangat senang karena kotak makanan tersebut.
^^Enjoy^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival
Genç KurguMempunyai rival di sekolah membuat Vanesha kesal. Posisi yang dia pertahankan, yaitu rangking 1 selama duduk di sekolah dasar tidak jadi miliknya lagi sejak Vanesha menginjakan kaki di SMP. Sialnya lagi setelah lulus dari SMP dia harus bertemu lagi...