NYC, 2016
Mrs. Jenkins melirik ponsel nya yang bergetar beberapa detik yang lalu. Wanita perfeksionis itu mengulurkan tangannya meraih benda pipih canggih berwarna keemasan tersebut. Sebuah pesan masuk. Ia mengetukkan jarinya membuka pesan dari Elizabeth yang isinya,
Kau punya waktu luang hari ini? Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu. Ini penting sekali, Merliah.
Mrs. Jenkins mengalihkan pandangan dari ponsel nya menuju arloji yang melingkar dipergelangan tangannya. Pukul 14:15 siang. Sepertinya tidak terlalu awal untuk meninggalkan sekolah. Wanita itu mengangguk mantab sebelum membereskan beberapa berkas-berkas nya yang berserakan di meja.Mrs. Jenkins merapikan seluruh berkas tersebut menjadi satu kemudian menyimpannya di loker belakang. Setelah itu ia kembali merapikan beberapa alat tulis yang masih tergeletak diatas meja. Setelah dirasa semuanya sudah kembali ke tempatnya semula. Wanita paruh baya itu mengambil tas nya, ia berjalan keluar ruangan kemudian mengunci ruangannya sendiri. Tak sengaja, George Dunant berjalan melewati wanita tersebut sambil bersiul pelan. Ditangannya ia memegang bola yang sudah sangat kotor dengan lumpur. Pemuda itu hanya mengenakan tshirt putih polos penuh keringat dan celana team softball Westminster. Benar-benar bukan tipikal murid yang terdidik bagi wanita itu. Agak kesal Mrs. Jenkins memanggilnya "Mr. Dunant..."
George celingukan bingung mencari sumber suara yang memanggilnya. Namun kemudian ia sadar bahwa itu suara mengerikan yang akan memporak porandakan nilai softballnya. Dengan sigap pemuda berambut pirang pasir itu memutar badannya untuk mendapat Mrs. jenkins yang sedang berdiri sambil bersedekap di dadanya. Sorot matanya nampak seperti seorang hakim ketua yang tengah menjatuhi hukuman pada terdakwah dan lebih daripada itu, wanita itu tengab mengetuk-ngetukkan kakinya yang mengenakan sepatu pantofel ber hak di atas lantai koridor. Inilah yang namanya kiamat bagi pemuda itu. Sudah pasti detensi berat dan pemangkasan nilai softball akan menjadi korbannya.
George Dunant menatap Mrs. Jenkins ngeri, pemuda itu berdo'a dalam hatinya semoga saja Mrs. Jenkins tidak memangkas nilai softballnya. Terakhir ia mendapatkan nilai A- untuk kegiatan itu, ia belum rela jika nilainya menjelma menjadi C. Ia juga berharap bahwa jika keinginannya yang satu ini terkabul, percayalah, ia akan belajar lebih rajin kalau perlu ia akan pergi ke kursus supaya tidak perlu bertemu dengan wanita tua menyebalkan ini. Perlu kalian tahu, George Dunant adalah kandidat kedua bocah paling menyebalkan seantero Westminster setelah Julian Aero Leonidas menduduki peringkat pertamanya.
Harap-harap cemas, pemuda itu mendekati Mrs. Jenkins ragu, "M-mrs. Je-jenkins, kenapa kau memanggilku?" Tanya pemuda itu berusaha menyembunyikan ketakutannya.
Mrs. Jenkins tak berkata apapun, tatapan wanita itu tertuju pada satu titik. George sadar, bahwa Mrs. Jenkins tengah melihat bola berlumpurnya itu. Dilanda kepanikan hebat, George menyembunyikan bola tersebut dibelakang tubuhnya membuat Mrs. Jenkins berdecak kesal namun kemudian wanita itu menumpukan pandangan pada pemuda beriris zamrud tersebut, "Kau tahu dimana Julian Leonidas?" Balas Mrs. Jenkins balik bertanya,
George menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa sangat gatal. Menggaruk dengan tangan saja rasanya tidak cukup, sepertinya ia perlu garpu taman untuk melakukannya. Tidak--garpu Hades akan lebih sempurna untuk menenggelamkan dirinya sendiri di dunia bahwa sehingga ia tidak perlu bertemu Mrs. Jenkins lagi.
George Dunant menggelengkan kepalanya pelan menjawab pertanyaan Mrs. Jenkins. Apakah wanita tua menyebalkan itu tidak tahu jika Julian Leonidas sudah tidak masuk seminggu ini? Rumor terakhir yang di sebarkan Sidney Sheldon sih mengatakan jika pemuda itu masuk penjara karena berniat membunuh si cempreng Tughlid. Tapi George rasa Sidney tidak etis menyebarkan gosip murahan itu. Jika bertemu dengannya, George bersumpah akan merajut mulut lamis Sidney dengan cinta disetiap rajutannya. Supaya bibir mengerikannya tidak kembali membuat onar di seluruh Westminster.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LEONIDAS [Book Two] ✓
FanficFor Those Who doesn't Believe in Love *** Book two : Ancient Civilization Trilogy Kembalinya Caesarion ke kehidupannya yang sekarang tak selalu berjalan mulus. Musim panas keduanya kembali datang. Kali ini lebih menyeramkan. Sisi lain dari dirinya b...