Part 21

3.9K 274 12
                                    

"Kita berhasil kan Gre? Mereka berantem lagi haha"ucap Nadse kepada Gracia yang berada di depannya. Mereka berdua sedang mengobrol di tempat makan sambil menunggu jemputan mereka.

"Tapi Nads gue masih gak enak nih gara-gara tadi"ucap Gracia sambil mengaduk minumannya

"Yailah Gapapa lagi, bawa santai aja. Lagian kita ngelakuin ini kan ada untungnya, lo nanti dapet Shani gue dapet Vinyi lagi hehehe"ucap Nadse tersenyum sendiri.

"Lebih untung lo lah. Lo gak ada saingan lagi, lah gue? Masih ada ka Lidya yang ngincir Shani"ucap Gracia kesal.

"Masalah ka Lidya gampang, bisa di atur itu. Sekarang kita harus jalanin rencana lagi supaya Shani sama Vinyi bener-bener putus"ucap Nadse.

"Rencana lagi? Yang mana?"tanya Gracia bingung. Nadse tersenyum lalu memajukan badannya membisikan sesuatu kepada Gracia. Gracia terdiam mendengar bisikan Nadse.

"Oke Gre?"ucap Nadse kembali memundurkan badannya. Gracia menghela nafas sejenak lalu mengangguk menyetujui rencana Nadse. Nadse yang melihat Gracia setuju langsung tersenyum senang.

***

Viny memberhentikan mobilnya tepat di rumah Shani. Selama perjalanan tadi mereka hanya terdiam tanpa berbicara apapun. Viny menyandarkan keningnya di stir mobilnya saat mendengar suara isakan Shani. Shani mengusap air matanya yang mengalir, akhirnya iatidak bisa menahan tangisnya lagi.

"Maaf" Shani mendongakkan kepalanya dan menatap Viny yang masih menyandarkan kepalanya di stirnya.

"Maaf kalau akhir-akhir ini aku jadi gampang emosi, gampang marah, gampang cemburu dan gampang salah paham. Aku berubah ya? Maaf"ucap Viny lirih.

"Aku tau sejak kita pacaran, aku jadi sensitif dan overprotect sama kamu, aku cuman gak mau kamu di gangguin orang lain apalagi sampe di rebut gitu aja. Aku dapetin kamu itu susah banget Shan.. Aku gak bisa kalau harus liat kamu di rebut orang dengan gampangnya.."lanjut Viny lagi.

"Aku tau sekarang aku selalu ngebuat kamu nangis.. Aku tau kamu udah mulai gak nyaman sama aku.. Maaf.. Maafin aku Indira"ucap Viny dengan bahu yang bergetar. Shani menggelengkan kepalanya dan memegang bahu Viny.

"Gak. Kamu gak salah, jangan minta maaf. Aku selalu nyaman sama kamu, jangan selalu berpikir negatif Vin, aku nyaman sama kamu.."lirih Shani.

"Kalau kamu nyaman sama aku, kamu gak mungkin nangis karna aku Shan.."ucap Viny tertahan sambil menggengam erat stirnya.

"Viny, aku nangis itu karna aku gak terbiasa di diemin, dicuekin sama kamu. Aku gak terbiasa kita berantem kaya gini, dulu kita berantem gak pernah sampai kaya gini dan dulu kamu gak pernah pake nada tinggi ataupun nada dingin sama aku. Aku cuman belum terbiasa.."

"Jadi benerkan aku berubah? Separah itu ya aku sekarang?"tanya Viny lirih sambil menatap Shani. Shani terdiam menatap mata Viny yang memerah.

"Maafin aku yang sekarang ya Shan. Maafin aku yang bego, gampang emosian, sensitif, gampang cemburu, salah paham terus. Maaf.."ucap Viny sambil membentur-benturkan kepalanya ke stir mobilnya.

"Viny apaan sih. Jangan kaya gini dong, nanti kepala kamu sakit"ucap Shani menahan kepala Viny.

"Biarin aja Shan.. Biarin"lirih Viny. Shani menggelengkan kepalanya lalu menarik wajah Viny untuk menatapnya.

"Kamu gak perlu minta maaf terus, aku udah maafin kamu dan akan selalu maafin kamu. Plis jangan kaya tadi, aku gak suka"lirih Shani menatap mata Viny. Viny hanya terdiam sambil memandangi mata Shani yang memperlihatkan kekhawatiran.

"Tuh kan merah."ucap Shani pelan sambil mengusap kening Viny yang memerah akibat dibenturkan ke stir mobilnya.

"Aku obatin ya?"ucap Shani lalu tanpa menunggu jawaban Viny, ia mendekatkan wajahnya dan mencium kening Viny lalu menahannya sebentar. Viny terdiam mematung mendapat perlakuan seperti itu, mendadak wajahnya terasa panas dan ia yakin sekarang bukan hanya keningnya saja merah tapi seluruh wajahnya memerah.

Kenapa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang