45 : Dionysos

94 16 4
                                    

Caesarion

Aku menatap langit-langit tenda yang membentuk pola menuju suatu sudut yang sama. Seperti sebuah pusaran air yang bermuara pada titik di tengah-tengahnya. Seperti itulah langit-langit tendaku. Matahari mulai menampakkan sinarnya namun masih terlalu pagi. Mereka semua belum bangun, hanya beberapa termasuk para penjaga malam. Tapi tidak dengan wanita di sampingku. Dia menatapku sambil tersenyum. Menjijikkan.

Walau sebenarnya dia sangat jauh dari kata itu. Dia cantik. Sangat cantik. Melebihi Helena istriku, rambut hitamnya yang panjang dan lembut tergerai indah di punggung dengan kulit seputih susu. Matanya bulat berwatna hitam dengan hidung kecil mancung nan mungil dan bibir penuh berwarna merah muda. Rasa nya memabukkan saat aku mencecapnya tadi. Dia bahkan tidak segan-segan untuk meneriakkan namaku saat sedang orgasme dua kali meskipun kami tidak saling mengenal.

Tapi ia tidak benar-benar memanggilku dengan namaku. Dia menyebutku Zagreus. Siapa Zagreus? Aku tidak mengenalnya?! Apakah dikehidupanku yang sebelumnya aku adalah Zagreus? Lalu apa hubungan dia denganku? Aku tidak merasa pernah mengingatnya sekalipun.

Sebuah sentuhan pada pipiku membuatku menoleh menatapnya yang lagi-lagi tersenyum, "Apa yang kau pikirkan? Apa kau berpikir kita bisa bermain 2 ronde panas lagi?" Menjijikkan.

Aku langsung bangun mendengar ucapannya yang frontal tersebut dan memakai bajuku dengan cepat. Ia masih disana dalam keadaan telanjang bulat dan menatapku seolah aku adalah makanan paling lezat di dunia. Lihat?! Sekarang siapa yang menjadi jalang.

"Kau sudah berjanji untuk mengatakan yang sebenarnya. Jadi cepat katakan! Aku tidak punya banyak waktu lagi!"

Bukannya malah menjawab pertanyaanku ia justru terkikik seperti orang gila. Apa-apaan jalang satu ini!

"Kau sangat tidak sabaran Zagreus, meskipun sebenarnya kau bisa mengembalikan ingatanmu sendiri.." bah! Zagreus lagi!

Jadi siapa itu Zagreus! Dan apa dia tolol?! Bagaimana aku mengembalikan ingatanku?! Aku hanya manusia biasa. Bodohnya dia!

Wanita tolol itu akhirnya bangun. Tanpa rasa malu ia berdiri telanjang dihadapanku yang sudah berpakaian rapi. Aku tidak bisa membiarkan mataku untuk tidak menatap dua buah gunung kembar itu. Aku memaki kesal lalu menariknya dan meremas kedua buah payudara sintal miliknya dengan ganas. Dia tertawa bahagia. Sial!

"Katakan sekarang! Dan aku tetap akan membuatmu melenguh di bawahku dengan pakaian ini!" Ujarku lalu membanting tubuhnya diatas kasur.

Suara tawanya berderai dengan indah bersamaan denganku yang menginvasi seluruh tubuhnya kembali. Demi Zeus yang agung! Maafkan aku Helena!

***

Caesarion tidak menyetubuhi wanita itu lagi, hanya bermain dengan tubuhnya dan membuat wanita itu orgasme berkali-kali dengan sentuhannya. Beberapa menit terlewati dengan desahan-desahan panas menggairahkan hingga akhirnya wanita itu menghentikan aksi Caesarion seketika. Ia menarik wajah Caesarion menghadap wajahnya langsung,

"Kau adalah putra Hades dan Persephone. Kau adalah reinkarnasi Dionisos, Zagreus. Yang lahir dari anak adam karena Zeus menyelamatkanmu sewaktu kau kecil. Para titan telah habis mengoyak semua tubuhmu tapi Zeus berhasil datang untuk menyerang mereka yang bisa diselamatkan Athena, Rhea, dan Demeter hanyalah jantungmu yang tersisa.

Zeus menelannya dan membuatmu terlahir dari seorang manusia untuk menyembunyikan jati dirimu dari kejaran Hera. Kau bahkan sempat menyamar menjadi anak perempuan supaya Hera tidak mengetahui keberadaanmu karena kecemburuan butanya yang mengira bahwa kau adalah anak Zeus dengan Persephone"

Bibir Caesarion mencebik kebawah, "Apa sekarang kau berniat menceritakan ku sebuah kisah? Aku tidak tertarik" ejek Caesarion.

Wanita itu tersenyum manis tidak menghiraukan ucapan mengejek dari Caesarion kemudian tangannya terulur menyentuh pipi Caesarion dan setelahnya semua kelebatan ingatan termasuk masa lalunya dan hal-hal yang berkaitan dengan kedewaannya menjadi jelas. Sangat jelas. Semua penjelasan yang diberikan Afrodit—wanita cantik itu—melebihi apa yang diinginkannya. Afrodit menjawab semuanya bahkan lebih lengkap hingga pada siapa sebenarnya dirinya dan Julian.

THE LEONIDAS [Book Two] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang