Entah kenapa Hani akhir-akhir ini selalu ingin bertemu denganku. Beberapa hari lalu juga ia datang ke sekolah saat aku ingin mengantar Vanesha pulang tapi gagal karena kehadirannya. Aku tidak bisa menyalahkannya untuk bertemu atau meminta tolong padaku karena dari awal memang aku yang memintanya untuk tidak segan meminta pertolongan dariku.
Hani adalah sahabatku dari kecil. Kami dulu adalah tetangga tetapi itu sudah beberapa tahun lalu sebelum Hani pindah ke luar kota. Tapi beberapa tahun belakangan ini ia pindah kembali ke Jakarta walaupun rumahnya bukan rumah saat ia kecil dulu. Kami bukan tetangga lagi. Sekarang ia tinggal di sebuah apartemen bersama ibunya.
Hani sering merasa kesepian karena ibunya jarang ada di apartemen karena sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan Hani. Oleh karena itu juga Hani jadi lebih sering mengajak bertemu hanya untuk menemaninya. Hani juga tidak begitu banyak teman dekat karena ia bukan tipe perempuan yang mudah bergaul. Teman-temannya bisa dihitung jari.
Ayah dan Ibu Hani bercerai beberapa tahun lalu. Saat itu adalah saat-saat terberat bagi Hani. Aku masih ingat dengan betul terpukulnya Hani dengan keputusan kedua orangtuanya. Hani sering menangis dan melamun. Ia juga pernah kabur ke Jakarta untuk menemuiku dan saat itu ia menceritakan semuanya lalu menangis sesegukan di depanku.
Hani akhir-akhir ini sering datang ke sekolahku karena katanya ibunya sedang ada pekerjaan yang harus diselesaikan dua minggu ini di Singapura sehingga ia ditinggal sendiri. Ibunya Hani juga menitipkan Hani padaku sampai ibunya pulang. Mamaku jugalah yang meminta Hani jika sudah pulang sekolah langsung ke sekolahku dan pulang bersama karena selama dua minggu ini pula Hani akan tinggal bersama keluargaku.
^^^
Aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Vanesha saat ini. Aku tahu kalau dia melihatku bersama Hani. Aku juga tahu kalau banyak siswi yang sekarang menatap kami di parkiran, tak hanya siswi tapi siswa juga banyak yang melihat kami atau lebih tepatnya penasaran dengan Hani sehingga menghadang pintu keluar sekolah. Semua tatapan orang-orang menatap Hani dengan rasa ingin tahu. Aku bisa melihatnya daari mata orang-orang yang menatap kami. Tapi aku tidak tahu apa yang dirasakan Vanesha. Apa ia juga ingin tahu? Aku tahu bahwa beberapa waktu lalu ia sudah memperkenalkan Hani pada Vanesha, tapi aku tidak tahu pikiran apa yang ada di dalam otaknya.
Kami sempat bertatapan beberapa detik sebelum Vanesha memutuskan untuk menatap ke arah lain. Vanesha berbicara sebentar pada sahabat-sahabatnya lalu melambai. Ku rasa ia akan pulang. Benar. Ia pulang dengan menaiki mobil abu-abu yang biasa mengantar dan menjemputnya ke sekolah yang tak lain adalah kakak kandung Vanesha, kak Vinno.
Ku pandangi mobil itu hingga hilang dari pandanganku.
"Nik." Panggil Hani tidak sabaran.
"Ah ya. Sorry. Helmnya udah dipake?" tanya Niko salah tingkah. Niko sadar kalau daritadi ia memperhatikan Vanesha yang pulang sehingga lupa pada Hani yang ada di sampingnya.
"Udah daritadi. Ayo ah pulang. Gak enak banget dilihatin anak-anak sekolah lo." Balas Hani tidak nyaman di perhatikan oleh siswa-siswi sekolahnya.
"Oh yaudah ayo pulang." Balas Niko menaiki motornya dan menyalakan mesin siap untuk mengendarainya.
Mereka pun pulang ke rumah Niko yang seharusnya memakan waktu hanya sebentar dengan motor ini karena bisa menyalip tapi tetap saja mereka terjebak macet dan harus rela sampai dengan memakan waktu yang cukup lama.
Setelah sampai Niko dan Hani langsung masuk ke rumah Niko yang akan ditempati Hani untuk dua minggu.
"Niko dan Hani pulang." Teriak Niko setelah melepas sepatu dan kaus kakinya dan meletakkannya pada rak sepatu di samping pintu utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival
Novela JuvenilMempunyai rival di sekolah membuat Vanesha kesal. Posisi yang dia pertahankan, yaitu rangking 1 selama duduk di sekolah dasar tidak jadi miliknya lagi sejak Vanesha menginjakan kaki di SMP. Sialnya lagi setelah lulus dari SMP dia harus bertemu lagi...