Part 5: Memory

2.2K 125 0
                                    

Setelah hampir kurang lebih 15 menit akhirnya mereka sampai di rumah Vanesha. Niko mengantarku. Motor yang membawa mereka berdua berhenti di depan pagar rumah Vanesha. Vanesha langsung turun dari motor Niko. Mereka sama-sama melepaskan helm lalu Vanesha menyerahkan helmnya kepada Niko. Setelah hampir tak ada satu pun suara yang keluar dari mulut keduanya, Niko akhirnya memecahkan keheningan "Yaudah masuk deh. Gue pulang dulu ya"

"Ah ya. Thanks." Ucap Vanesha setelah Niko mengenakan helmnya kembali dan dijawab Niko dengan sangat pelan "Hm." Niko pun berlalu dari rumah Vanesha dengan tatapan yang mengarah ke kaca spion motornya melihat Vanesha yang masih memandangnya pergi dari rumahnya.

Vanesha sedang mengerjakan tugas sekolahnya yang besok harus dikumpul tetapi banyak yang mengganggu pikirannya. Vanesha merasakan kesulitan mengerjakan tugasnya. Entahlah kemana otak encernya saat ini. Vanesha memejamkan matanya sebentar karena tiba-tiba saja ia emosi. Emosi kenapa ia tidak bisa mengerjakan soal yang menurutnya tadi pagi saat dijelaskan oleh sang guru sangatlah mudah tetapi saat ini ia tak bisa mengerjakan satu soal pun. Pikirannya tersita karena sore tadi. Saat Niko mengantarnya pulang.

Vanesha membuka matanya lagi dan berjalan ke arah lemari yang berisi buku-bukunya dan mengambil satu kotak yang ia letakkan di dekat buku-buku itu. Kotak itu tidak begitu besar dan tidak begitu kecil. Di bukanya kotak itu dan melihat isinya beberapa saat sebelum mengambil dan mengeluarkan semua isinya. Foto, surat, dan kalung. Semua masih tersimpan rapi dan tidak ada yang rusak walaupun tidak pernah ia sentuh setelah cukup lama. Tak ingin berlarut terlalu lama, ia meletakkan kembali barang-barang itu ke dalam kotaknya lalu meletakkan kembali kotak itu di tempat semula. Setelah dirasanya ia tak bisa melanjutkan tugas Vanesha lebih memilih tidur sebelumnya sempat mengirimkan chat kepada Leyna untuk datang pagi besok karena ia akan menyalin tugasnya.

^^^

Pagi-pagi sekali Vanesha berangkat ke sekolah karena semalam ia tidak bisa mengerjakan tugas jadilah saat ini ia sedang menyalin tugas Leyna yang ia pinjam. Kelas saat ini belum begitu ramai walaupun sudah ada beberapa murid yang datang pagi-pagi sekali dengan sengaja seperti Vanesha. Waktu berlalu saat 15 menit sebelum bel kelas sudah cukup ramai dan Vanesha baru selesai 7 nomor dari 10 soal. Jawaban tugas ini sangat panjang sehingga dia menambah kecepatan menulisnya.

"Tumben banget lo gak ngerjain pr. Mana minta gue dateng pagi-pagi banget lagi buat nyontek." Tanya Leyna sambil menatapku yang sedang fokus pada tugas (menyontek) ini.

"Sekali-kali ya gapapa dong. Ada saatnya juga kali gue males buat ngerjain pr." Jawabku tanpa menoleh pada Leyna.

"Wah, gak salah liat gue. Vanesha, lo nyalin pr? Lo gak ngerjain pr?" tanya Lexa dan Vita saat baru memasuki kelas dan melihat Vanesha sedang menyalin pr Leyna.

"Hmm seperti yang kalian lihat." Jawab Leyna.

"Yes! Akhirnya selesai. Thank you ya Leynaaaaa. Gue sanyang banget deh sama lo." Vanesha menutup buku Leyna lalu menyerahkan padanya dan dengan sekuat tenaga ia langsung memeluk Leyna dengan erat.

"Ahh iya sama-sama. Lepasin gue dulu. Gue gak bisa nafas."

"Oops. Sorry." Ucap Vanesha dengan meniru gaya ala Cheon Song Yi di drama My Love From Another Star dan setelah itu bel masuk berbunyi dan pelajaran pun dimulai.

^^^

Saat pulang sekolah Vanesha dan teman-temannya dihadang oleh Ardell. Ardell salah satu siswa tampan yang juga digandrungi siswi-siswi sekolah ini. Sejak Vanesh berkenalan dengan Ardell di perpustakaan saat ingin mengembalikan buku yang ia pinjam, Ardell dan Vanesha sempat dekat. Banyak gosip yang beredar di lingkungan sekolah bahwa Vanesha dan Ardell pacaran padahal mereka berteman. Setelah Vanesha menjelaskan kepada teman-temannya dan juga siswi-siswi yang menyukai Ardell bahwa ia tidak berpacaran dengan Ardell, mereka menjadi sedikit renggang. Awalnya Vanesha bingung kenapa Ardell tidak meluruskan gosip itu karena gosip itu sama sekali tidak benar. Vanesha sendiri juga sudah mencoba berbicara pada Ardell untuk meluruskan gosip itu tetapi tidak ada tanggapan yang berarti darinya sehingga menurut Vanesha ia harus turun tangan untuk meluruskan gosip itu. Tetapi setelah gosip itu selesai ia luruskan Ardell datang menghampirinya dan alih-alih berterima kasih karena sudah membersihkan namanya yang sempat tercemar karena gosip tidak jelas itu, Ardell justru menembaknya. Ardell selama ini menyukai Vanesha dan ia dengan senang hati menerima gosip itu. Karena itulah Ardell tidak mau repot-repot meluruskan gosip yang menyeret nama mereka berdua.

Di tembak dengan tiba-tiba oleh Ardell seperti itu membuat Vanesha kaget sekali. Selama ini ia hanya menganggap Ardell temannya. Dengan berat hati Vanesha akhirnya menolak Ardell. Awalnya Ardell baik-baik saja dengan jawaban Vanesha tapi entah darimana kabar itu beredar ada lagi gosip kalau Vanesha menolah Ardell. Baiklah, itu bukan gosip melainkan fakta. Ia memang menolak Ardell. Sejak saat itu juga Ardell menjaga jarak padanya. Mereka tidak lagi seperti dulu.

Sekarang tiba-tiba Ardell datang menghampirinya. "Hai Nes, apa kabar?" tanyanya.

"Gue baik. Lo sendiri?" jawabku dengan kerutan di dahi. Bingung.

"Gue baik. Gue mau ngajak lo buat pulang bareng."

"Hah?"

"Gue mau ngajak lo pulang bareng. Kurang jelas?" tanyanya.

"Tumben banget lo ngajak gue pulang bareng."

"Ya gak papa dong. Mau?"

"Sorry gue gak bisa Dell, Sorry banget, but thanks lo udah mau ngajak gue pulang bareng."

"Oh gitu. Gue kira lo bakal mau gue anter pulang tapi ternyata gue salah."

"Maksud lo?"

"Yah kayaknya lo cuma mau di anter sama rival lo itu ya." Kata Ardell membuatku mengerutkan kening. "Kemarin, lo di anter pulang sama Niko. Gue liat kok jadi lo gak perlu buat ngelak. Kayaknya cukup jelas ya ternyata rival bisa akur juga."

Ku pandangi wajah Ardell dengan lekat-lekat. "Gue emang bareng sama Niko kemarin. Tapi itu karena kakak gue gak bisa jemput dan orang rumah gue juga gak bisa jemput. Lagian itu udah sore gak ada kendaraan yang lewat."

"Gue gak peduli dengan pembelaan lo tapi gue sedikit kecewa aja. Gue yang dulu jadi teman lo aja gak pernah lo mau gue anter pulang. Tapi Niko yang notabene lo anggap rival, lo mau di anter pulang. Gue cua mau bilang itu aja. Gue balik ya." Ardell berlalu bersama kedua temannya.

"Lo di anter pulang sama Niko Nes?" tanya Vita.

Kutatap Vita, Leyna dan Lexa lalu kuanggukan kepalaku. "Iya. Tapi kemarin itu karena gak ada yang jemput gue dan di warung deket sekolah kan banyak anak cowok pada kumpul di sana, gue takutlah. Kebetulan Niko belum pulang dan dia nawarin buat anter gue pulang. Awalnya gue nolak tapi pas liat anak-anak cowok pada ngumpul di warung ya gue langsung setuju buat pulang bareng Niko. Bukan sepenuhnya gue mau di anter gitu aja sama dia. Tapi terpaksa. Daripada gue kenapa-kenapa. Ya kan?" Jelasku.

"Oke deh. Kita terima penjelasn lo. Pokoknya lain kali jangan rahasian kejadian begini sama kita. Kalau lo gak ada yang jemput lo bisa telepon salah satu antara kita. Kita pasti anter lo pulang kok."

"iyaa sorry. Yaudah gue pulang ya udah di tunggu kak Vinno, nanti dia ngamuk karena gue kelamaan. Byee..."

"Oke byee..."

^^^

RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang