Pangrango In Love?

1.3K 89 18
                                    

Author's POV

Riana mengikat tali sepatunya erat-erat. Mulutnya berkomat-kamit menuturkan doa dengan satu lututnya menyentuh tanah.

"Oke semuanya, kumpul dulu sini," sahut Satya.

Riana, Natha dan David menghampiri Satya dan mengelilingi pria itu. Satya berdehem sambil mengusap kedua telapak tangannya dan berkata.

"Oke. Sebelum kita mulai, mari kita berdoa masing-masing sesuai agama dan kepercayaan kita. Berdoa, dimulai."

Semua menunduk dengan mata terpejam dan berdoa dalam hati masing-masing.

"Selesai."

Mereka semua berbarengan mengangkat wajah.

"Oke, di sini kita adalah teamwork. Jaga diri masing-masing dan juga temen yang ada di samping, depan, bahkan belakang. Jangan biarin temen kita dehidrasi, jangan biarin temen kita kelelahan sendirian. Kita kesini sama-sama dan sampe sini lagi harus sama-sama." Papar Satya.

"Gue jalan di depan dan lo, hmm...?" Satya melirik David dengan dahi berkerut.

"David," jawab David santai.

"Ah, ya. Dan David jalan di belakang jagain para cewek. Semua paham?" Satya memandangi kedua cewek di hadapannya.

"Paham," jawab Riana dan Natha berbarengan.

David bersiul sambil melirik Riana. Alisnya naik turun.
"Nanti jalannya di samping aku aja, ya."

"Gak"

"Nanti jatoh loh. Gelindingan. Aku susah ngejarnya. Kamu kan berisi gampang ngegelinding."

Riana langsung melotot tajam melihat David yang malah tertawa karena ucapannya sendiri.

"Pergi kek lo sana! Hipotermia di kutub utara!" Bentak Riana.

Tawa David makin membahana, "Jangan dong. Nanti kalau aku hipotermia, yang hangatin kamu di puncak sana siapa?"

Riana menggerakkan mulutnya berlagak ingin muntah. Natha yang sedari tadi diam cuma geleng-geleng kepala melihat kejadian absurd itu.

**

Satya membawa mereka masuk melalui jalur Cibodas. Di pintu gerbang, Satya melapor dan menyerahkan surat-surat perijinan kepada petugas. Setelah itu petugas melakukan pemeriksaan barang bawaan mereka satu persatu.

Awal pendakian dimulai dengan menyusuri jalan setapak berbatu, melintasi kawasan hutan tropis yang lebat.

Tracknya tidak terlalu terjal, tapi jalanan yang menanjak dan licin serta berbatu bekas hujan semalam harus membuat mereka lebih berhati-hati.

Beberapa kali Riana harus mencari pegangan pada ranting-ranting pohon di dekatnya saat ia nyaris terperosok.

"Aaaww.."

David yang ada di belakangnya berlari menghampiri Riana.

"Kenapa, Ri?!" Tanyanya cemas.

Riana meringis kesakitan sambil menatap tangannya yang luka baret karena memegang ranting pohon yang kasar. Dengan cekatan David membungkus telapak tangan Riana dengan slayer yang tadi diikat di kepalanya.

Riana menatap wajah David saat ini hanya beberapa senti dari wajahnya. Wajah lelaki itu nampak serius. Ada sedikit rasa aneh saat menatapi wajah David dalam jarak seperti ini.

Riana buru-buru melempar pandangan saat David mendunga menatapnya.

"Sekarang jalannya sampingan aja sama aku, ya," katanya sambil mengelus pelan kepala Riana.

How To Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang