Extravaganza

890 64 23
                                    

"Maaaaaaasss!"

"Mas tolong gendong Alva dulu dong, aku lagi di kamar mandi,"

"Maaaaaassss!!!"

David masuk ke dalam kamar dengan tergopoh-gopoh. Wajahnya memerah melihat anaknya yang menangis meraung meminta untuk segera diangkat, dari box bayinya yang sudah tidak nyaman. Ia menggendong Alva hingga tangisan bayi itu sudah tak terdengar lagi. Tak lama pintu kamar mandi dibuka dan penampakan Riana yang terlihat segar ada di sana.

"Uluuh, anak Mama kenapa nangis-nangis sih ditinggal mandi sebentar aja? Hm?" Alva sedikit terusik dalam dekapan ayahnya karena Riana mendusel-duselkan wajah di pipi anak tembam itu.

"Nggak haus kok padahal," ujarnya lagi setelah menyentuhkan jari telunjuk pada bibir Alva.

"Mau digendong aja ini sih sama Papanya. Anak sama ibu sama aja, sama-sama doyan digendong," celetuk David.

Riana memukul gemas pundak suami anehnya itu, "Terus aja ngomong yang aneh-aneh depan Alva. Kalo nggak tidur di luar tiga hari abis ini,"

David meringis mendengar ancaman Riana. Masalhanya wanita itu tidak hanya akan mengancam, namun memang benar-benar merealisasikan ancamannya. Seperti saat David tidak sengaja pulang larut malam tanpa mengabari Riana dan itu disebabkan pekerjaannya yang tidah tahu diri serta ponselnya yang kehabisan daya. Lalu malam itu David dihadiahi selimut dan bantal oleh Riana setelah mengetuk pintu kamar mereka.

Masih mending tidur di luar, cuma di luar kamar. Bukan di luar pagar rumah.

"Alva kok kalo digendong sama kamu langsung anteng ya, Mas?"

David tidak langsung menjawab. Ia menikmati panggilan baru Riana untuknya. Memang, semenjak hamil Alva tujuh bulan, Riana mulai membiasakan memanggil suaminya dengan sebutan 'Mas'. Selain ingin menunjukkan baktinya pada sang suami, itu juga atas suruhan Mamah Dedeh tercinta. Meski usia mereka sebaya, tapi wajib bagi keluarganya untuk menghormati suami walau dengan sebutan panggilan saja. Sekalipun sang suami usianya lebih muda dari sang istri.

"Alva tuh tau kalo Papanya ganteng. Makanya demen yah digendong Papa, oke?" Riana memutar bola mata malas mendengar kepedean David.

"Ndeeee.."

Mata David membulat dengan alis terangkat sementara Riana bingung melihat ekspresi suaminya.

"Kenapa?"

"Kamu nggak denger barusan Alva bilang apa?" Riana menggeleng. Ya, dengar, sih. 'Kan Alva cuman menggumam tak jelas, bukan bicara.

"Barusan dia minta adek,"

"Hah?"

David mengangguk sok serius, "Alva baru beberapa bulan lahir udah nyuruh Papa Mamanya kerja bakti lagi, nih. Ckckck,"

Dan setelahnya teriakan David membahana di penjuru kamar berkat cubitan keras Riana di pinggangnya. Lalu Riana yang kerepotan mendiamkan tangisan Alva yang terkejut atas mulut besar ayahnya.

***

"Terimakasih, Sayang," David mengecup dahi Riana lalu berguling ke sebelahnya.

Riana sudah memejamkan mata karena lelah dengen aksi brutal suaminya yang seakan telah 'berpuasa' ratusan tahun. Beruntung dirinya bisa melahirkan Alva secara normal tiga bulan lalu, sesuai dengan cita-citanya selama ini.

"Kita mau nambah berapa lagi, Beb?"

Bahkan untuk menjawab pertanyaan ngawur David saja Riana sudah tak sanggup. Matanya berat dan telinganya sudah tutup warung untuk mendengar. Dengan gemas David berdecak lalu memiringkan tubuh menghadap Riana. Dipandanginya wajah pulas istri kebanggannya yang sudah damai dibuai mimpi.

Dengan senyuman tangan David terayun untuk mengelus pipi mulus Riana yang sekarang tembam. David harus selalu mengingatkan dirinya untuk berterima kasih pada Alva, berkat kehadiran anak itu, tubuh Riana semakin menjadi tempat favoritnya. Perubahan di sana-sini adalah anugrah bagi David. Terutama di bagian pipi. Riana sering kali kesal saat David sudah menghujani pipi tembamnya dengan cubitan. Dasar suami tidak berperikepipian.

Namun dibalik itu semua baik Riana maupun David sama-sama bersyukur atas apa yang telah mereka dapatkan saat ini. Rumah tangga, anak dan rezeki lainnya. Dalam hati David berdoa semoga keluarga kecilnya selalu diberi kebahagiaan dan kecukupan. Tidak ada lagi keraguan, tidak ada lagi orang lain selain Riana di hatinya. Riana yang telah memberinya kebahagiaan, Riana yang telah memberikannya seorang anak yang tampan, sholeh dan berguna bagi keluarga juga semua orang. Juga untuk adik-adik Alva selanjutnya.

~~~

Done~

Buat yang masih nyimpen HTMO di librarynya dan nerima notifikasi ini, mampir yuk di cerita baru saya judulnya "SETENGAH". Covernya juga tulisannya setengah, sengaja biar kayak judulnya heuheu :v

Minta saran dan kritiknya yaa di sana. Makasiiii :****

Happy reading! ^^

How To Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang