Still Adel's POV
Setelah mereka semua pergi, aku hanya menangis sambil mencoba berpikir apa yang sudah membuat kakakku sangat membenciku dan apa yang membuat orang tua ku seakan tidak peduli lagi padaku.
Sekarang aku sudah membereskan semua ruangan kecuali kamar kakak yang selalu takut kumasuki entah kenapa. Sebelum itu aku berusaha menetralisir penciumanku yang telah mencium wewangingan alkohol, rokok, dan entah apa yang lain yang sangat memabukkan dan membuatku ingin muntah dari tadi.
Setengah jam sudah aku berusaha membuat penciumanku normal dan sekarang aku sudah ada di dalam kamar Nathan yang baunya bahkan lebih membuatku mual dari pada bau yang ada di ruangan party kakak dan gengnya. Aku sudah tidak bisa mengenali ini bau apa, yang sekarang ingin kulakukan hanya cepat cepat membereskan semuanya dan bisa keluar dan menghirup udara segar yang ada di kamarku.
Setelah memastikan semua bersih, aku segera ingin keluar dari kamar ini karena aku sudah tidak tahan dengan rasa mualku yang belum hilang juga padahal aku yakin aroma kamar ini sudah wangi seperti sedia kala. Tapi entah apa yang menarikku untuk melihat foto yang ada di atas meja belajar Nathan yang seingatku adalah foto keluarga yang ada juga di dalam kamar dan di ruang keluarga rumahku.
Entah kenapa aku sangat senang saat melihat itu memang adalah foto keluarga yang sama seperti di kamarku. Setidaknya kakakku masih menganggapku sebagai adiknya. Tapi semua itu berubah jadi tangis setelah melihat bahwa itu adalah foto keluarga yang sama seperti milikku tapi yang berbeda hanya, di foto yang ada di meja kakakku ini adalah foto keluarga yang terdiri dari Papa, Mama, dan Nathan. Ya... hanya ada 3 orang yang ada di foto itu, padahal aku cukup yakin bahwa baju yang dipakai itu adalah baju yang sama dengan apa yang dipakai mereka di foto keluarga yang ada di kamarku dan di ruang keluarga. Dan Nathan juga terlihat sama, jadi tidak mungkin foto ini diambil saat aku belum lahir.
Entah kenapa tiba tiba aku merasa sesak nafas dan pandanganku mulai kabur dan akhirnya semua hitam. Dan aku tidak tau lagi apa yang terjadi setelahnya.
Nathan's POV
11 : 45 PM
Angka itu yang tertera di layar smart phone ku yang menunjukkan bahwa sekarang sudah tengah malam dan membuatnya harus pulang ke rumahnya. Aku menolak untuk ikut geng motorku yang akan berpesta di klub elite yang adalah milik keluarga temanku. Aku juga menolak untuk mengadakan pesta di rumahku seperti kemarin. Aku tidak tau kenapa seperti ada yang mendorongku untuk pulang ke rumah tanpa membawa anggota geng ku untuk membuat keributan semalam suntuk.Entah kenapa tiba tiba wajah adikku yang telah menghancurkan masa kecilku muncul saja di benakku. Aku langsung saja menjauhkan bayangan muka itu dari pikiranku dan memacu motor balapku yang adalah hadiah ulang tahunku yang ke 18. Aku memang memiliki banyak motor dan mobil balap yang lebih baru dari pada ini. Tapi entah kenapa aku merasa lebih nyaman memakai motorku yang mempunyai stiker bertulisan ' N - A' (Nathan - Adeline) yang adalah stiker buatan Adeline sebelum dia menghancurkan masa kecilku. Aku benci mengakuinya, tapi memang saat ada temanku yang tidak sengaja mencipratkan air kubangan ke arah motorku, aku sangat marah padanya. Bukan karena motorku terkena cipratan, karena aku masih bisa mencucinya di salon motor langgananku. Tapi yang membuatku kesal karena ada lumpur dari kubangan itu yang mengotori stiker kecil yang ada di badan motorku itu. Aku juga tidak mengerti kenapa, aku hanya berpikir mungkin karena stiker itu adalah pemberian Adeline saat kami masih berbahagia bersama.
TBC
Makasih yang udah mau baca cerita gaje ini sampai sini =D
Kritik saran diterima
Dan buat masalah nya Adeline bukan cuma ini aja ya... kalo mau tau masalahnya Adeline dan apa yang bikin Nathan kesel sama Adeline, tunggu aja yah ...
-X-
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind That Smile (END)
Fiksi RemajaTersenyum adalah cara terbaik untuk menutupi semua kesedihan dan kekecewaan yang dihadapi. Saat orang orang berfikir tidak akan ada yang bisa merusak kebahagiaannya, hanya dia dan Tuhan lah yang mengetahui jawabannya. Saat dimana akan tiba dimana ia...