37 : Song of the death

117 21 6
                                    

Disclaimer : Part ini disarankan tidak dibaca anak dibawah 13 tahun!

***

"Kenapa aku?"

Julian menggeleng pelan. Ia menundukkan wajahnya. Kemudian dirinya berbalik berjalan menuju ranjang dan duduk secara perlahan disana. Beberapa kali ia mengubah posisinya dan berusaha duduk setegak mungkin. Meskipun raut wajahnya datar aku tahu sesuatu terasa tidak baik-baik saja disana. Apakah itu tentang bagian tubuhnya yang berubah menjadi kaca atau ada hal lainnya?

Julian mendonggakkan wajahnya. Akhirnya ia menatapku sepenuhnya setelah keheningan lama yang terasa membekukan. Julian terlihat berbeda. Raut wajahnya mengerut tak suka. Kecemasan jelas terpancar dari kedua bola mata itu. Satu-satu nya hal yang membuatku merasa aneh adalah karena aku bisa melihat diriku sendiri disana. Aku seolah melihat aku yang pertama kali tiba di Alexandria. Sangat polos dan naif.

Aku tidak mungkin bisa mengabaikan fakta bahwa aku adalah dirinya yang lain. Kehidupan yang kumiliki yang merupakan pemberiannya. Segala sesuatu tentangku memang sudah sewajarnya mati sejak dulu. Julian Aero Leonidas dan Pleistarchus lah yang berkorban memberikan nyawanya secara cuma-cuma untuk kepentinganku. Seharusnya aku tidak pernah berada disini. Tidak terjebak diantara dimensi antar ruang dan waktu. Dan tidak membiarkan Julian mempermainkan hidupku.

Aku adalah bonekanya.

"Kau bukan!" Julian berseru, ada kemarahan yang kental dalam suaranya.

Lagi-lagi pemuda itu membajak pikiranku.

"Kau bukan bonekaku, Caesarion! Anggaplah aku memang bersalah karena mempermainkan kehidupan seseorang! Aku tentu saja bisa membuatmu berakhir seperti ku! Namun kau berbeda! Kau membangun kehidupanmu sendiri dan aku tidak ingin kau berakhir sepertiku! Cukup Julian Aero dan aku yang harus pergi!"

"Lalu kenapa aku harus berulang ulang pergi ke masa lalu? Apa tujuanmu membuatku melakukan hal mengerikan itu?"

Julian mendesah ia mengacak rambutnya dengan kasar, "Itu karena aku iri pada kehidupanmu yang sempurna. Semua yang kau terima adalah apa yang aku inginkan. Aku hanya ingin mencicipinya sedikit saja sebelum musnah oleh keabadian, tapi...."

Julian bangkit dari duduknya. Ia mendekat ke arahku "Aku tak sanggup melihat kematianmu. Ketika kau menjadi dewasa, menua dan akan meninggalkan dunia ini? Hal itu sangat tidak tertanggunggkan olehku. Satu-satunya hal yang tidak ingin kulalui adalah melihat orang-orang yang kucintai mati sementara aku akan hidup selamanya dalam kesendirian hingga dunia kiamat.

Aku memang egois. Aku tidak bisa mencegah kematianmu nantinya. Dan aku pun tak bisa membuatmu abadi tanpa kutukan itu. Oleh karena itu aku memilih untuk mengakhiri diriku sendiri lebih dahulu supaya saat terakhirku aku bisa melihat kau masih tetap hidup dan berbahagia. Awalnya aku berniat membawa kutukanku selamanya tapi sepertinya Hades sangat suka dengan mu. Dia tidak mau koleksi terbaiknya musnah sepertiku. Jadi ia bergerak lebih cepat...

"Dengan menjadikanku inang yang baru untuk hadiahnya" ujarku melanjutkan ucapannya.

Julian menyetujui ucapanku. Ia melirik portal tersebut, "Waktumu hampir habis, Caesarion. Kau harus kembali! Kalau tidak dimensi yang akan memusnahkanmu sekarang juga. Manusia yang merupakan hasil reinkarnasi tidak bisa berada dalam satu periode yang sama. Waktu akan melenyapkannya jika tidak ingin terjadi distorsi dan kesemrawutan antar ruang!"

"Apa aku bisa kembali?"

"Ya. Setelah aku mati sepenuhnya. Kau bisa kembali dan meninggalkan Helena. Dia sudah bersama pewaris ku nantinya."

THE LEONIDAS [Book Two] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang