Hari ini akan kebali menjadi hari yang panjang karena hari ini aku kembali memiliki jadwal bimbingan belajar bersama bu Ani dan yang artinya aku akan kembali berhadapan dengan Niko.
Pulang sekolah tadi aku sudah meminta sahabat-sahabatku untuk pulang duluan sehingga saat ini aku sedang sendirian berjalan ke perpustakaan. Setelah masuk ternyata Niko sudah datang lebih dulu. Ia sedang membaca sebuah buku dan menulis sesuatu di selembar kertas.
Kudekati tempat di seberang Niko duduk. Melepas tas dan mengeluarkan alat-alat tulis. "Lama banget sih nes. Nih, Bu Ani gak bisa dateng karena tiba-tiba ada rapat guru mendadak setelah pulang sekolah ini, jadi lo sama gue di suruh ngerjain ini. Besok dikumpul ke Bu Ani biar Bu ani bisa periksa." Ucap Niko sambil menyerahkan beberapa lembar kertas yang isinya soal-soal.
"Oh, oke." Jawabku sekenanya karena merasa canggung di perpustakaan yang sepi bersama Niko.
Kubaca setiap soal dengan teliti dan mencoba mencari jawaban yang tidak aku ketahui di buku cetak yang sengaja kubawa dari rumah. Sampai pada nomor 14 aku sudah mencari jawaban itu di buku yang aku bawa tetapi aku tidak menemuka jawabannya. Ingin mencari di internet tapi wi-fi perpustakaan sudah di mati karena sudah jam pulang sekolah sudah lewat dan dengan sangat kebetulannya paket internet posel Vanesha sudah habis sehingga ia tidak bisa browsing. Ingin bertanya pada Niko..... gengsi. Sehingga Vanesha memutuskan untuk encoba mencari buku di rak-rak perpustakaan sekolahnya ini.
Cukup lama Vanesha mencari buku yang cocok dengan soal-soal yang sedang ia kerjakan sampai ia mendapatkan buku tersebut. Sayangnya keberuntungan sedang tidak berpihak padanya. Buku itu ada di rak paling atas dan cukup jauh dari jangkauan tangannya. Vanesha merutuki kesialannya. Apakah salahnya bahwa ia tidak terlalu tinggi? Apa salahnya perpustakaan sekolah ini memiliki rak-rak buku raksasa sehingga siswa-siswinya susah mengambil buku yang mereka perlukan? Apa salahnya kalau ke sekolah tidak memperbolehkan siswinya untuk mengenakan sepatu hak tinggi? Apa salahnya perpustakaan ini tidak memiliki tangga?
Vanesha mencoba menggapai buku itu dengan cara melompat. Ia mendengus sesekali karena tetap tidak bisa menggapai buku itu.
Tiba-tiba ada tangan yang menggapai buku tersebut dengan mudah dan memberikannya pada Vanesha. Ya. Siapa lagi kalau bukan Niko. Karena di perpustakaan ini hanya ada aku dan dia. Ibu menjaga perpustakaan sepertinya sedang pergi atau ia juga mengikuti rapat dengan dewan guru. Entahlah aku juga tidak tau karena ia sudah tidak ada sejak aku memasuki perpustakaan. Aku pun tak bernia bertanya pada Niko.
"Thanks" ucapku sambil mengambil buku yang diberikan Niko padaku.
"Hm." Jawabnya dan langsung meninggalkanku dan duduk kembali mengerjakan soal-soal.
Aku merasa déjà vu. Aku merasa pernah mengalami hal serupa. Ku ingat-ingat kembali dan menggali kenangan lama. Saat itu kelas 3 SMP. Aku mengikuti sebuah olimpiade juga bersama Niko. Kami diberi bimbingan pelajaran seperti saat ini.
"Bu bukunya tinggi banget sih. Aku gak bisa ambil bukunya bu." Kataku pada Bu Wina, sang penjaga perpustakaan.
"Ah iya tinggi sekali. Bentar ibu cari kursi untuk naik ya." Jawab Bu Wina yang kujawab dengan anggukan.
Tidak lama hanya beberapa menit. Satu menit mungkin. Bukan Bu Wina yang datang tetapi Niko yang datang. Ya Niko Alexander yang kujadikan rivalku.
"Buku mana yang mau diambil?" tanyanya.
"Tau dari mana gue mau ambil buku? Gue juga gak minta lo buat bantuin gue kok." Jawabku dengan nada tidak suka tapi kurasa ia tak perduli dengan nada suaraku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival
Novela JuvenilMempunyai rival di sekolah membuat Vanesha kesal. Posisi yang dia pertahankan, yaitu rangking 1 selama duduk di sekolah dasar tidak jadi miliknya lagi sejak Vanesha menginjakan kaki di SMP. Sialnya lagi setelah lulus dari SMP dia harus bertemu lagi...