Langit tampak sangat cerah hari ini seolah mengikuti suasana hati semua pelajar SMA yang ada di Indonesia. Hari ini adalah hari terakhir Ujian Nasional setelah kurang lebih tiga tahun mereka menempuh pendidikan di SMA. Ini juga hari terakhir mereka sebagai siswa-siswi SMA. Setelah ini mereka akan libur panjang dan menunggu hasil kelulusan sekaligus acara perpisahan yang akan diadakan satu bulan lagi.
"Gue bakal kangen banget sama kalian semua. Jangan lupain gue ya. Pokoknya kita juga harus sering ketemu." ucap Vita pada ketiga sahabatnya.
"Iya, pasti. Semoga sukses di perkuliahan ya." Ucap Leyna sambil merentangkan tangannya untuk memeluk ketiga sahabatnya.
Mereka berempat berpelukan di koridor yang juga menampakkan hal yang sama. Banyak siswa-siswi yang saling berpelukan dan mengucapkan selamat atas selesainya UN serta ucapan sukses juga untuk perkuliahan masing-masing.
Suasana sekolah menjadi mengharu biru.
^^^
Kelas XII IPA 1 pun pergi makan siang bersama. Mereka merayakan selesainya Ujian Nasional juga menjadi perpisahan untuk kelas mereka.
"Gue masih belum percaya kalau kita udah selesai UN. Cepat banget ya." Ucap Gia sekretaris kelas mereka.
"Iya gue juga. Bentar lagi kita semua pisah.." ucap Leyna sedih karena mereka semua akan berpisah untuk melanjutkan kehidupan masing-masing.
Setelah selesai makan siang bersama, acara sesi foto pun dimulai. Untuk kenang-kenangan, katanya.
Setelah itu kami pulang, tetapi saat keluar dari kafe tersebut keadaan diluar cukup buruk. Hujan mengguyur kota dengan derasnya.
Anak-anak kelasnya berhenti di luar pintu kafe menunggu hujan berhenti karena sebagian dari mereka rata-rata membawa kendaraan motor bukan mobil.
Vanesha memeluk tubuhnya sendiri karena hujan yang bertambah deras. Ia lupa membawa paying atau pun jaket. Vanesha berdiri di sisi dinding pintu masuk kafe dan hujan dengan mudahnya mengenainya sehingga sepatu hitamnya menjadi basah.
Niko yang sedari tadi menatap hujan yang tak kunjung reda mulai menoleh untuk mencari keberadaan seseorang yang ia cari. Matanya mulai mencari Vanesha yang ternyata ada di dekat dinding sebelah pintu masuk kafe. Gadis itu memeluk tubuhnya sendiri karena kedinginan membuat Niko berdecak kesal. Kenapa Vanesha tidak masuk lagi saja kedalam kafe jika ia memang kedinginan. Tapi lihat gadis itu? Ia menyiksa dirinya sendiri dengan berdiri sangat dekat dengan percikan air hujan yang turun dari atap kafe.
Niko berjalan menghampiri Vanesha yang sedang memeluk dirinya sendiri sambil melihat sepatunya yang basah karena percikan hujan.
Niko mengulur jaket abu-abu miliknya pada Vanesha. Melihat ada jaket yang tiba-tiba saja ada di depannya dengan tangan Niko yang mengulur jaket itu dari samping pun kaget.
Vanesha mendongakkan kepalanya dan menatap kesamping dimana Niko dengan wajah yang... entahlah. Khawatir?
Niko yang bertambah kesal karena Vanesha hanya menatapnya lalu menatap jaket yang ia ulurkan pada gadis itu secara bergantian mulai berdecak lagi. "Pakai." ucap Niko pelan menahan kekesalannya.
Melihat Vanesha yang sepertinya masih enggan untuk mengambil jaketnya Niko mengambil tangan Vanesha lalu meletakkan jaketnya pda tangan gadis itu.
"Pakai. Gue tahu lo kedinginan." ucapnya lagi sambil menatap hujan yang sudah mulai reda.
"Thanks." ucap Vanesha mulai memakai jaket abu-abu itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/71322413-288-k284898.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival
Teen FictionMempunyai rival di sekolah membuat Vanesha kesal. Posisi yang dia pertahankan, yaitu rangking 1 selama duduk di sekolah dasar tidak jadi miliknya lagi sejak Vanesha menginjakan kaki di SMP. Sialnya lagi setelah lulus dari SMP dia harus bertemu lagi...