Dua Puluh Delapan

1K 78 42
                                    

"Mula lo kenape kusut bener?" Natha melirik sahabatnya yang baru datang dan langsung menaruh bokongnya di sofa yang ada di ruangan Riana.

"Pusing banget. Ada aja rasanya yang kurang. Ya ini lah, itu lah," keluh Riana dengan mata terpejam ke arah langit ruangan.

Natha yang memang dimintai tolong meng-handle kafe Riana beberapa waktu sementara wanita itu sibuk mempersiapkan pernikahannya, hanya bisa menggelengkan kepala melihat kondisi sahabatnya itu.

"Namanya juga menuju hari H. Pasti ada aja cobaan dan rintangannya. Udah enjoy aja, sih. Jalanin aja toh David ngga minta yang macem-macem, 'kan?"

Riana melirik Natha yang bisa dengan mudahnya bicara seperti itu. Bicara dan memberi solusi memang gampang, tapi menjalaninya belum tentu iya.

"Iya dia emang nggak. Tapi nyokapnya,"

"Emang nyokapnya minta apa?"

"Dia maunya gue pake ketring dari temennya. Semua menu Sunda. Lah gue kan bukan orang Sunda. Jadi gue ya netral aja. Menu universal, yang biasa orang-orang pake," Riana mengingat bagaimana tadi ia berusaha meredam emosinya saat sang calon mertua yang tak lain tak  bukan adalah ibu dari David, kekeuh ingin memakai jasa ketring kerabatnya.

Riana dan keluarganya adalah tipe orang yang santai dan tidak terlalu memusingkan hal yang seharusnya tidak perlu diributkan. Orang tuanya bahkan menyerahkan semua keinginan Riana maupun David untuk acara pernikahan mereka berdua. Apalagi Mamah Dedeh yang meskipun ingin sekali membantu namun dicegah oleh Riana sebab anaknya itu ingin acara pernikahannya semua sesuai dengan apa yang ia dambakan.

Nikah cuma sekali seumur hidup, jadiin ini ajang yang nggak akan terlupa!

Namun berbeda dengan ibunda David yang lebih sedikit 'bawel' untuk urusan anak-anaknya. Mana tadi saat berdebat soal ketring hanya ada dirinya, calon mertua dan pihak WO. Riana sudah menetapkan agar jasa ketring sekalian saja diatur oleh pihak WO yang kebetulan juga teman lamanya. Jelas itu akan lebih mudah dan praktis. Namun sang camer inginnya memakai jasa milik temannya yang sudah ia kenal dengan baik dengan dalih terdapat janji antara keduanya agar saat anak dari ibunda David menikah, maka ia yang akan jadi jasa ketringnya. Sungguh ibu-ibu yang rempong.

Untungnya Riana masih memiliki pikiran jernih. Setelah berdiskusi dengan Mamah Dedeh dan mendapat wejangan berupa, "Yaudah, turutin aja maunya mertua kamu. Apalagi ini soal janji sama temen lama. Udah, itung-itung bertikad baik sama mamanya calon suamimu." Begitulah kira-kira yang dikatakan Mamah Dedeh padanya.

"Lo udah tuker pikiran sama David soal ini? Inget, komunikasi itu penting, lho. Apalagi menjelang pernikahan begini," Riana membenarkan omongan Natha. Ia memang belum sempat membicarakannya dengan David.

"Entar deh pas dia jemput gue omongin semuanya,"

***

Rekahan senyum terus terlukis indah di wajah dua insan yang kini sudah resmi dan berlebel halal akan sebuah hubungan. Ikrar telah dikumandangkan dan janji kepada Tuhan sudah lantang David ucapkan pagi tadi. Janji yang akan ia pegang di hidup dan matinya untuk Riana. Janji yang ia buat sebagai bentuk keseriusannya menyempurnakan sebagian ibadah dan hidupnya.

Setelah acara akad selesai, Riana segera bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian. Akad memang diadakan di kediaman keluarga Riana dan siang nanti akan langsung diadakan resepsi di sebuah gedung yang cukup mewah. Ya, hasil tabungan Riana dan David.

"Kamar kamu wangi," gumam David sembari memperhatikan sekeliling.

Ini memang pertama kalinya ia masuk ke dalam kamar Riana. Dulu saat masa-masa pacaran ya cuma sampai di ruang tamu atau meja makan saja. Tak pernah sampai berani masuk-masuk kamar. Toh, kesibukkan keduanya juga lebih sering di luar rumah.

Riana tersenyum sambil merapikan sedikit dandanan di wajahnya. "Kamu siap-siap sana buruan. Aku tinggal make-up aja, nih."

David mengangguk lalu masuk ke dalam kamar mandi dan bersiap memakai pakaian acara resepsi.

Sesampainya di gedung, Riana melihat sebentar hasil dekorasinya bersama tim Wedding Organizer. Hasilnya sungguh memuaskan. Dalam hati ia memuji diri sendiri, merasa punya bakat terpendam perihal design interior.

Senyumnya tak kunjung mereda saat tamu berbaris panjang untuk menyalaminya juga David. Ucapan selamat dan doa dipanjatkan semua orang yang hadir di sana. Akhirnya..

Matanya menangkap meja prasmanan yang berjejer rapi dan sudah dikerubungi orang-orang. Ia jadi ingat beberapa minggu lalu saat berdiskusi dengan David soal kegelisahannya akan keinginan sang ibu mertua untuk memakai masakan khas sunda.

"Jadi gimana?" Tanya Riana dengan wajah frustasi.

"Mama kamu udah bilang apa aja?"

"Ya cuma bilang turutin aja, itung-itung cari perhatian mertua," jawabnya lemah.

David mengangguk sambil tersenyum. Tangannya merapikan helaian anak rambut Riana yang berantakan. "Yaudah, turutin aja, ya? Kali ini, aja. Mama aku suka banget sama cewek yang nurut sama dia. Kan kamu tau mama ngga punya anak perempuan,"

Melihat tatapan lembut dan sentuhan David di wajahnya membuat Riana lemas. Tanpa butuh dua kali berpikir kepalanya sudah mengangguk. Ya, David benar. Lagipula sebenarnya it's not a big deal for her. Masa hanya karena soal makanan, pernikahannya terancam batal. Nggak banget!

"Kamu kenapa deh senyum-senyum sendiri?"

Riana sedikit kaget David mencolek pipinya yang ternyata senyam-senyum nggak jelas daritadi. Akibat ingat-ingat kejadian tempo hari, sih. Abis David manis banget cara ngomongnya!

"Nggak apa-apa," jawabnya kikuk.

"Lagi bayangin entar malem, ya?"

Plak!

"Issh kok dikeplak, sih?" ringis David mengelus pahanya yang terasa sedikit panas.

"Lagian ngomongnya ngaco!"

"Terus kenapa senyam-senyum daritadi ngga ngajak-ngajak kalo bukan mikirin itu?"

Riana melirik David gemas. Rasanya pingin gigit. Tapi belum waktunya. Eh!

"Kepo banget," ejeknya menjulurkan lidah.

Pertikaian tak penting mereka terhenti saat Mamah Dedeh menawarkan keduanya untuk makan siang. Riana mengiyakan saat dilihatnya para tamu juga sedang menyantap hidangan dan sementara tidak ada yang bersalaman lagi.

***

-END-

HUAHAHAHAHA
KELAAAAAR.

THIS IS MY FIRST TIME FOR ENDING MY STORY. gatau, jelas apa engganya ini cerita tapi ada yang baca. Makasih, makasih banget buat yang udah baca. Makasih buat kak Mellqueh MelianaMell yang secara ngga langsung bikin aku semangat nulis lagi (gegara diangkat jd mantunya mama dinda 😂)

Buat mbah shisakatya yang udah sering kasih masukan sama ilmu tentang kepenulisan. Meskipun hasilku masih jauh dari bagus hahaha tapi ilmunya worth it abis!

Dan makasih buat jagal rahasiacewehot6 yang selalu kasih dukungan.

Makasih buat yang mau baca dan voooote. Gila, dibaca aja udah seneng setengah sinting apalagi divote padahal ceritanya suka ngga jelas. 😂😂😂

Kan, lebay nya mulai. Pokoknya makasiiiiii:*******




How To Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang