18. Japan

222 14 10
                                    


"Loh Pa? Ini mah rumah kek villa gitu kali." Rara mengernyit bingung. Yang dihadapan mereka kini adalah rumah yang cukup megah bercat putih dan banyak pohon.

"Sebenernya bukan ke hotel. Tapi ke Villa nya mama sama papa di Jepang." Sahut Sandy.

"Astagaaa. Kenapa papa baru bilabg sama kita?" Clara kagum melihat villa itu. Kedua orang tua nya tak pernah menyinggung soal villa ini.

"Ayuk ah masuk. Mau di sini aja terus-terusan sampe mati kedinginan?" Dhita dan Jenny berjalan duluan. Yang lain pun mengikuti.

"Waaaa.. luas juga." Kata Vero melihat isi rumah.

"Nuansa Jepang nya juga kerasa." Kata Yasha.

"Gila! Betah deh gue disini." Rara terpaku di tempat.

"Kamar orang tua di bawah, kalian diatas ya." Kata Dhita yang disusul anggukan oleh Rara, Clara, Vero dan Yasha.

"Yaudah, istirahat dulu hari ini. Udah malem juga." Kata Jenny.

"Oke, kita masuk ke kamar ya. Jangan berantem ya." Pesan Henry.

"Siaaapp!" Pekik mereka bersamaan. Mereka pun langsung ke atas menuju kamar mereka.

"Anjaaaayy. Geng gue harus tau ini!" Pekik Rara saat melihat isi kamar. Semua nya bernuansa Jepang. Lukisan, hiasan semua nya bertema Jepang.

"Gila! Nyaman bat ni kasuur." Kata Clara yang sudah menghempaskan dirinya ke kasur.

"Eh? Ada balkon kamar. Liat ah." Rara pun berjalan keluar. Menggeser pintu dan.. melihat gunung Fuji dari kejauhan.

"Sshh.. dingin juga." Kata Rara sambil memeluk dirinya sendiri. Rara sedang berada di balkon. Sedangkan Clara asik bermain iPhone nya.

"Lo ngapain di luar? Dingin Rara." Ucap seseorang dari belakang lalu mengacak rambut Rara.

"Yasha? Ngapain kesini?" Tanya Rara heran. Yasha menunjuk Clara dan Vero yang sedang bercanda.

"Ck. Modus. Abang adek sama aja." Rara memutar bola mata malas. Yasha terkekeh lalu merangkul Rara.

"Sha, lo ngerangkul gue udah berapa kali astagaa" Rara menggelengkan kepalanya.

"Hehe, sama pacar gini Ra." Kata Yasha.

"Ter. Pak. Sa." Ucap Rara penuh penekanan. Yasha terdiam lalu melepas rangkulannya dan menunduk.

Hening. Beberapa menit hening. Yasha menatap kaki nya dengan tatapan kosong.

"Gue tau hati lo masih buat Mario. Kalo gitu, gue balik. Jangan tidur malem-malem." Ucap Yasha lalu mengacak rambut Rara pelan dan tersenyum sendu. Rara yang melihat dan menyadari itu menjadi tidak enak.

"Ver, gue balik ke kamar duluan." Ucap Yasha singkat lalu berlalu tanpa menengok ke arah Vero yang sudah memanggil namanya beberapa kali itu.

"Clara, gue balik. Sorry ya gegara abang gue." Ucap Vero lalu tersenyum dan mengejar Yasha.

"Kak.." Ucap Clara lembut. Rara mematung.

"Kaak.." Ucap Clara lagi.

"Gu.. gue.." Rara menatap ke langit dengan tatapan kosong.

"Salah omong? Ceroboh." Ucap Clara lalu menemani kakak nya di luar kamar.

"Gue.. astaga! Bego banget sih gue!" Rara merutuki kebodohannya sendiri.

"Baru sadar kalo lo itu bego?" Tanya Clara dengan senyum jail nya.

"Sialan lo ah." Rara menoyor kepala Clara. Clara mengerucutkan bibirnya.

NO LIMITS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang