Dua Puluh Satu

1.1K 95 21
                                    

Sambil didenger coba mulmednya..

***

Mata David intens memandang bidadari cantik di hadapannya. Dia bahkan rela jika sang bidadari hanya memanfaatkan kehadirannya yang sering disepelekan ini. Namun dari tatapan sayunya David yakin bahwa wanita ini, pasti butuh bantuannya.

Kenapa?

Karena David sudah cukup dalam 'mengenal' sosok ini.

Bola mata coklat terang itu asyik menguliti gelas kaca berisi jus alpukat yang ia buat sendiri. David sampai heran, sebenarnya wanita ini kenapa? Tadi dia ditelepon dan disuruh datang kerumahnya. Sekarang giliran ia sudah di sini, malah dijadikan asbak teras.

"Kamu kenapa?"

Luna menoleh. Sedikit banyak David paham bahwa kini ada sesuatu yang membebani peri hatinya ini. Kemudian wanita berkulit putih itu menggeleng.

"Berantem sama pacar?"

Luna menaruh gelasnya kemudian mengangkat kedua kakinya ke atas kursi. Posisinya kini memeluk dua lutut.

"Aku disuruh kesini buat apa, sih? Nungguin kamu bengong doang?" David mulai jengkel. Dia berdiri dari duduknya sebelum sebuah seruan membuatnya terdiam.

"David jangan pergi!"

David yang sedikit kaget menoleh memasang tampang bingung. Orang dia cuma mau ngerenggangin otot aja, kok.

"Pegel, Lun..." keluhnya sedih.

Lalu ia kembali duduk. Menghadapkan tubuhnya ke arah Luna sambil memasang tampang sok serius. Luna pun melakukan hal yang sama.

"Jadi?"

"Apa?" David membuang napas frustasi.

"Ya kamu. Nyuruh aku kesini mau ngapain??"

Luna mengangguk. Dan reaksi itu malah membuaf David semakin jengah. Ini anak kalo nggak gemesin udah gue cemek-cemek dah!

Sebenarnya David masih bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa saat Luna memintanya untuk segera datang, langkah kakinya dengan mudah setuju lalu bergerak cepat. Bukannya David mencari Riana tadi? Lalu saat Luna menghubunginya, dia malah pindah haluan. Semudah itu cinta lama berhasil membuatnya keblingsatan.

"Ehm.."

"Ehm juga."

Luna mengerutkan kening menunggu reaksi dari lelaki itu. Sebenarnya ia tengah menahan tawanya sedari tadi.

"Makasih ya," David menoleh, bingung.

"Untuk?"

"Semuanya.."

"Ck. Aku bahkan ngga pernah kasih kamu apa-apa Lun," gerutu David.

Luna tersenyum. "Kamu mau temuin aku aja di sini udah segalanya buat aku."

David menggelengkan kepalanya. Sudut bibirnya tertarik sedikit mengukir sebuah senyuman tipis. Menurut David, diharapkan kembali oleh seseorang yang pernah 'mengusir' kita dari hatinya adalah sia-sia. Toh, meski pada kenyataannya dia membutuhkan kita, namun jiwa raganya tetap milik orang lain.

"Apapun yang terjadi sama kamu sekarang, mau nggak mau kamu cerita sama aku, yang bisa aku lakuin cuma do'a," tutup David.

Luna tertegun sejenak, lalu akhirnya mengangguk dengan senyuman manisnya.

"Kamu tuh kenapa manis banget sih?" gumam Luna.

Dengan gaya sok keren, David menaikkan sebelah alisnya sambil senyum najis.

How To Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang