18 : Pieces (4/4)

810 54 32
                                    

Haluuuu💞
Aku nggak janji buat update malam-malam begini tapi karena hari ini spesial jadi aku update lagi hehehehe.
Maaf udah menuh-menuhi notif kalian dengan updet an ku hehehe, jangan terganggu yaaaa.....
Playlist nya tetep Justin Bieber - Alone🎶
Udah gitu aja. Selamat membaca, gals

xoxo

***

Tubuh Caesarion limbung dengan cepat di tanah. Ia tak kuasa lagi menahan berat bdannya sendiri. Kakinya mendadak menjadi jeli, rapuh dan sulit untuk bertahan. Ia tidak mengerti, apakah ia waras atau tidak. Apakah ia sedang sekarat atau diambang kematian. Ataulah semua yang dilihatnya hanya ilusi. Dunia sdolah berputar di sekitarnya. Wajah-wajah yang sangat familiar milik ibunya, Mese, Bethreyya, Thomas, dan Bill berputar cepat mengelilingnya mengolokkan kebodohan Caesarion hingga ke tunas-tunasnya. Dan semua kenyataan yang baru saja dilihatnya. Apapun itu, Caesarion tidak yakin bisa membedakan mana mimpi dan realita lagi. Ia mulai berada diambang kewarasannya. Seseorang tolong bantu pemuda itu untuk kembali. Apapun, lakukan cara agar membuat semuanya tidak pernah terjadi. Sekalipun tidak dilahirkan kembali. Caesarion akan menerima nya dengan lapang dada. Segala kehidupan ini menyiksanya hingga ke inti sel terdalam nya.

Kehidupan yang selalu dibanggakannya. Kenikmatan ini. Kasih sayang, kebahagiaan, kuasa dan pesona fisik yang dimilikinya hanya semata-mata merupakan sedekah dari orang yang begitu dibencinya. Kehidupannya merupakan hasil meminjam milik orang lain. Dengan tak tahu dirinya, ia berharap bisa menghabisi orang yang sudah berbaik hati meminjamkan hidupnya. Orang yang dengan rela menyerahkan semuanya, menjaga nya agar tetap hidup, memberikan kehidupan yang tidak pernah dimiliknya. Ia tidak pernah ada. Semua eksistensi nya di dunia semata-mata dibangun berdasarkan kemurahan hati dari hadiah Zeus--Julian--Ia adalah satu dari sejuta refleksi lain jiwa Julian Leonidas yang dihidupkan kembali. Sungguh, keberadaan Caesarion hanya berupa imajinasi sang pencipta. Merupakan sisi tergelap Julian Leonidas yang hilang dan mendamba untuk sebuah kasih sayang lain, membentuk semacam jiwa dan nyawa yang terpecah. Kemudian ketika Julian memberikan salah satu bagian dirinya, maka Caesarion tak lain dan tak bukan adalah Julian Leonidas sendiri.

Semua yang dimilikinya tidak pernah ada. Apapun yang dimilikinya hanya sebuah bayangan. Caesarion hidup di dalam imajinasi Julian. Ia tidak benar-benar nyata. Semua ini hanya pinjaman, tubuhnya milik Julian, kekayaannya milik Julian, otak cerdas itu milik Julian, pesona nya milik Julian bahkan semua jati dirinya adalah milik Julian. Ia bukan apa-apa selain seonggok daging yang mati saat melakukan perjalanan waktu. Ia tidak ditakdirkan untuk hidup. Jika bukan karena Julian ia sudah mati sejak dulu. Ia tidak akan pernah ada di dunia. Demi Tuhan, bolehkah Caesarion menangis. Untuk semua hal yang selama ini dilakukannya dengan kehidupan orang lain. Untuk segala yang diperjuangkannya, untuk berbagai macam perasaan cinta itu, untuk satu kesempatan hidup kembali. Untuk segala yang Julian lakukan pada kehidupannya, Caesarion hanya ingin berlutut dan berterimakasih pada pemuda itu. Semua yang diberikannya berarti. Jika Julian tidak pernah menghidupkannya kembali, ia tidak akan pernah bertemu ibunya, bertemu Mese atau kedua temannya yang lain. Ia bersyukur, Julian memberikannya hidup.

Caesarion bisa mendengar Helena menggoyang-goyangkan tubuhnya, berjuang agar Caesarion tetap sadar tetapi pemuda itu tidak ingin kembali lagi. Ia terlalu lelah untuk bermain dengan dunia penuh drama. Ia ingin damai sejenak tanpa harus kembali lagi. Caesarion memasrahkan semuanya, perlahan ia menutup matanya dengan pelan sebelum akhirnya terpejam sempurna, teriakan Helena pecah. Wanita itu mencoba menggoyang-goyangkan tubuh Caesarion lagi tetapi rasanya Caesarion sudah terlalu lelah untuk menggapai permukaan. Ia tak sanggup lagi. Suara Helena semakin lama semakin tenggelam, seolah terlalu jauh untuk diagapai kembali. Sedangkan Caesarion tak memiliki daya untuk meraihnya.

"Caesarion...." Helena berteriak makin panik saat Caesarion tiba-tiba memejamkan matanya dengan perlahan. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada pemuda itu. Caesarion tiba-tiba limbung seketika, ia kehilangan kesadarannya dan lama kelamaan nafasnya memberat. Helena tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada Caesarion. Caesarion tidak boleh mati. Pemuda itu harus tetap hidup. Caesarion...

THE LEONIDAS [Book Two] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang