Suatu kejadian bisa saja mengubah diri seseorang. Baik itu hanya sedikit atau besar.
Vanesha sedang menonton televisi dan mengubah-ubah saluran televisinya daritadi. Tidak ada yang menarik, pikirnya. Ia sendirian di kamar yang cukup besar karena kamar ini adalah kamar VIP. Orang tuanya ingin memberikan yang terbaik baginya juga agar ia bisa beristirahat tanpa gangguan dari orang lain.
Orang tuanya sedang bekerja dan kakaknya sedang ke kampus untuk bertemu dengan dosen pembimbingnya. Teman-temannya juga masih sekolah atau mungkin baru saja pulang sekolah.
Ini salah satu yang tidak di suka oleh Vanesha saat ia sakit. Ia tidak bisa bayak melakukan apa-apa. Tidak ada juga yang akan menemaninya selama ia sakit. Ia sudah terbiasa dengan itu semua tapi ia tetap merasa sedih.
"Nes? Vanesha?" seseorang mencoba menyadarkan Vanesha kembali dengan menggoyangkan tangan kanannya di depan Vanesha.
"Niko?" ujar Vanesha melihat Niko berada di samping tempat tidurnya – tempat tidur rumah sakit – sambil menatapnya bingung.
"Lo melamun." Ujar Niko pelan sambil menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur Vanesha.
"Oh, sorry." Jawab Vanesha pelan.
"Lagi mikirin apa?" tanya Niko.
"Enggak kok. Gue Cuma bosen aja di kamar ini. Acara tv juga gak ada yang menarik." Jawab Vanesha dengan mengerucutkan bibirnya dan menunduk.
"Mau keluar?" tanya Niko seolah mengerti apa yang diinginkan Vanesha.
"Mau!" jawab Vanesha semangat. Vanesha berdeham "Maksud gue, kemana." Tanya Vanesha pelan.
"Ke taman rumah sakit?" tanya Niko.
"Boleh deh." Balas Vanesha tersenyum.
Mereka berjalan ke taman rumah sakit. Tidak, sebenarnya yang berjalan hanya Niko. Vanesha duduk di kursi roda dan di dorong oleh Niko. Mereka duduk di taman yang banyak dilalui orang-orang dan banyak juga pasien-pasien yang mungkin bosan di kamar seperti Vanesha sehingga taman ini ramai.
Mereka berdua hanya melihat-lihat sekeliling, memperhatikan orang-orang yang berada di sekitar mereka. Banyak juga suster di taman ini sehingga Niko tidak perlu takut jika terjadi sesuatu pada Vanesha, ia bisa langsung memanggil suster-suster tersebut.
Hening yang lama diantara mereka. Sampai Niko mulai mebuka mulutnya.
"Apa lo sering sakit? Maksud gue, apa lo sering kayak gini? Ah, enggak, maksud gue apa lo sering pingsan seperti kemarin?" tanya Niko membuat Vanesha menatapnya.
"Hm. Cukup sering." Jawab Vanesha. Kali ini Niko yang menatapnya.
"Gue... minta maaf" ucap Niko menatap Vanesha nanar.
"Kok lo minta maaf sih? Oh, iya. Gue belum bilang makasih soal kemarin. Lo yang antar gue ke rumah sakit kan? Makasih ya Nik." Ucap Vanesha sambil tersenyum.
"Lo gak perlu sungkan gitu sama gue. Kita teman kan?" ucapan Niko tanpa ia sadari membuat... entahlah sesuatu bergemuruh di dada Vanesha. Perasaan tidak suka hanya dianggap teman, mungkin?
"Hm.. Kita teman." Jawab Vanesha pada akhirnya.
Setelah obrolan singkat itu tidak ada obrolan lagi diantara mereka. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga Leyna, Lexa dan Vita menghampiri mereka berdua di taman.
"Lo disini ternyata Nes." Ucap Lexa setelah sampai di dekat Vanesha dan Niko duduk.
"Sama Niko lagi." Ujar Vita kaget.
"Kok lo ada disini Nik? Kapan lo datangnya?" tanya Leyna duduk di sebelah Niko.
"Gue gak tau pasti datang jam berapa, tapi udah cukup lama." Jawab Niko.
"Kalian baru pulang sekolah?" tanya Vanesha pada sahabat-sahabatnya yang masih mengenakan seragam sekolah.
"Iya, kita tadi mampir dulu ke toko roti. Jadi lama deh. Maaf ya buat lo nunggu lama Nes." Kata Vita panjang lebar.
"Gak apa-apa kok. Lagian tadi Niko datang dan ajak gue ke taman ini jadi gue gak bosen nunggu kalian bertiga." Kata Vanesha.
"Hmm.. Udah ada teman-teman lo, gue pulang dulu ya." Kata Niko sambil berdiri dan menatap Vanesha.
"Oh, oke." Jawab Vanesha.
"Cepat sebuh Nes." Kata Niko lagi.
"Makasih." Balas Vanesha. Mereka berempat menatap kepergian laki-laki itu hingga hilang di pintu rumah sakit.
"Wah, kayaknya ada yang lagi pdkt nih." Kata Lexa sambil mengedipkan matanya pada Vanesha.
"Apaan sih lo Lexa, siapa yang pdkt. Kita temanan." Jawab Vanesha keki.
"Ah masa? Bukannya lo rival sama dia?" kata Leyna mencoba menggoda Vanesha.
"Gue berasa nonton sinetron. Dari saling gak suka terus jadi suka deh." Ujar Vita membuat Vanesha menaikan satu alisnya.
"Obrolan kalian gak mutu." Ujar Vanesha memutar kursi rodanya berniat kembali ke kamarnya.
"Eh tunggu Nes." Kata sahabat-sahabatnya mengejar Vanesha yang mendahuli mereka masuk ke rumah sakit lagi.
^^^
"Nes, kakak bawa makanan nih." Ucap kak Vinno saat masuk ke kamar Vanesha.
"Akhirnyaaa.... Aku gak suka makan makanan rumah sakit. Gak ada rasa." Ujar Vanesha sambil memakan makanan yang baru dibeli kakaknya.
"Karena itu kakak bawa sup buatan bibi kesukaan kamu. Makan deh sekarang abis itu kamu minum obat." Ucap Vinno sambil mengerluarkan obat-obat Vanesha dari dalam laci di samping tempat tidur Vanesha dan meletakkannya diatas nakas.
"ya ya ya" jawab Vanesha menikmati sup buatan bibi yang menjadi kesukaannya sejak kecil.
Saat aku asyik memakan sup buatan bibi, tiba-tiba saja aku teringat dengan perbincanganku dengan kak Vinno kemarin.
"Apa aku kasih tau yang sebenernya aja sama Niko? Kalau aku udah ingat semuanya. Ingatanku udah kembali dari 2 tahun yang lalu?" tanya Vanesha. Ia berhenti menyantap sup dan menatap kakaknya dengan ragu-ragu.
"Terserah kamu Nes. Kalau menurut kamu ini baik ya udah, lakukan." Jawab kakaknya sambil mengelus rambut Vanesha yang kusut karena terus berbaring di rumah sakit.
"Tapi kalau Niko marah, gimana?" tanya Vanesha lagi seakan tidak yakin dengan keputusannya.
"Tapi kalau kamu gak kasih tau sekarang justru dia akan tambah marah kan? Apalagi kalau Niko taunya dari orang lain. Dia juga akan bilang kalau kamu pembohong, mungkin. Kamu udah terlalu lama bersandiwara di depan dia." Ucapan kak Vinno seperti menghentakan Vanesha.
Vanesha sudah terlalu jauh melakukan kebohongan ini. Vanesha bahkan tidak yakin kalau Niko akan memaafkannya.
Pikiran Vanesha menjadi tersita bagaimana reaksi Niko saat ia memberitahukan bahwa ia sudah mengingat semuanya sejak 2 tahun lalu.
"Jangan dipikirin. Kamu masih sakit. Jangan terlalu membebani pikiran kamu dengan masalah ini. Kamu harus sembuh dulu, kakak gak mau kamu sakit lagi terus tinggal di rumah sakit lagi." Ucap Vinno takut keadaan sang adik menurun kembali.
"Oke." Jawab Vanesha memakan supnya lagi hingga tak tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival
Fiksi RemajaMempunyai rival di sekolah membuat Vanesha kesal. Posisi yang dia pertahankan, yaitu rangking 1 selama duduk di sekolah dasar tidak jadi miliknya lagi sejak Vanesha menginjakan kaki di SMP. Sialnya lagi setelah lulus dari SMP dia harus bertemu lagi...