Aku mengira keadaanku sudah membaik tapi ternyata aku salah. Bahkan saat ini aku berada di sebuah ruangan yang sudah sering kukunjungi selama beberapa tahun belakangan. Aku di rumah sakit. Sepertinya aku pingsan saat pelajaran olahraga berlangsung.
Kepalaku masih terasa pusing sehingga aku harus manahannya dengan menutup kedua mataku. Kedua mataku kembali terbuka saat aku mendengar suara pintu kamar terbuka dan tertutup kembali. Saat aku menoleh kearaah pintu kulihat Niko berjalan kearahku dengan kepala tertunduk menatap ponselnya.
Saat ia sudah berdiri di depan kasurku ia baru mengangkat kepalanya dan melihatku yang juga sedang menatapnya. "Lo udah sadar? Gue panggil dokter dulu." Ujar Niko dengan menekan tombol kecil di samping tempat tidurku.
Tak ada suara hingga dokter dan suster datang untuk memeriksaku. Hingga dokter dan suster itu keluar dari kamarku setelah memeriksaku dan mengatakan pada Niko bahwa aku sudah tidak apa-apa. Masih tidak ada suara di antara kami. Kami sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya pintu kamarku kembali terbuka dan tertutup menandakan ada yang masuk ke kamarku. Itu orang tua dan juga kakakku yang memasukki kamar.
"Vanesha? Kamu gak apa-apa?" tanya mamaku dengan wajah cemas dan sedihnya yang menjadi satu.
"Vanesha gak apa-apa ma." Jawabku dengan tersenyum tipis untuk meyakinkan bahwa aku memang baik-baik saja.
Setelah kehadiran kedua orang tuaku aku lupa bahwa masih ada Niko di dalam kamar ini. Tapi saat aku menolehkan kepalaku memandangi seisi kamar aku tidak menemukannya. Kemana ia pergi? Apa ia sudah pulang? Kenapa Niko tidak pamit dulu padanya? Bahkan ia belum mengucapkan terima kasih padanya.
^^^
"Thanks." Ujar Vinno-kakak Vanesha-pada Niko. Mereka berada di luar kamar tempat Vanesha dirawat. Tadi saat orang tuanya berbica dengan Vanesha Vinno mengajak Niko keluar untuk memberikan waktu bagi orang tuanya bersama Vanesha.
"Hmm.." jawab Niko singkat dengan menganggukan kepalanya.
"Gue tahu ini berat buat lo, tapi gue harap lo bisa ngerti keadaan Vanesha yang memang belum begitu pulih. Sejak kecelakaan itu Vanesha jadi sering sakit-sakitan. Dia juga sering pusing." Kata Vinno menepuk lengan Niko pelan. "Gue harap lo ngerti." Lanjutnya.
"Ya. Gue ngerti kok." Jawab Niko tegas. Lagi pula semua ini karena Niko. Vanesha seperti ini karenanya.
"Gue pulang dulu ya. Gue haru balik ke sekolah lagi. Salam buat Vanesha juga om dan tante." Kata Niko pamit pada Vinno.
"Oke." Jawab Vinno singkat.
^^^
"Kak? Dari mana? Tadi bukannya ada Niko ya? Dia yang bawa aku ke rumah sakit?" tanya Vanesha saat Vinno masuk ke kamar rawat Vanesha.
"Dari depan urus administrasi kamu. Iya Niko yang bawa kamu kesini. Kenapa?" ucap Vinno sambil duduk di samping tempat tidur Vanesha.
"Aku belum bilang makasih sama dia." Jawab Vanesha sambil menatap kakak satu-satunya yang ia punya. Vanesha baru sadar wajah kakaknya begitu tirus dan kelihatan lelah. Kakaknya lelah mengurus skripsinya yang sedang dikerjakaannya beberapa bulan ini.
"Oh itu. Kakak udah sampain makasih kok sama Niko. Lebih baik kamu istirahat sekarang. Masih pusing kan?" kata Vinno sambil mengelus rambut Vanesha dengan penuh kasih sayang.
"Hmm iya. Kakak temanin Vanesha sampai Vanesha tidur ya." Ucap Vanesha menutup matanya siap untuk tidur.
"Iya kakak temanin." Balas Niko pelan lalu mulai memainkan ponselnya sambil menjaga adik tersayangnya.
Setelah hening yang cukup lama tiba-tiba Vanesha bersuara. "Apa aku keterlaluan selama ini?" ujarnya pelan masih dengan mata tertutup. Vinno yang sedang bermain ponsel menatap Vanesha bingung. Vinno sedang meminta maaf pada dosennya karena tidak bisa menemui beliau saat ini, ia harus menjaga Vanesha yang sedang sakit. "Niko. Aku bicara tentang Niko." Lanjut Vanesha lagi setelah ia membuka mata dan melihat kakaknya bingung dengan ucapanya barusan.
"Apa aku seharusnya jujur aja sama Niko kalau aku udah ingat semuanya?" tanya Vanesha dengan wajah sendu.
"Kamu tahu kakak gak bisa bantu banyak untuk masalah ini. Kakak cuma bisa berdoa yang terbaik untuk kamu. Tapi kalau keputusan ini menurut kamu baik, lakukan. Sebelum kamu menyesal nantinya." Jawab Niko dengan tegas.
^^^
"Niko, kamu dengar apa yang sedang saya jelaskan?" tanya Pak Tio pada Niko yang melamun.
"Niko.. Niko... Niko!" panggil Pak Tio berkali-kali.
"Eh , iya. Maaf Pak. Kenapa?" tanya Niko baru sadar setelah panggilan terakhir Pak Tio dengan nada membentak.
"Kamu tidak mendengar apa yang saya jelaskan daritadi? Maju kamu. Bawa buku dan berdiri di depan. Jelaskan apa yang saya jelaskan tadi kepada teman-temanmu." Ucap Pak Tio yang dibalas lengosan dari Niko dan tawa dari teman sekelasnya.
Mau tidak mau Niko maju ke depan kelas. Niko harus sering-sering bersyukur atas otaknya yang encer ini. Karena otak dan IQ yang tinggi inilah ia bisa menjelaskan persis apa yang dijelaskan Pak Tio tadi kepada teman-temannya. Ia tidak mendengarkan penjelasan Pak Tio tapi ia bisa menjelaskannya dengan baik pada teman sekelasnya dan diberikan tepuk tangan dan bisikan "Walaupun Niko gak dengar penjelasan guru atau dia gak belajar juga tetap aja dia bisa ngerjain atau disuruh ngejelasin di depan kelas." atau "Pada dasarnya dia emang udah pinter." Begitulah ucapan teman-temannya setelah ia berhasil menjelaskan pelajaran yang di jelaskan Pak Tio.
^^^
Niko baru saja pulang dari sekolah. Ia masuk ke dalam kamarnya dan menjatuhkan tasnya di lantai samping tempat tidur kemudian menjatuhkan dirinya sendiri di atas kasur king size miliknya.
Niko menatap langit-langit kamarnya. Ia memutar kejadian saat jam pelajaran olahraga. Vanesha pingsan. Bagaimana pucatnya wajah gadis itu.
Melihat Vanesha terbaring di rumah sakit membuat Niko teringat dengan kejadian beberapa tahun lalu. Dimana Vanesha juga harus di rawat di rumah sakit karena sebuah kecelakaan dan membuat Vanesha kehilangan ingatannya. Niko sangat terpukul akan kejadian tersebut. Ia menyalahkan dirinya kaena tidak bisa menjaga Vanesha dengan baik. Karenanya Vanesha merasakan sakit seperti ini. Jika ia bisa, ia ingin mengubah semuanya. Biar ia saja yang merasakan sakit yang dirasakan Vanesha. Agar gadis itu baik-baik saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rival
Fiksi RemajaMempunyai rival di sekolah membuat Vanesha kesal. Posisi yang dia pertahankan, yaitu rangking 1 selama duduk di sekolah dasar tidak jadi miliknya lagi sejak Vanesha menginjakan kaki di SMP. Sialnya lagi setelah lulus dari SMP dia harus bertemu lagi...