Extravaganza 2

971 66 20
                                    

Saya masih nyaman nerusin ini... :v

**

Minggu pagi adalah waktunya sebuah keluarga menghabiskan sisa libur bersama. Walau kenyataan di depan mata; Senin segera tiba. Seperti pagi ini keluarga kecil David Dikari tengah menghabiskan waktu mereka dengan mengunjungi rumah sang ibu mertua yang tak lain adalah kediaman Mamah Dedeh alias ibunda Riana. Sudah dua minggu ini Mamah Dedeh merengek ingin bertemu dengan cucu pertama kesayangannya, Alvager.

Riana menatap Alva yang sedang digendong manja oleh sang nenek, dari gazebo tempatnya duduk. Anak itu terlihat gembira dan berteriak heboh tatkala Mamah Dedeh menggelitik perut Alva dengan wajah keriputnya.

Pelan Riana merasakan ada sesuatu yang menyentuh pucuk kepalanya. Ia mendongak dan mendapati David mencium kepalanya. Memberikan senyum manis, Riana bergeser untuk mempersilahkan imam hidup duduk di sebelahnya. Riana merebahkan kepalanya pada bahu lebar David hingga lelaki itu melingkarkan lengan kekarnya di sepanjang punggung hingga bahu sang istri.

"Masih berasa mual nggak?" Tanya David sembari tangan satunya yang bebas mengusap perut Riana.

Riana menggeleng, tangannya turut bertumpu pada tangan David, masih di atas perutnya.

"Dia udah makin pinter dua hari ini nggak bikin aku pusing-mual lagi," Riana memamerkan senyum manisnya, membuat David gemas lalu mencium sekali lagi rambut wanginya.

Dering ponsel Riana menginterupsi dua manusia yang tengah bermesraan tersebut. Wanita itu mengerut dahinya membaca nama penelepon kali ini. Ia melirik David, meminta jawaban-atau mungkin bisa dikatakan izin-untuk diapakan sebaiknya panggilan ini. David mengangguk sambil mengelus kepala Riana.

"Kali aja penting," ucapnya pelan lalu mencium kepala Riana lagi.

Riana tersenyum, tangan kanannya mengelus paha David sambil tangan kirinya menggeser tombol menerima panggilan di ponsel canggihnya.

"Halo?"

"Hei, apa kabar, Ri? Sorry aku ganggu waktu weekend kamu," ujar seseorang di sana dengan nada tidak enak.

"It's okay, Rei. Aku juga lagi duduk aja sama David. Ada apa? Tumben?" Sahut Riana, matanya melirik David yang juga tengah menatapnya dengan tatapan penuh cinta. Membuat Riana balas tersenyum manja.

Ada jeda beberapa detik sebelum Reinhart menjawab, "Bisa kita ketemu? Sama David juga," jawab Rei cepat-cepat pada saat berkata bersama David juga. Ia tahu hubungannya dengan Riana dulu memang membuat canggung di beberapa keadaan untuk saat ini.

Riana melirik David lagi, suaminya iitu tengah tersenyum ke arah Alva yang berteriak-teriak tidak jelas ke arahnya. Mungkin memanggilnya, karena terlihat Mamah Dedeh pun turut menoleh ke arahnya sembari mengajak cucunya berbicara.

"Hng, aku tanya suamiku dulu yah Rei. Biar bisa atur waktu juga," jawab Riana. Ia mengangguk saat David memberi kode untuk menghampiri anaknya.

Sambungan terputus setelah Reinhart mengiyakan Riana. Wanita itu mengusap layar ponselnya yang sedikit berminyak.

Mau apalagi?

***

"Makasih udah mau datang,"

Reinhart tersenyum seraya mempersilahkan dua sejoli di depannya untuk duduk. Ia sengaja tiba lebih dulu agar Riana dan David bisa lebih nyaman untuk bertemu. Toh, dia yang mengadakan acara ini.

"Kenapa, Rei?" Tanya Riana saat pesanan mereka sudah tiba semua. Ah ya, mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah tempat nongkrong anak muda dekat rumah Riana. Riana yang memilih tempat dengan alasan tak mau meninggalkan Alva terlalu lama.

How To Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang