Dua Puluh Tujuh

821 78 38
                                    

"Jadi, mau pake konsep yang mana?"

Riana meringis menatap wajah Sandy, teman lamanya, bergantian dengan buku yang membuat dirinya sedikit pusing daritadi. Ditambah Sandy yang terus saja menjelaskan gambar demi gambar yang berbeda di setiap halaman buku tersebut.

Ia menolehkan kepalanya ke samping dimana David juga menampakkan ekspresi yang sama dengannya. Bingung. Riana menyenggol lengan David seraya menunjukkan raut yang seolah berkata, "Gimana?"

"Kalo lo berdua masih bingung, gue bisa persempit pilihannya. Biasanya konsep kayak gini sering dipake sama orang-orang yang pake jasa gue. Nih," tutur Sandy, teman SMA Riana yang memiliki usaha wedding organizer.

Sandy memberikan dua pilihan mengenai konsep pernikahan beserta interior-interior apa saja yang akan digunakan. Jujur Riana merasa takjub dengan keduanya yang memang terkesan "wah". Sandy memang pintar merancang sebuah konsep pernikahan untuk kalangan seperti dirinya yang tidak terlalu menginginkan kemewahan, namun tetap terkesan elegan.

Sambil mendengar penjelasan Sandy dan bertanya-tanya serta bertukar pikiran, Riana memilih dekorasi adat sunda dengan sedikit paduan gaya modern-klasik. Bisa dibayagkan? Bagus pokoknya menurut dia.

David hanya mengangguk sambil melipat dua tangan di dada. Jujur saja ia tidak begitu paham dengan urusan seperti ini dan memang ia berniat menyerahkan urusan begini pada calon istrinya saja. Tidak mau ambil pusing.

Calon istri?
Ceileeeeeh!

Dalam hati David terkikik. Sampai detik ini sebenarnya ia masih tak menyangka akan kembali dipertemukan dengan kisah kecilnya. Sosok yang pernah membenci David saat kecil. Sosok yang pernah ditinggalkannya karena mengikuti orang tua untuk pindah ke luar negeri.

Dan kini ia kembali mendapatkan sosok itu. Mungkin sisa hidupnya akan berakhir bersama Riana. Menghabiskan hari-hari dengan kegiatan menjadi dua insan manusia yang saling mengasihi dan menyayangi. Meski David tak bisa menutup mata, bahwa akan dan selalu ada rintangan yang datang di masa-masanya kelak.

***

Riana menghela napas sesaat setelah ia menutup panggilan telepon yang baru saja masuk ke ponselnya. Bukannya apa, seseorang yang baru saja menghubungi membuatnya mendadak pusing.

Mau apa lagi, sih, dia?

Tapi Riana tau didikan agama. Dia tidak boleh ber-suudzon alias berprasangka buruk pada Rei. Ya, Reinhart, mantan kekasihnya itu baru saja meminta untuk bertemu dengan Riana. Riana yang kaget hanya bisa memberi jawaban bahwa ia akan memberitahunya melalui pesan tertulis saja.

Sebenarnya itu hanya alibi menutupi rasa deg-degan saja. Oh, tidak, tidak. Riana menggeleng saat asumsi dalam hatinya mengatakan itu penyebab karena ia masih memiliki rasa terhadap Rei. Tidak. Itu hanya perasaan wajar yang dialaminya sebab ia dan Reinhart sudah cukup lama tak saling sua. Reaksi terkejut karena untuk bertemu dengan Rei kembali bukanlah menjadi pilihannya saat ini.

Di tengah kebingungannya tersebut, ponsel Riana kembali berbunyi. Sebuah pesan dari kekasihnya muncul di layar top up.

From: David Dikari
Aku kerumah ya nnti malem. Sekarang lg meeting di Cengkareng. Jgn lupa makan sama jangan ngulur waktu sholat. Love u.

Riana menggigit bibir bawahnya saat ingin mengetik pesan balasan untuk David. Ia ragu haruskah memberitahu kekasihnya perihal keinginan Rei untuk bertemu?

From: Riana
Hm, iyaaa. Hati2 ya. Love u too.

Setelah mengirim pesan, Riana langsung menutup ponselnya. Mungkin nanti setelah ia selesaikan urusannya dengan Rei, ia akan menceritakan persoalan ini pada David. Pria itu akan datang kerumahnya, bukan? Segala sesuatunya akan lebih baik dibicarakan secara langsung agar menjadi lebih jelas.

How To Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang