Viny berjalan di lorong hotel sambil membenarkan jaketnya. Pagi ini ia akan menemani Shani sarapan dan bertemu Mamahnya untuk pulanh ke Jogja. Walaupun sebenarnya ia masih tidak rela jika Shani meninggalkannya, entah kenapa semalam tadi ia sama sekali tidak bisa tidur memikirkan Shani yang akan pulang ke Jogja. Perasaanya tdak enak dan ia ingin Shani tidak pergi, ia ingin Shani menemaninya di Jakarta. Viny menghela nafas panjang lalu mengetuk pintu kamar Shani. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki dan suara kunci di buka. Ia terdiam sejenak saat melihat siapa yang membuka pintunya sedangkan seseorang yang membuka pintu tersenyum lebar.
"Pagi Vinyi!"sapa Nadse semangat.
"Pagi juga Nads"ucap Viny tersenyum tipis.
"Ada apa pagi-pagi ke sini Vin?"tanya Nadse. Belum sempat Viny menjawab Nadse sudah kembali berbicara.
"Ohya pasti ke Shani ya?"lanjut Nadse lagi sambil cemberut. Viny yang melihat itu hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
"Ya udah masuk aja"ucap Nadse.
"Gimana mau masuk kalau kamunya berdiri di pintu Nads?"ucap Viny saat melihat Nadse yang sama sekali tidak beranjak dari tempatnya.
"Ohiya juga. Mmm gini dih boleh masuk tapi ada syaratnya"ucap Nadse.
"Syarat apa?"tanya Viny mengerutkan keningnya. Nadse menoleh ke arah belakang lalu menjulurkan kepalanya melihat lorong hotel yang masih sepi.
"Nads?"
"Hmm syaratnya ini.."ucap Nadse mendekatkan wajahnya ke Viny lalu mengecup bibir Viny. Viny terdiam mematung.
"Yaa sekarang boleh masuk"ucap Nadse tersenyum lebar lalu ia masuk ke dalam meninggalkan Viny yang masih terdiam di depan pintu.
"Hh kayanya dari kemarin bibir gue di cium mulu deh. Masih mending kalau di cium pacar doang, nah ini di cium mantan gebetan sama mantan pacar"gumam Viny menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
Nadse bersenandung riang sambil berjalan menghampiri teman-temannya yang masih malas-malasan di sofa ruang tv, hanya Shani saja yang sudah siap untuk pulang.
"Shani ada mantan kesayangan gue tuh dateng"ucap Nadse tersenyum penuh arti ke arah Shani. Shani sempat terdiam beberapa detik sebelum akhirnya ia menyadari siapa yang di maksud Nadse. Shani pun langsung bangkit dan berlari menghampiri Viny.
"Eits eits ngapain lari-lari?"tanya Viny yang menahan Shani. Shani cemberut menatap Viny.
"Kamu abis ngapain sama Nadse?!"desis Shani penuh curiga.
"Hah? Gak ngapa-ngapain. Kenapa sih? Curigaan mulu"ucap Viny cepat.
"Ya abis muka dia mencurigakan tau!"ucap Shani kesal sambil menunjuk Nadse yang masih senyum-senyum sendiri sambil memainkan hpnya.
"Hh udahlah gak usah di urusin. Mending sekarang sarapan dulu, mana koper kamu? Aku yang bawa"ucap Viny. Shani menghela nafas panjang lalu mengambil tas dan kopernya.
"Semuanya pulang duluan ya"pamit Shani kepada teman-temannya.
"Iya Ci hati-hati yaaaa"ucap Okta
"Iyaa Otaa"
"Ci oleh-oleh yaa. Kalau gak ada oleh-oleh gak usah pulang ke Jakarta"ucap Cesen nyengir.
"Ah lo mah oleh-oleh mulu"
"Ci salam buat kampung halamannya"ucap Gracia sambil tertawa.
"Apa sih Gre hahaha"
"Shanii!"panggil Viny yang sudah tak sabar sekaligus cemburu melihat Shani dan Gracia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa?
Fiksi PenggemarDisaat aku sudah mulai menerimanya dan memilikinya Mengapa harus ada yang menghalangi hubungan ini? Aku mencintainya apa adanya.. Aku tak peduli apapun.. Aku hanya mencintai dia tanpa melihat kekurangannya..