33rd

27.4K 1.1K 19
                                    

"Perkataan ibu itu sangat mengguncang psikologi anak anda. Sekarang saya akan menjelaskan kondisi anak anda."

Kedua orang tua itu mendengarkan penjelasan dari sang psikiater tapi tidak bisa dibilang bahwa mereka benar benar mendengarkan perkataannya. Hati mereka masih ditutupi perasaan jengkel terhadap hal yang menimpa anak sulung mereka.

"Saya tidak tau apa masalah kalian karena itu adalah privasi keluarga kalian, tapi sebagai orang tua tidak sepatutnya anda menyalahkan anak anda yang masih dibilang polos dan tidak mengetahui apa apa dan mengatakan hal yang sekejam itu padanya. Saya saja sebagai orang dewasa yang tidak memiliki hubungan keluarga dengan kalian merasa kaget mendengarnya. Coba bayangkan saja jika orang tua kalian mengatakan hal itu pada kalian disaat jiwa anda masih terguncang dengan apa yang menimpa saudara anda. Saya bisa melihat jelas bagaimana anak itu termenung duduk dikursi depan ruang UGD tadi, bahkan ia tidak merespon apa apa saat diambil darahnya tadi. Terkadang saja orang dewasa masih merasa kesakitan saat akan diambil darahnya. Sangat jelas bahwa anak anda masih belum bisa mencerna dan menerima kondisi kakaknya." Jelas sang psikiater panjang lebar karena merasa sangat prihatin dengan kondisi Adel.

"Anda tidak usah sok menasehati saya, yang orang tuanya adalah kami berdua. Anda tidak usaha mempermasalahkannya seperti itu." Ucap Robert kesal karena diceramahi oleh sang psikiater.

"Saya masih belum selesai, karena faktor psikologinya yang sangat terguncang, ditambah lagi dengan benturan yang cukup keras dikepalanya, anak kalian kemungkinan besar akan kehilangan beberapa memorinya. Khususnya memori yang membuat psikologinya terguncang. Mungkin saja ia akan mengingat semua memori nya selain memori tentang kecelakaan ini. Memori ini akan sulit untuk dikembalikan tapi bukan mustahil bila anak anda bisa mengingatnya. Itu semua kembali pada anak anda sendiri. Hanya itu yang akan saya sampaikan, tapi yang ingin saya tekankan adalah, semua kejadian adalah rencana Yang Maha Kuasa, tidak ada manusia yang ingin bila ada peristiwa semacam ini terjadi pada dirinya. Jangan terlalu menekan anak anda, ia masih kecil dan membutuhkan kasih sayang. Saya permisi." Ucap psikiater itu kemudian meninggalkan kedua orang tua itu bersama sang dokter yang sedari tadi diam dan ikut mendengarkan penjelasan.

"Jadi, bisa saya melihat anak itu?" tanya Monique pada si dokter.

"Silahkan saja, tapi anak anda akan dipindahkan dulu ke ruang rawat." Kedua suami istri itu hanya mengangguk dan memasuki kamar Adel.

Tidak lama kemudian Adel tersadar dan melihat kedua orang tuanya. Seperti yang dikatakan sang psikiater, Adel sama sekali tidak kejadian setelah ia mendengar kabar Om Sam akan datang untuk acara ulang tahunnya. Bahkan ia tidak tau bahwa acara ulang tahunnya telah hancur total.

"Papa... Mama... Kenapa aku disini?? Kenapa kepala aku sakit?? Kak Nathan mana??" tanya Adel bertubi tubi karena ia sama sekali tidak mengingat apa apa.

"Bisa gak nanya itu satu satu? Jadi pusing tau jawabnya." Sahut Monique tajam.

"Mama kenapa ?? Adel salah apa??" tanya Adel lagi.

"Udah gak usah banyak tanya, kamu tidur aja biar bisa cepet keluar rumah sakit." Jawab Robert lalu kedua orang tua Adel meninggalkan Adel sendirian di kamar rawat dengan tanda tanya besar. Semakin dipikirkan hanya membuat kepalanya sakit sehingga ia memutuskan untuk kembali tidur karena masih ada efek obatnya.

Jika kalian bertanya tentang keadaan ruang rawat Adel, apakah itu sama dengan ruang rawat VIP yang ditempati Nathan? Tentu saja jawabannya bukan, ruang rawat Adel adalah ruang rawat biasa yang bahkan luasnya tidak sampai setengah dari luas ruang rawat Nathan.

Kemudian mulai sejak hari itu, semua keluarga mulai menjauhi Adel dan mengecapnya sebagai "Anak pembawa sial yang bahkan telah menghancurkan mimpi orang". Termasuk juga kakak yang sebelumnya sangat menyayangi Adel, mereka menjauhi Adel yang sama sekali tidak mengingat apa pun tentang kejadian itu.

Ia ditolak dan dijauhi, bahkan saat ada acara keluarga Adel jarang ikut dalam acara itu. Terkadang ia ikut tapi kehadirannya hanya seperti angin lalu yang tidak dianggap ada di sana atau terkadang hanya dipanggil untuk membantu bersih bersih. Dan hanya sang neneklah yang masih memperhatikan Adel.

END FLASBACK

Adel's POV

"Jadi begitu ceritanya." Nathan mengakhiri ceritanya.

"Jadi itu alasannya kenapa semua menjauhiku?" aku bertanya pada diriku sendiri. Aku tidak mengharapkan jawaban dari Nathan. Di satu sisi aku menyangkal bahwa ini adalah salahku, tapi di satu sisi aku juga menyalahkan diriku karena sudah merusak impian kakakku.

"Maaf Kak, kalau bukan karena aku, mungkin kakak sudah bisa masuk ke tim basket yang kakak mau." Aku hanya bisa meminta maaf sambil terus menangis, saat ini aku merasa kepalaku pusing dan serasa mau pecah karena banyak memori yang berputar putar di otakku. Memori yang selama ini hilang, tapi semakin banyak memori yang berputar itu, semakin rasanya kepalaku mau pecah.

"Jujur saja, gua gak masalah kalau hanya celaka karena nyelamatin lu. Lu satu satunya adek gua, tapi tau kalo gara gara itu gua udah gak bisa olahraga berat lagi, apalagi gua gak bisa jadi atlet kayak yang gua mau. Gua gak bisa terima, dan bahkan sampai sekarang gua masih belom bisa terima itu 100%. Tapi gua tau ini gak adil buat lu, gua akan berusaha buat terima ini semua. Tapi untuk bisa kembali kayak dulu gua gak bisa janji buat balik lagi jadi kakak yang dulu dalam waktu deket." Ucap Nathan yang malah membuatku ingin berteriak kencang karena rasa sakit pada kepalaku semakin bertambah.

"Arghhh !!!"

"Adellll !!!!" aku mendengar suara Nathan dan setelah itu semua hitam.


TBC

Makasih yang udah mau baca cerita ini...

Semoga aja masih ada yang nungguin cerita ini..

Makasih banyak

Kritik saran komen aja :*

-X-

Behind That Smile (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang