Hanya suara pendeteksi jantung yang terdengar. Selebihnya, kesunyian. Semua orang menatap sendu ke arah perempuan yang sedang berbaring lemas di atas ranjang rumah sakit. Sudah 1 minggu ini ia tidak bangun. Kecelakaan itu parah, dan itu berhasil mengenai organ dalam.Nita menghela nafas lelah. "Kapan mereka bangun? Vira, Yasha, Rara.. sama-sama asik di alam bawah sadar ya?" Kata Nita. Alifa pun mengusap bahu Nita.
Alifa sendiri juga merindukan ketiga temannya. Mereka sudah terbaring 1 minggu lamanya.
Mario setia duduk di samping perempuan yang masih terbaring tak sadarkan diri. Rara. Pujaan hatinya, dalam ambang kematian.
Zidan dan Sarah menunggu di ruang Vira. Vira sendiri belum juga bangun.
Yasha di temani orang tua nya dan Radit. Mario sendiri tidak mampu meninggalkan Rara. Ia tak mau kehilangan keduanya.
Dylan sudah keluar dari rumah sakit. Pada hari kecelakaan, Dylan merasa aneh karena Yasha dan Rara yang tidak datang menjenguknya. Padahal ia ingin membawakan berita bahagia akan keluarnya dia dari rumah sakit esok harinya. Setelah ia keluar, dia kaget dengan berita dari Mario yang bertemu dengannya di loby rumah sakit. Mario menjelaskan semuanya. Dan disini lah Dylan, di samping Rara.
"Bro, lo jenguk Yasha dulu. Dia juga butuh lo." Ucap Dylan sambil menepuk bahu Mario. Mario yag sudah tidak tidur berhari-hari itu menatap Dylan lesu, kemudian menggeleng.
"Gue mau pas Rara bangun, yang pertama kali dia liat itu gue." Ucap Mario sendu.
Dylan pun menghela napas. "Lo udah gak tidur berhari-hari. Lo gak ngejenguk Yasha kemaren. Sekarang lo jenguk dia. Bilang ke dia, cepet balik ke kita." Nasihat Dylan.
Mario pun akhirnya mengangguk lesu. Dia mengecup punggung tangan Rara sekilas lalu pamit. Ia pamit dengan orang tua Rara juga. Clara tidak hadir karena dia sekolah. Alifa dan Nita juga pamit untuk menjenguk Vira. Ruang Rara-Vira-Yasha tidak jauh. Hanya selang 4 dan 3 ruang saja.
Mendadak, amarah Mario memuncak melihat ruangan yang ada di sebelahnya berjalan.
Ruang Kanina. Perempuan itu lah yang menabrak Yasha juga Vira. Sementara Rara? Shinta pelakunya.
Tanpa bisa dicegah Nita dan Alifa, Mario masuk ke ruangan itu dengan emosi memuncak. Nafas nya memburu saat melihat Shinta dan Kanina yang masih bisa tertawa kecil. Sadar Mario di ruangannya, Kanina menegang dan menghentikan tawa nya. Shinta yang merasa aneh pun mengikuti arah pandang Kanina. Tegang. Keduanya keringat dingin karena Mario juga Alifa dan Nita di ruangan Kanina.
"Puas lo?!" Bentak Mario. Shinta tersentak kemudian menunduk. Kanina menatap Mario dengan takut-takut.
"Puas lo bikin Rara menderita?! Puas lo liat dia di antara hidup dan mati? Puas lo liat dia pucet?! Puas lo liat dia lemes di ranjang rumah sakit?! Puas lo sakitin dia?! Puas hah?! Puas?!" Bentak Mario.
Shinta pun menangis saat itu juga. "Gue minta maaf Mario. Gue nyesel. Nyesel." Kata Shinta sambil tersedu.
"Ngomong lo ama tembok!" Kata Nita. Alifa pun menyikut Nita.
"Kita nyesel Yo. Plis jangan bawa ini ke pengadilan. Kita khilaf. Jujur, ini rencana kita. Nyelakain dan buat Rara mati itu tujuan kita, tapi--"
Plaakk
Alifa menampar Kanina yang berkata dengan entengnya. Mengaku seenaknya. "Monster lo!" Bentak Alifa.
Kanina terkekeh. "Akting gue gak berguna lagi ternyata." Kanina merubah wajah nelangsa nya menjadi wajah songongnya.
"Dia sendiri yang nyari masalah sama gue!" Lawan Kanina. Shinta masih menangis. Untuk kali ini, Shinta tidak sedang akting.
"Salah Rara apa hah?!" Kata Nita mulai sewot.
KAMU SEDANG MEMBACA
NO LIMITS.
Teen FictionRara Anindhita. Seorang cewek yang gak bisa move on dari seorang Dylan Andra yhaksa. Hati nya yang semula hampa karena perpisahannya sewaktu masa smp kini mulai terhiasi dengan datangnya 2 orang cowok ke dalam hidupnya di masa putih abu abu ini.