31. Hopeless

187 13 24
                                    


Hari ini, tepat di tanggal 1 April ini. Rara ingin mengatakan semuanya. Perasaanya, pengakuannya. Semuanya. Dan ia berharap akan lancar.

"Jadi? Gimana kemarin?" Tanya Yasha saat perjalanan menuju sekolah. Rara tersenyum senang. "gue lupa ngomongnya, tapi kemarin gue bahagia." Ucap Rara.

Yasha tersenyum sendu. "Gue bahagia kalo lo bahagia."ucapan Yasha membuat Rara merasa tidak enak hati.

"Lo tau gak? Lo orang paling pengertian yang pernah gue kenal." Kata Rara sambil menatap Yasha yang sedang menyetir.

Yasha melirik Rara sebentar lalu terkekeh sambil mengacak rambut Rara sebelah tangan.

"Pokoknya, lo harus bilang secepatnya ya. Gue gak sabar nunggu kabar bahagia dari lo berdua." Ucap Yasha.

"Tapi lo janji, lo juga harus nemuin kebahagiaan lo sendiri. Jangan stuck di gue." Kata Rara. Yasha tertawa.

"Enggak lah. Gue gak mau bikin sedih orang yang gue sayang nantinya." Ucap Yasha setelah tawanya mereda.

"Maksud lo?" Alis Rara bertaut. Ucapan Yasha akhir-akhir ini sering ambigu.

"Ah iya! Bentar lagi ujian. Lo belajar yang bener ya. Mabal nya kurangin dulu kay?"

"Okay big boss." Rara hormat dengan mata membulat.

Ekspresi ini yang bakal gue kangenin nanti.

Batin Yasha dengan senyum tipis.

"Lo janji sama gue satu hal mau gak?" Tanya Yasha.

"Apa?"

"Janji sama gue, lo akan selalu bahagia. Janji?" Meski agak bingung dengan perkataan Yasha, Rara mengangguk.

"Emang kenapa sih?" Tanya Rara heran. Yasha tersenyum penuh arti. "Gue ngerasa, gue bakal pergi jauh aja gitu. Tapi, itu firasat gue doang kok." Yasha mengakhirinya dengan senyuman. Rara sudah mulai panik dan takut akan apa yang di katakan Yasha.

"Firasat lo gak lucu banget sumpah Sha." Kata Rara sambil geleng-geleng.

"Bentar lagi kenaikan kelas. Lo harus mau belajar bareng gue." Ucap Yasha. Rara mengernyit bingung. "Maksud lo?" Tanya Rara.

"Ntar, gue yang ajarin elo. Anggep aja, ini bantuan buat lo." Ucap Yasha.

Rara menggeleng. "Gak usah. Lo belajar aja pelajaran lo. Nanti gegara gue, nilai lo anjlok lagi." Tolak Rara.

"Gak nerima penolakan." Desak Yasha.

"Gak nerima pemaksaan." Balas Rara.

"Ra, please. Turutin gue kali ini ya? Cuma ini yang bisa gue lakuin." Yasha memohon. Rara menghela nafas kemudian mengangguk.

***

"Jadi lo rencana nembak Mario hari ini?!" Heboh Sarah. Rasanya, Rara ingin membekap Sarah hingga perempuan itu kehilangan nafas lalu mati.

"Suara lo kegedean bego." Vira menggeplak kepala Sarah. Yang di geplak justru nyengir kuda.

"Yakin lo Ra? Masa perempuan duluan sih?" Ucap Vira.

"Kalo gue nunggu Mario bilang, nungguin setengah mampus kali gue." Balas Rara sambil memutar bola mata.

"Bener juga. Tapi kan gak lucu kalo perempuan yang nembak duluan." Kata Nita. Rara menghela nafas.

"Tau deh gue yang baru di bikin kesel abis itu di tembak." Pancing Rara. Pipi Nita merah merona mengingat kejadian kemarin.

"Sial lo ah. Jangan bahas. Malu." Ucap Nita sambil memalingkan muka.

NO LIMITS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang