44 : Zagreus

99 16 16
                                    

"Apa mereka yang berada di perbatasan Mycenae dan Argos sudah siap?" Caesarion tidak perlu repot repot untuk menoleh. Ia masih mengawasi sebuah gerbang besar yang menjulang tinggi yang merupakan pintu masuk kota tersebut.

Saat ini Caesarion dan 34.000 pasukan nya berada di perbatasan paling Timur dari Corinthus yang berbatasan langsung dengan Salamis. Sebuah kota dimana Markas besar Persia masih hidup dan bersembunyi. Tapi sayangnya mereka tidak akan memiliki kesempatan itu lagi setelah ia berjalan perlahan mengepung kota sialan tersebut.

Jenderal Nero memberi hormat lalu mengangguk, "Mereka sudah siap yang mulia. Tinggal menunggu perintah untuk diberangkatkan" ucap jenderal Nero mantab.

Bibir mungil Caesarion menekuk ke atas membentuk seulas senyum kecil, "Bagus. Berangkat kan sekarang! Dan juga para hantu untuk menanam buah pada semua titik vital mereka. Mari kita lihat seberapa kuat mereka berusaha sembunyi diantara puing-puing Salamis..."

Jenderal Nero mengangguk kemudian setelah itu, pria berkumia tipis tersebut berpamitan untuk pergi. Berselang beberapa menit kemudian, sebuah langkah kaki kuda mendekati Caesarion. Namun hal itu tidak membuat dirinya berbalik. Ia masih mengamati aktivitas gerbang yang terbuka dan tertutup secara seksama saat Sparta mulai memasukkan tentara-tentara hantu nya menyelinap di dalam tembok besar Salamis.

Lalu begitu matahari terbenam di hari kedua, BOOM semuanya rata dengan tanah. What a beautitul day.

Senyum miring Caesarion terlukis lagi. Langkah kaki seseorang semakin mendekat sembari ia menyeduh arak hangat dan terus mengawasi.

"Kau tidak bisa melakukan ini Yang Mulia!" Suara seseorang berseru dengan keras. Sangat lancang.

Federe mendengus kesal saat Caesarion mengabaikannya. Ia mendekati Caesarion dan tanpa aba-aba pria itu menampel cangkir perak berisi arak yang masih bersuhu lumayan panas itu untuk mengalihkan perhatian Caesarion. Namun bukannya marah, pemuda rupawan itu malah menatapnya dengan pandangan berdosa.

"Kau tidak boleh mengobrak abrik seluruh istana hanya untuk menemukan tikus yang bersembunyi di dalam istana! Banyak sekali Yang Mulia! Banyak orang-orang yang tidak berdosa disana!" Federe berujar dengan marah. Tangannya teracung pada gerbang besar Salamis sedangkan nafansnya memburu seiring detak jantungnya yang meningkat.

"Jadi begitukah? Meskipun tikus itu meracuni semua makanan di dalam istana dan mencuri apa saja yang bukan miliknya" Caesarion menanggapi nya dengan tenang.

Federe mengusap wajahnya kasar, "Setidaknya biarkan mereka mengosongkan Salamis dan pergi sebelum kau meluluh lantahkan tempat itu!"

Caesarion berdiri dari duduknya. Ia menatap Federe sepenuhnya. Dibawah mata kejamnya yang kelam dan penuh kekuasaam, Federe merasa begitu kecil. Apalagi Caesarion menatapnya seperti ia hanya hama kecil pengganggu di tanaman padi, begitu merendahkan. Federe bahkan tidak berani mengangkat wajahnya setelah itu. Pria 41 tahun tersebut hanya menunduk memandangi pasir pasir di antara alas kakinya.

Caesarion mengamati Federe dalam diam. Apa maunya pria rendahan ini? Dia bodoh atau idiot karena mencoba mengatur seorang raja. Tentu saja hal itu sangat mustahil. Apalagi dirinya yang sekarang bukan lah Caesarion lagi. Federe rupanya ingin menjajal kematian lebih cepat. Jadi sebaiknya Caesarion berusaha mengabulkan permintaannya. Kebetulan matanya menangkap benda itu di sabuk sebelah kiri Federe.

Caesrion dengan gerakan cepat mengambil sebilah pisau kecil dengan gagang bertakhta kan batu tiga warna-ruby, sapphire, dan zamrud-di pinggang Federe lalu menancapkan benda tajam berkilat tersebut pada dada Federe tanpa rasa berdosa sekalipun. Ekspresi Caesrion sangat datar saat melakukannya.

THE LEONIDAS [Book Two] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang