Part 7: Who is she?

2.1K 112 2
                                    

Matahari baru saja menampakkan diri di langit yang sangat cerah. Hari ini adalah hari Minggu yang artinya hari ini tidak ada kegiatan belajar mengajar, alias sekolah. Vanesha tidak memiliki jadwal apa pun karena biasanya ia hanya akan menggunakan waktu yang menurutnya sangat berharga ini untuk kembali terlelap hingga siang hari.

Benar saja. Vanesha baru bangun ketika jam dinding menunjukkan angka 12 siang.

Ia keluar dari kamar setelah mandi dan langsung menuju dapur. Ia sangat lapar dan harus sesegera mungkin untuk mengisi tenaga.

Makanan sudah tersedia di meja makan. Vanesha tersenyum riang. Ia langsung berlari menghampiri kursi yang biasa ia tempati di meja makan lalu menariknya dan duduk disana. Vanesha pun mulai untuk mengisi perutnya yang sudah berbunyi sedari tadi.

Ponselnya bergetar yang menunjukan ada notifikasi. Di bukanya ponselnya dengan terlebih dahulu menyentuh angka-angka yang sudah dihafalnya di luar kepala sebagai password ponselnya.

Ada beberapa notifikasi chat. Dari mamanya dan sahabat-sahabatnya. Dibukanya chat dari mamanya terlebih dahulu. Isinya hanya mengingatkannya untuk makan ketika ia sudah bangun dan mamanya memberitahukan bahwa ia akan pulang malam karena ada arisan bersama teman-temannya.

Dari sahabat-sahabatnya. Isinya tidak begitu penting, menurutku. Tapi tetap saja aku baca dari atas hingga bawah sambil menikmati makan siangku. Aku membaca sambil sesekali tertawa atau pun mengernyitkan dahiku.

Kami membuat janji besok sepulang sekolah akan pergi ke mall. Aku tak menolak karenaaku sendiri sudah lama tidak pergi ke mall. Tidak ada salahnya juga pergi untuk menyegarkan pikiran toh besok kebetulan sekali Bu Ani tidak bisa bimbingan sehingga aku bisa langsung pulang.

^^^

Kami sedang berada di mall yang tidak jauh dari sekolah. Menyegarkan pikiran sesaat dari tumpukan buku-buku dan hangout sebentar bersama sahabat. Itu sering kulakukan jika aku ingin melupakan sebentar tentang sekolah.

Kami berkeliling dengan membeli makanan atau minuman, memasuki satu toko ke toko yang lainnya. Cuci mata. Melihat tas, sepatu, baju, aksesoris itu lebih menarik daripada melihat buku pelajaran. Tapi sayang, aku lebih sering melihat buku-buku daripada melihat barang-barang yang biasa membuat mata perempuan menjadi segar.

Aku sendiri juga bukan tipe perempuan yang suka membeli barang-barang seperti itu walupun mataku juga senang melihat barang seperti itu. Ya seperti tas atau sepatu yang harganya bisa membeli satu motor. Membeli baju ketika ada sale dan berebut membelinya.

Kami sedang makan di salah satu restauran di lantai dua. Kami memilih duduk di dekat jendela karena kami bisa sambil melihat jalan yang saat ini sedang dipadati kendaraan karena jam memang menunjukan jam pulang bagi pegawai kantor.

Vita kembali dari toilet dengan sedikit berlari membuat kami serentak meneriakkan hati-hati kepadanya. Bukannya mengucapkan terima kasih karena kami sebagai sahabatnya memperingatinya agar ia tak jatuh Vita malah maminta kami diam dengan menaruh telunjuknya di depan bibirnya.

Setelah Vita duduk ia memita kami mendekatkan telinga sehingga ia bisa berbisik. Kami menurutinya. "Gue ngeliat Niko. Beda 2 meja di belakang lo berdua sama cewek." kata Vita sambil menunjuk kebelakang dan kemudian menunjuk Lexa dan Vanesha yang duduk di depannya.

"Jangan noleh! Walaupun Niko gak bisa ngeliat kita karena dia juga ngebelakangin kita ceweknya entar tau kalau kita perhatiin." Lanjut Vita dengan raut wajah serius.

"Kira-kira siapa itu cewek? Anak sekolah kita?" tanya Lexa sambil tetap memakan makanannya.

"Gak tau juga sih. Pacarnya Niko kali ya? Kayaknya sih dia juga bukan anak sekolah kita karena dia gak pake seragam sama kayak kita atau pake seragam sekolah pun enggak. Tapi itu cewek cantik." kata Leyna sambil curi-curi pandang untuk melihat cewek itu.

RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang