Part 22

4K 261 12
                                    

Shani menghempaskan tubuhnya di kasur kesayangannya lalu memejamkan matanya sejenak. Tubuhnya sangat lelah sehabis berkeliling mencari baju hs. Tak lama kemudian Viny masuk ke dalam kamar sambil membawa tas belanjaan milik Shani, ia menyimpannya di dekat lemari lalu duduk di sebelah Shani yang tertidur

"Shan.. Aku pulang ya?"bisik Viny mengusap rambut Shani lembut.

"Jangan dulu"ucap Shani membuka matanya lalu menahan tangan Viny.

"Aku kira kamu tidur"ucap Viny kembali duduk. Shani menggeleng lalu memindahkan kepalanya ke paha Viny.

"Aku gak enak hati deh Vin"ucap Shani memainkan jari Viny yang berada di genggamannya.

"Gak enak hati kenapa?"tanya Viny. Shani mengangkat bahunya lalu menatap Viny.

"Kamu tadi gak ngapa-ngapainkan?"tanya Shani yang langsung membuat Viny terdiam. Kejadian tadi bersama Nadse di kampusnya terputar kembali.

"Vin.."tegur Shani menepuk pipi Viny dan langsung membuatnya tersadar.

"Hah? Apa?"

"Kamu gak ngapa-ngapain kan di kampus?"tanya Shani curiga.

"Mmm gak ngapa-ngapain kok cuman aku mau cerita tentang tadi tapi kamu jangan marah ya?"ucap Viny pelan.

"Cerita apa dulu?!"ucap Shani mengerutkan keningnya.

"Jangan marah dulu"ucap Viny.

"Pasti ada hubungannya sama Nadse ya?!"ucap Shani menyipitkan matanya menatap Viny. Viny menggaruk belakang kepalanya lalu mengangguk ragu. Shani memasang wajah betenya, ia menghela nafas kasar.

"Kamu ngapain sama Nadse?!"tanya Shani ketus.

"Gak ngapa-ngapin kok beneran deh. Cuman..."

"Cuman apa?!"ucap Shani galak sambil bangun dari tidurnya. Viny meneguk ludahnya susah payah lalu menceritakan pertemuannya dengan Nadse yang berakhir ia harus menemani Nadse keliling kampusnya namun ia tak menceritakan tentang Nadse yang menciumnya, bisa bahaya jika Shani tau hal itu.

"Awww.. Aww.. Shani sakit"ringis Viny saat ia mendapat cubitan yang sangat keras di perutnya setelah ia selesai bercerita.

"Biarin!! Sakitan mana sama hati aku?!"ucap Shani keras.

"Ya ya maaf kan dia yang maksa aku.. Aduh sumpah Shan ini sakit banget"ringis Viny mencoba melepaskan tangan Shani yang masih mencubit perutnya. Shani melepaskan cubitannya lalu melipat kedua tangannya di dada sedangkan Viny langsung mengusap-usap bekas cubitan Shani.

"Dia kaya gitu karna kamunya gak pernah tegas sama dia Vin! Nadsenya kecentilan kamunya juga mau-mau aja di centilin Nadse!"

"Kamu jangan jadi nyebelin juga kaya dia dong! Sebel tau gak ngeliat kamu gak pernah tegas sama Nadse!"ucap Shani yang tiba-tiba menangis.

"Ih kenapa jadi nangis? Maaf dong Shan.."ucap Viny panik sambil mengusap air mata Shani.

"Ya abis mantan kamu tuh nyebelin banget! kamunya juga nyebelin gak pernah bisa tegas sama dia!"isak Shani memukul-mukul lengan Viny.

"Iya sekarang bakal tegas kok.. Maaf ya"ucap Viny namun Shani hanya diam dan terus memukul lengan Viny.

"Shan udah dong jangan di pukulin akunya.. Ntr tangannya memar susah hilang nih"ucap Viny mencoba menahan tangan Shani.

"Apaan memar, aku kan gak mukul keras banget"ucap Shani berhenti memukuli Viny.

"Ini bekas cubitan kamu aja yang kemarin-kemarin jadi memar Shan.. Padahal ini gak keras kan?"ucap Viny menunjuk bekas cubitan Shani beberapa hari yang lalu yang sekarang menjadi memar. Shani menghapus air matanya yang masih tersisa di pipinya lalu menyentuh memar Viny.

Kenapa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang