Epilog

179 13 16
                                    


Rara sudah rapi dengan dress selututnya. Hari ini ada farewell party untuk anak-anak kelas 12. Gak terasa udah 1 tahun lamanya Yasha ninggalin mereka yang masih hidup. Kadang, Rara kangen Yasha. Rara juga sering melamun mikirin Yasha. Untung nya ada geng nya juga Mario yang pasti bisa menghibur dia.

Mario dan Rara masih sama aja. Gantung kayak jemuran yang kagak kering-kering.

Masih saling suka. Tapi gak ada yang berani nembak duluan. Sebetulnya, Rara cape kayak begini terus-menerus.

Beberapa hari setelah Farewell Party ia akan pergi ke luar negri untuk kuliah. Untung pas kelas 12 dia jadi lumayan pinter. Dulu, Yasha ngajarin dia. Dan dia pikir diajarin adek kelas itu gak banget. Sampe lebih pinteran adek kelas gitu dari dia kan malu.

Rara duduk di sofa ruang tamu dan terus memandang handphone nya. Menunggu kabar dari Mario. Rara kesana bareng Mario, dia perwakilan kelas 11 untuk menyampaikan pesan-pesan anak kelas 11. Tapi udah 20menit berlalu sejak acara di mulai.

"Aduh, udah jam segini lagi." Rara gigit jari. Tiba-tiba, suara mobil di luar dan suara klakson terdengar. Dengan cepat Rara berlari ke pintu.

"Ma! Rara berangkat!" Teriak nya. Udah telat gini pamitnya gitu aja.

Saat membuka pintu, Rara mengernyit saat melihat mobil Dylan lah yang ada di depan pintu rumahnya.

Rara mengetuk kaca lalu membungkuk. Kaca pun turun dan melihat Dylan dengan baju santai nya. Apa-apaan?

"Dy? Lo mau ngapain?" Tanya Rara bingung.

Dylan mengangkat sebelah alisnya. "Mau nganter Lo lah. Mario ada urusan mendadak." Jelas Dylan. Rara menghela napas kecewa.

Padahal kan Rara mau liat Mario pake tuxedo!

Rara pun akhirnya mengangguk lalu memutari mobil dan masuk ke mobil. Kenapa Mario ngeselin banget ya? Padahal kan Rara ngebet pengen liat Mario.

"Dia ada urusan apa?" Tanya Rara. Dylan melirik Rara yang duduk di sampingnya.

"Anu.. dia di jodohin sama orang tua nya. Ketemuannya malam ini." Jelas Dylan.

Rasanya mau mati aja.

Rara bungkam. Lama-lama, air matanya menggenang di pelupuk mata. Kenapa baru sekarang? Kenapa disaat ia kira akan happy ending dengan Mario, malah jadi seperti ini? Rara bahkan kehabisan kata-kata.

Yasha salah. Yasha salah besar meninggalkan dia dengan Mario. Nyatanya mereka tidak pernah bersama dan mungkin tidak akan pernah.

Dylan menggigit bibir bawahnya sambil lirik-lirik ke Rara yang sepertinya akan menangis.

Sakit banget apa? Batin Dylan.

"Ra, you okay?" Tanya Dylan. Rara menggeleng pelan. Lalu tangis rara pecah. Rara menangis sejadi-jadinya.

Ia memukul dasboard lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Rara sesegukan, sesekali Dylan mengusap punggung Rara prihatin lalu fokus nyetir lagi.

"Ehm, Ra.. Kita gak usah ke farewell party, gimana? Lo berantakan banget." Kata Dylan. Rara tidak menjawab. Rara aja masih sibuk nangis kejer, gimana mau ngejawab?

Rasanya di tinggal kedua kali begini ya?

Dylan memakir kan mobilnya lalu membukakan pintu untuk Rara dan membantunya keluar dari mobil. Rara menenggelamkan wajahnya di bahu Dylan dan mengikuti kemana saja Dylan membawanya.

Yang jelas gak ke kamar.

Rara tiba-tiba sudah terduduk di kursi. Rara mengangkat wajahnya dan melihat taman dekat mall itu. Rara menghela napas dengan sisa sesegukan tadi. Cape nangis mulu.

NO LIMITS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang