Keheningan didalam mobil diisi oleh isak tangis Vanesha. Niko hanya bisa diam dan menepuk bahu Vanesha dengan pelan. Ia menunggu Vanesha yang masih tenggelam dalam tangisnya.
Setelah cukup lama Vanesha menangis, cewek itu berhenti dan menyandarkan punggungnya pada jok mobil dengan menutup matanya.
Niko memperhatikan Vanesha yang masih mengatur napasnya setelah menangis cukup lama. Setelah merasa sedikit tenang, Vanesha membuka matanya dan menatap Niko dengan tatapan bersalah dan penyesalan.
"Maaf." Niko bingung dengan Vanesha yang sedari tadi megatakan kata maaf berulang-ulang kali. Ia sama sekali tidak mengerti kesalah apa yang sudah diperbuatnya sehingga ia meminta maaf berkali-kali.
"Gue gak tahu kenapa daritadi lo minta maaf terus. Gue gak ngerasa kalau lo melakukan kesalahan. Jadi berhenti minta maaf." ucap Niko lalu bersiap menjalankan mobilnya lagi.
"Gue gak tahu apa kesalahan yang udah gue buat ini menurut lo kecil atau besar." Ucap Vanesha pelan sambil mengusap air matanya yang kembali turun ke pipinya yang dingin. Entahlah, cuaca hari ini memang dingin atau ac di dalam mobil ini yang dingin atau bahkan suasana di dalam mobil ini yang dingin.
Ucapan Vanesha membuat Niko tidak jadi menyalakan mesin mobil. Niko menatap kesamping dimana Vanesha mulai menangis kembali. Niko tidak tahu mengapa Vanesha hari ini menjadi sangat sensitif.
"Gue mau cerita semuanya. Tapi gue takut kalau lo...." Vanesha mengusap air matanya kembali sembari melihat mata Niko dengan tatapan yang tidak dimengerti Niko. Vanesha banyak membuat ekspresi yang baru pertama kali dilihatnya.
"Lo... pergi dari gue." Vanesha mulai terisak lagi. Oh, betapa cengengnya ia malam ini. "Gue melakukan kebohongan yang gue rasa lo sangat berhak marah sama gue." Ada jeda sebelum Vanesha melanjutkan kembali perkataannya. "Gue mau jujur kalau gue.... Ini udah cukup lama. Setahun setelah kejadian itu. Ingatan gue udah kembali." Vanesha tak berani menatap Niko tapi ia tahu pasti laki-laki itu terkejut.
"Gue bisa jelasin kenapa gue memilih pura-pura gak kenal sama lo." Vanesha mengela napasnya. "Gue akan jelasin semuanya. Malam ini, saat ini." Lanjut Vanesha memejamkan matanya lagi lalu membukanya dan menatap Niko yang masih terkejt dengan pernyataan Vanesha.
Vanesha yang ia tahu masih hilang ingatan karena kecelakaan beberapa tahun silam ternyata ingatannya sudah kembali. Ia dibohongi.
"Setelah satu tahun kecelakaan itu, ingatanku kembali. Tadinya aku mau kasih tahu kamu saat hari jadi kita yang ke satu tahun. Tapi..." Vanesha menggantungkan kamilatnya dan menerawang keluar jendela mobil yang dibasahi rintik-rintik hujan yang baru saja turun. Cuaca hari ini cukup mendukung suasana mereka saat ini.
Niko mendengarkan semua perkataan Vanesha dengan menyandarkan punggungnya dan menutup matanya. Tiba-tiba ia merasa pusing mendengar penjelasan Vanesha.
"Tapi, saat aku pergi ke rumah kamu, aku lihat kamu di halaman depan rumah. Aku lihat kamu sama Hani." Ada jeda lagi sebelum Vanesha melanjutkan. "Kalian, pelukan." Lanjut Vanesha membuat Niko membuka matanya dan menatap Vanesha dengan tatapan bersalah.
Vanesha menatap Niko yang sedang mmenatapnya. "Jadi, aku minta maaf karena baru bilang sekarang. Kamu berhak marah." ucap Vanesha entah sejak kapan ia memulai dengan aku-kamu.
"Tadinya aku marah. Tapi setelah dengar semua penjelasan kamu, kalau aku jadi kamu, aku pasti ngelakuin hal yang sama." ucap Niko pada akhirnya setelah cukup lama menyerap semua penjelasan Vanesha.
"Hari itu. Hari jadi kita yang ke satu. Awalnya aku keluar rumah mau ke rumah kamu. Seperti biasa, aku mau ketemu kamu dan menemani kamu. Tapi saat aku keluar rumah, Hani berdiri di depan halaman rumahku sambil nangis." Niko menghela napasnya.
"Aku gak tahu harus berbuat apa jadi aku tepuk bahunya pelan seperti yang aku lakuin ke kamu barusan. Tapi tiba-tiba Hani peluk aku. Sama seperti kamu tadi. Aku gak tahu harus gimana jadi aku biarin dia peluk aku sampai dia tenang." jelas Niko dengan rasa bersalah. Ia merasa bersalah, karena dirinya benar-benar tidak tahu apa yang dialami Vanesha.
"Hari itu, Hani sedang ada masalah dengan keluarganya. Aku gak tega ninggalin dia sendirian. Jadi seharian itu, aku hibur dia."
"Apa menghibur orang sampai seminggu?" tanya Vanesha pelan tapi ada rasa kesal atau cemburu terselip di nada pertanyaannya.
"Kalau itu, Hani minta aku menemaninya. Tapi mama yang minta aku menemani dia sampe seminggu. Aku juga menemani Hani dan mamanya pindah ke Singapura dan bantu mereka untuk urusan pindahan. Itu kenapa aku tiba-tiba gak bisa dikabarin. Bahkan sampai satu bulan."
Niko menatap Vanesha yang juga sedang menatapnya. "Maaf. Harusnya aku yang minta maaf. Bukan kamu." ucapnya.
Hening.
Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Banyak penjelasan yang dijelaskan oleh keduanya. Ternyata selama ini banyak kesalah pahaman diantara mereka.
Tadinya Vanesha mengira Niko melupakannya karena saat itu ia hilang ingatan dan melupakan laki-laki itu dan memilih gadis lain. Tapi tidak. Ia salah. Niko masih men- oh entahlah perasaan laki-laki itu terhadapnya belum jelas.
Vanesha memikirkan apakah ia harus menyakan perasaan laki-laki itu saat ini terhadapnya seperti apa? Atau ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakannya?
Niko menatap Vanesha yang memilin ujung kemeja yang dipakainya. Gadis itu gelisah. "Ada yang mau ditanya lagi?" tanya Niko penasaran dengan apa yang sedang dipikirkan Vanesha hingga gadis itu gelisah.
"Oh, itu, ehm..." Vanesha memikirkan sekali lagi. Apa ini waktu yang tepat atau tidak. Tapi ia rasa ini bukan yang tepat sehingga ia mengurungkan niatnya utnuk bertanya. "Ah, enggak. Enggak apa-apa. Gak jadi." jawabnya sambil tersenyum agar Niko yakin kalau ia tidak jadi bertanya.
Niko hanya menganggung dan mulai menghidupkan mesin mobilnya. "Aku antar pulang." ucapnya lalu menjalankan mobilnya melewati rintik hujan yang masih setia mengguyur jalanan yang sudah basah.
^^^
Rabu, 25 Januari 2017
18.27 WIB
Lama gak update karena saat tahun baru kemarin sakit dan setelah itu sibuk UAS dan baru bisa sekarang buat update lagi. Terima kasih untuk semuanya yang sudah mau meluangkan waktu untuk membaca cerita pertama saya yang saya buat sampai sejauh ini.
Saya berharap pembaca bisa memberikan komentar yang bisa membantu saya mengembangkan cerita ini menjadi lebih baik lagi. Terima kasih juga untuk semua yang sudah memberikan vote pada cerita ini.
^.^
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival
Teen FictionMempunyai rival di sekolah membuat Vanesha kesal. Posisi yang dia pertahankan, yaitu rangking 1 selama duduk di sekolah dasar tidak jadi miliknya lagi sejak Vanesha menginjakan kaki di SMP. Sialnya lagi setelah lulus dari SMP dia harus bertemu lagi...