25th

24.1K 1K 10
                                        

Still Author's POV

Sedangkan mereka bertiga sangat menikmati suasana Bandung yang sejuk dengan penuh kebahagiaan, ada seorang lagi anggota keluarga mereka yang berusaha menahan sakit yang teramat sangat di dasar hatinya. Entah bagaimana lagi ia harus menahan rasa sakit itu dan tetap bertingkah ceria setiap saat guna menyembunyikan rasa sakit yang sudah dialaminya bertahun tahun lamanya. Tidak pernah terlintas di pikiran gadis 16 tahun itu untuk meninggalkan keluarganya atau menghabisi nyawanya karena baginya itu hanyalah tindakan bodoh tidak berguna yang hanya akan membuat Tuhan marah, karena ia yakin bahwa semua pasti akan indah pada waktunya. Ia hanya menunggu saat dimana keluarganya akan menerimanya kembali, mengetahui apa yang selama ini membuat mereka seperti ini, juga mendapat sahabat yang selalu bisa menemaninya baik susah dan senang dan tidak ada niat hanya untuk memanfaatkannya.

Sekarang ini yang bisa dilakukannya hanya menjalani aktingnya seperti biasa, menjalani hidup sesuai apa yang sudah digarisi oleh Tuhan dan selalu berdoa pada Nya dan tabah sampai saat yang indah itu tiba dan hidupnya akan kembali bahagia seperti apa yang diinginkannya.

Adel's POV

Kini aku sedang berada di dalam kamarku, dimana tempat inilah yang selalu menjadi tempatku mengeluarkan semua emosi yang sudah kutahan sepanjang hari. Di tempat inilah aku bisa mengeluarkan amarah dan tangis yang kutahan selama seharian. Dan kini, itu semua tidak harus kulakukan karena orang orang yang biasanya ada di rumah ini sedang bersenang senang menikmati hari liburan mereka dari rutinitas mereka yang melelahkan dan liburan dari melihat diriku di depan mereka. Aku hanya bisa menarik nafasku dalam dalam dan berusaha melupakan itu semua, karena hal itu hanyalah akan menambah rasa sakit yang ada di hatiku ini. Membayangkan wajah bahagia mereka saat menikmati quality time mereka tanpa diriku di tengah mereka yang hanya akan menciptakan suasana canggung yang sangat menyiksa. Sangat menyiksa jika bisa kubilang karena kami adalah keluarga yang sedarah dan apalagi bisa dibilang sangat jarang kami bisa berkumpul bersama dengan anggota keluarga yang lengkap, tetapi kami tidak pernah terlihat berbincang bincang, berbagi pengalaman, atau hal lain yang biasa dibahas anak pada orang tua mereka.

Tapi walaupun semua perlakuan kedua orang tua dan kakakku sangat menyayat hatiku yang mungkin sudah hancur dengan semua perlakuan mereka, tapi aku tetap tegar dan tetap menyayangi ketiga orang yang telah hadir dalam hidupnya sedari aku lahir. Bagaimanapun kami semua sedarah, darah Mama, Papa, dan Nathan mengalir dalam diriku, begitu pula darahku juga ada dalam diri mereka. Yang harus kuyakini adalah satu waktu dimana mereka akan menyadari keberadaanku dan merubah sikap mereka padaku. Tapi aku tidak mengetahui kapan waktu dimana itu semua akan terwujud. Entah besok atau tahun depan, atau saat dimana aku sudah sakit keras atau mungkin saat aku sudah menutup mataku selamanya. Aku hanya bisa berusaha dan menunggu dimana keluargaku berubah menjadi seperti keluarga yang selalu menjadi impianku. Keluarga bahagia yang selalu hadir dalam mimpiku, dimana kami bisa duduk bersama dengan tawa bahagia yang tulus sambil berbincang - bincang menceritakan cerita kami masing masing.

Tidak sadar sudah 2 jam aku hanya tidur di kasurku dan melamun. Bingung apa yang harus kulakukan karena saat ini aku sangat amat bosan di rumah besar ini sendirian, tidak ada yang bisa diajak bicara. Mau membersihkan rumah, rumah ini masih bersih bersih aja karena jarang sekali rumah ini ditempati orang selain diriku dan kakakku walau ia jarang di rumah. Mau membersihkan kamar Mama dan Papa, kamar itu dikunci. Akhirnya aku memutuskan untuk membersihkan kamarku dan Nathan saja. Selesai membersihkan diri dan kamarku, aku masuk ke kamar Nathan. Untung saja kamar ini masih wangi dan tidak dipenuhi bau alkohol dan semacamnya yang bisa membuatku mual seketika.

Butuh waktu yang cukup lama membereskan kamar Nathan karena memang sifat kakakku yang berantakan dan cuek selama ia masih bisa tidur nyenyak dalam kamarnya ini. Banyak pakaian Nathan yang bertebaran di lantai kamar, sarung bantal yang terlepas, meja belajar yang berantakan adalah pemandangan yang biasa bagiku saat memasuki kamar Nathan. Ya kecuali saat aku baru membersihkannya. Aku memungut semua baju Nathan yang bertebaran sambil melihatnya miris, baju ini terlalu bagus untuk hanya ditebar di lantai kamar dan diperlakukan mungkin seperti keset kaki. Kalau itu bajuku, mungkin aku sudah memperlakukannya sangat hati hati. Lalu aku mengganti sprei kasurnya yang sudah cukup lama dipakai Nathan. Aku mengambilnya dari lemari kakakku dan memilih sprei yang paling bawah karena sudah cukup lama sprei itu tidak dipakai. Aku memilih yang berwarna hitam, entah kenapa aku memilih warna ini karena biasanya aku menghindari warna ini. Tapi karena Nathan menyukainya, yasudah.Ditambah lagi dengan bahannya yang sangat halus, yang pasti berbeda dengan sprei yang ada di kamarku yang sudah tampak kusam dan lusuh. Ya, sprei yang kupakai hanyalah sprei bekas yang sudah tidak diinginkan oleh orang tuaku dan Nathan jadi ya maklum saja.

Aku menarik sprei itu dan kemudian selembar foto terjatuh dari tumpukan sprei itu. aku mengambil foto itu dan melihatnya, mataku terbelalak kaget saat melihat foto yang sudah 12 tahun yang lalu dicetak.

TBC

Makasih buat readers yang udah mau baca

Sorry juga karena baru update.. kehabisan ide nih .. yang punya saran cerita silahkan komen

Tolong bantuan kalian buat kasih komen tentang cerita ini karena readers cerita ini berkurang terus...

Tolong bantu saya T-T

Makasih sebelumnya :)

-X-

Behind That Smile (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang