1. Morning Boy

912 50 9
                                    


Pagi yang sempurna. Kicauan burung, embun pagi, semilir angin lembut, semua tampak serasi. Kecuali Rara. Masih dengan piyama tidur bergambar unicorn dan rambut yang terurai berantakan. Mata sipit dan muka kusut.

"Rara, ayo bangun. Udah jam segini nanti telat loh" mama Rara membangunkannya lembut.

"Hmm..." Rara hanya berdehem panjang lalu kembali terlelap.

"Sayang.. udah jam 7 kurang 5. First time jadi senior masa telat." Mama Rara menyibakkan gordain yang ada di kamar Rara yang sangat besar itu.

"Hah? Jam 7 kurang? Aduh!" Rara langsung terduduk menepuk jidatnya lalu turun dari kasur king size nya yang berwarna biru muda itu.

***

Krik

"SIALAN! GUE KEPAGIAN?! JAM SESAT!!" teriak Rara frustasi. Sekolahnya masih sepi dan gerbang terbuka lebar. Rara hanya mendesah berat. Berjalan masuk dengan menyeret kaki nya malas. Yang terdengar hanya langkah kaki dari Rara.

XI IPA 3

Dia berdiri di depan kelas yang bertuliskan XI IPA 3 itu. Rara sama sekali tidak ada niat untuk masuk ke dalam kelas barunya. Tapi menunggu diluar seorang diri, lebih membosankan dari itu. Rara akhirnya memutuskan masuk kedalam dan memilih duduk di barisan kedua. Rara mengambil handphone nya, lalu membuka group chat di Whatsapp.

GESREK

Rara Anindhita : woy sialan! Gua kepagian iniii. Pada kesini dongz

Vira Mager : gila lo. Kesambet apaan lo dateng jam segini?

Sarah Baper : kesambet dylan Pir. Belom MO -move on- kan lo?

Rara Anindhita : bacot kau yah :)

Alifa Rentenir : move on kek Ra. Gabosen apa sama si Dylan mulu?

Nita Betitil : saran dari gue sih ya, coba2 berondong deh Ra.

Rara Anindhita : sialan. Lu kata nyoba brondong jagung?

Vira Mager : wanjaaay. Rt Nita. Dylan emang lumayan, tapi let's see anak baru nanti ;)

Alifa Rentenir : new taste Ra.

Rara Anindhita : udah deh. Buruan temenin gueeeee.

Sarah Baper : iya ini gue otw Raraaa.

Rara Anindhita : yeeeeeaaayy. Thanks Sarah yang baik cantik dan ga baperan.

Sarah Baper : halah. Muji ada mau nya. Tapi emang iya sih gue cantik.

Nita betitil : lah sialan, muka pas pas an kek kek Yuni Peri aja bangga.

Rara hanya senyum senyum liat tingkah temen-temennya yang udah geser semua otaknya. Emang paling asik kalo bercanda tapi paling sialan klo lagi curhat atau bantuan.

Rara mematikan handphone nya. Ia meletakanya diatas meja. Rara melirik jam. Baru jam 6 lewat 10 menit. Jam segini pasti baru pada sarapan atau malah mandi.

Tap tap tap

Suara langkah kaki terdengar memasuki area sekolah. Rara yang dari tadi hanya menunduk, langsung mengangkat kepalanya. 'Lah? Cepet amat si Sarah' Batin nya. dengan cepat, Rara berdiri lalu menuju koridor untuk segera menjitak kepala temannya itu

"Weeehh. Cepet banget... lo...." suara Rara pelan saat diakhir kalimat. Suara nya tercekat. Jantungnya tak karuan. Mata nya tak berkedip dan tubuh nya kaku bibir nya juga membisu.

Cowok itu melihat Rara lalu tersenyum manis sekilas dan berlalu. 'Astaga! Manis banget!' Batin Rara dengan hati yang gak bisa diem. Rara masih mematung. Ia terlanjur terpesona karena satu tembakan senyum dari cowok itu.

"Woy Ra. Lo kenapa deh?" Seseorang menepuk pundak nya. Tapi Rara tak bergeming. Masih terlalu bingung untuk menyadari semua nya.

"RARAAAAAAAAAAAA" teriak orang itu. Rara tersentak dan menoleh. Daaaaannn, ternyata orang gapenting yang siap jadi korban omelan Rara yaitu Sarah.

"HEH KUNYUK! GAUSA TERIAK NAPAAAA!" balas Rara yang juga berteriak.

"LAGI LO BUDEK. SINI GUE KOREK PAKE LINGGIS." Sarah si pelaku juga teriak.

"LAGIAN LO GANGGU. LO MAU BIKIN GUE BUDEG BENERAN APA?!" Teriak Rara. Mereka udah buat keributan pagi-pagi.

"UDAH NGAPA. RIBUT MULU! PAGI-PAGI UDAH NGE GAS." Teriak Sarah yang mulai cape.

"YA LAGIAN LO RESEEEE!" teriak Rara yang makin greget ama si Sarah. Yg ribut duluan siapa yang protes siapa.

"Udah ah, cape gue teriak mulu." Sarah duduk lalu membuka ikatan tali sepatunya. "Tapi serius deh, lo kenapa matung gitu? Lebih kek terpana gitu deh" Sarah menatap Rara dengan heran yang kemudian berganti dengan seringaian jahil.

"Apa lo liatin gue kek gitu?" Galak Rara sambil melotot.

"Lo... udah move on ya dari Dylan? Sapa sapaaa?" Tebak Sarah.

"Tadi ada cowo yg senyum ke gue. Sebelom lo dateng." Jawab Rara enteng

"HAH?! DEMI APA LOO?!!" Teriak Sarah. Rara langsung mendekap mulut sarah yang kadang kelepasan.

"Apaan si lo. Berisik banget. Gitu doang yaela. Tapi jujur, itu cowo manis bet" Rara mencoba mengingat muka cowo itu. Rara lagi lagi membisu karena yang muncul dipikirannya lagi-lagi Dylan.

"Ra? Lo kenapa deh? Kepikiran Dylan lagi?" Vira yang ternyata udah berada di samping Rara itu menepuk pundak Rara dan membuatnya sadar dari lamunannya.

"Hm, ah enggak kok. Eh? Sejak kapan lo sampe sini Pir?" Elak Rara.

"Tuh kan ngelamun mulu sih lo." Jawab Vira.

Rara memutuskan menunggu bel masuk dengan nongkrong di depan kelas. Di dalem kelas udah ada Vito, Ratno dan Niko. Trio rusuh di IPA 3.

***


Dingin. Rara sedang duduk di balkon kamarnya menatap langit yang sedang memajang bintang dan bulan. Angin yang berhembus kencang menusuk kulit Rara. Rara masih kepikiran sama yang tadi pagi.

'Siapa namanya? Badboy goodboy? Pinter bego? Kelas mana? Ada yang punya gak ya? Famous?'

Seribu pertanyaan muncul di benak Rara. Hatinya yang sudah lama tak merasakan dag dig dug itu kembali merasakannya setelah kurang lebih 2 tahun. Kenapa? Karena dia dan Dylan terpisah atau beda sekolah. Dan hatinya menjadi hitam putih tak berwarna. Bagai kuburan tak bernyawa.

'Apa gue sebut 'morning boy' aja kali ya? Heemmmzz. Bole la bole la." Rara mulai bermonolog sendiri.

AN : Hai gengz. Sori banget garing. Pengalaman pertama jadi begini deh. Sori kalo kurang menarik dan pendek. But i really hope you like it. Thanks bagi yang udah mau baca. Walaupun baru, tapi jangan bosen ya.

NO LIMITS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang