Shani memindah-mindahkan channel TVnya, ia sedang menunggu Aurel dan Okta yang sedang memasak spaghetti. Suara pintu terbuka membuatnya menoleh, terlihat Nadse yang keluar dari kamarnya. Ia melengos malas lalu kembali menonton Tv.
"Spaghettinya udah jadi!!"teriak Aurel dari ruang makan. Shani mengambil hpnya lalu berjalan menuju ruang makan. Di sana sudah terlihat Nadse, Gracia, Okta dan juga Aurel namun Cesen sama sekali tidak terlihat.
"Cesen mana?"tanya Shani kepada Okta.
"Lagi ngebukain pintu Ci. Tadi belnya bunyi"jawab Okta. Shani mengangguk-ngangguk lalu mengambil jatah spaghettinya.
"Ci Shaniiiii, ada ka Vinyyyy"seru Cesen yang sedang berjalan menghampiri mereka.
"Ohiya"ucap Shani buru-buru mengambil spaghettinya lalu mengambil hpnya di meja.
"Ci gak sekalian ngambilin buat Ka Viny juga?"ucap Aurel saat Shani sudah mulai berjalan.
"Viny berdua aja sama gue. Makasih ya Rel"ucap Shani menoleh sekilas, ia pun kembali melanjutkan jalannya.
"Waahh enak tuh. Masak sendiri?"ucap Viny saat Shani keluar dari ruang makan.
"Gak, di masakin Aurel"ucap Shani sambil duduk di samping Viny. Viny mengangguk-nganggukkan kepalanya.
"Nih aaa"ucap Shani menyuapi Viny namun Viny menutup mulutnya dan menggelengkan kepalanya.
"Gak ah, kenyang. Kamu aja yang makan"ucap Viny.
"Ya udah"ucap Shani memakan sendiri spaghettinya.
"Ohiya tadi kenapa ka Saktia yang megang hp kamu?!"tanya Shani dengan nada tidak suka.
"Aku tadi lagi ke dapur terus hp di simpen di meja. Aku juga tadi kaget pas tau dia ngebales line aku"ucap Viny.
"Aku gak suka kaya gitu!"
"Iya aku tau. Maaf ya"ucap Viny mengusap pipi Shani yang sedang mengunyah spaghettinya. Shani menyimpan piringnya yang masih tersisa setengahnya
"Tadi juga makan bakso ya?! Kamu lupa apa kata dokter? Jangan makan-makan yang kaya gitu! Bandel!"ucap Shani sambil mencubit perut Viny.
"Aw aw aw sakit ih"ringis Viny mencoba melepaskan tangan Shani.
"Ya abis bandel banget! Gak suka"ucap Shani kesal sambil melepaskan cubitannya. Viny langsung mengusap-usap perutnya.
"Iya iya maaf. Tadi pada beli bakso jadinya aku ikut aja"ucap Viny. Shani menghela nafas panjang.
"Kamu beneran kenyang? Gak mau makan nasi gitu? Aku masakin lauknya"ucap Shani. Viny menggelengkan kepalanya sambil menutup mulutnya yang menguap.
"Beneran kenyang Shan. Gak mau makan lagi, maunya tidur, ngantuk"ucap Viny.
"Ya udah sini bobo"ucap Shani menepuk pahanya. Viny langsung menidurkan kepalanya di paha Shani. Shani mengusap rambut Viny dengan pelan dan hati-hati, karna ia tau sekarang rambut Viny sudah mulai rontok. Shani tersenyum tipis melihat Viny yang terlelap dengan nyenyak begitu cepat.
"Cape banget ya sampe cepet nyenyak gini"ucap Shani pelan mengusap pipi Viny. Shani termenung menatap wajah polos Viny saat sedang tidur. Ia sadar sekarang ia menjadi sangat posesif kepada Viny namun hanya cara seperti itulah agar Viny tetap di sampingnya dan juga tidak ada yang berani mendekati Viny.
"Uhuk uhuk uhuk"
"Eh?"ucap Shani kaget saat Viny terbangun dan langsung terbatuk-batuk.
"Vin aku ambilin minum ya?"ucap Shani cemas sambil mengelua punggung Viny. Viny menganggukkan kepalanya dan masih terbatuk. Shani pun langsung mengambil minum di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa?
FanfictionDisaat aku sudah mulai menerimanya dan memilikinya Mengapa harus ada yang menghalangi hubungan ini? Aku mencintainya apa adanya.. Aku tak peduli apapun.. Aku hanya mencintai dia tanpa melihat kekurangannya..