Nathan's POV
Keesokan harinya semua keluarga sudah mempersiapkan pemakaman Adel. Semua keluarga besarku tentu saja datang ke acara ini. Jujur saja aku masih merasa bersalah karena keluarga besarku yang lain juga ikut membenci Adel atas apa yang aku alami. Memang dari dulu keluargaku lebih menyayangiku dibandingkan dengan Adel. Aku jauh lebih diperhatikan oleh mereka dibanding adikku. Hanya nenekku yang berlaku adil pada kami. Bahkan Adel merupakan cucu kesayangan nenekku.
Setelah berita kematian Adel sampai ke keluargaku, semua tampak sangat terkejut dan beberapa dari mereka ada juga yang awalnya tidak peduli dengan kepergian Adel. Tapi mereka semua tetap hadir dalam acara ini. Cukup banyak memang keluargaku dan teman - temanku dan Adel yang datang, ada pula beberapa teman dekat Adel yang aku pernah lihat di post instagram punya Adel. Kelihatan sekali ada kesedihan mendalam di mata mereka. Setidaknya dengan itu aku bisa merasa sedikit lega melihat ketulusan di mata ketiga teman Adel itu. Setidaknya dia bisa memiliki teman sejati yang betul betul memberinya kasih sayang saat dimana keluarganya sendiri tidak bisa memberikan itu.
Aku yang masih harus duduk di kursi roda akibat operasi pun menghampiri kumpulan teman teman Adel itu yang sedang menangis sambil melihat mayat Adel yang terbujur kaku tapi wajahnya terlihat damai dan tenang.
"Permisi... Kalian temen nya Adel? " tanyaku pada mereka dan mereka terlihat cukup kaget.
"Oh.. Iya, Emm... Kak Nathan ya? Kakaknya Adel? " tanya salah seorang dari 3 gadis itu.
"Iya... Kalian tau ?" tanyaku sedikit heran.
"Oh.. Maaf kak. Dulu Adel sempet cerita cerita dikit tentang kakak sama kita." jawab seorang yang lain
"Gak apa apa. Gak usah minta maaf. Aku cuma mau bilang makasih ke kalian udah mau jadi temen Adel. Maafin kesalahan dia kalau dia pernah buat salah sama kalian. Yah.. Mungkin kalian udah tau juga kalau aku itu kakak yang gak baik buat Adel kurang pantes minta maaf atas nama Adel. Skali lagi aku mau bilang makasih.... Emmm... " kataku terhenti karena jujur aku tidak tau nama mereka.
"Oh... Aku Glory kak, yang di sebelah aku Steffi sama itu Adine." jawab.. Glory sambil mengenalkan masing masing temannya.
"Kak Nathan gk usah khawatir, Adel gak pernah buat salah apa apa sama kita. Malah dia selalu bantuin kita. Dia juga yang selalu bikin kita ketawa kalo lagi bareng bareng. " jawab seseorang yang namanya Steffi kalau tidak salah."Oh... Salam kenal ya. Skali lagi makasih udah mau temenin Adel. " jawabku dan tanpa sadar air mataku menetes dan aku menghapusnya kasar.
"Kak Nathan juga jangan sedih lagi. Mungkin kakak pikir Adel kecewa sama kakak. Mungkin dia pernah kecewa trus sedih karena kakak. Tapi Adel tetep sayang kok sama Kak Nathan, dia sendiri yang bilang ke kita dan kita tau kalo Adel tulus bilang itu. Dia juga cerita kalo dia sama Kak Nathan juga udah baikan, dia bahagia banget kak. Jadi kakak jangan sedih lagi. Nanti Adel gak tenang di sana. Kita harap kakak dan keluarga kuat. Karena kita tau kalau Adel itu baik banget dan dia pasti punya tempat khusus di hati kita masing masing." jelas gadis bernama Adine panjang lebar dan itu benar, sudah cukup aku menangis.
"Makasih banget ya. Aku bersyukur Adel bisa ketemu sama kalian. Kalian baik banget, tolong bantu doa untuk kebahagiaan Adel di sana ya." jawabku pada mereka semua.
Mereka mengangguk dan aku segera bergabung dengan orang tua ku untuk bersiap siap memulai acara pemakaman Adel.
Adel sudah terkubur di bawah sana, bersatu dengan tanah. Dan orang mulai meninggalkan tempat itu satu persatu. Hingga hanya ada keluarga besarku di sini."Permisi om, tante, sepupu dan segala kerabat disini, aku tau beberapa dari kalian masih kurang menyukai Adel bahkan sampai sekarang. Sekarang aku cuma mau bilang, tolong banget maafin Adel. Supaya Adel bisa tenang disana. Kalau aku bisa sujud aku bakal sujud di hadapan kalian supaya kalian mau maafin Adel. Tapi aku gak bisa karena kakiku baru dioperasi karena kejadian yang menimpa aku sama Adel. Kejadian yang sama yang buat Adel pergi, dia ngelindungin aku. Bahkan operasinya itu juga karena transplantasi lutut yang aku dapet dari lutut Adel. Aku mohon banget maafin Adel, jangan benci dia lagi. Ini sama sekali bukan salah dia. " jelasku di depan semua keluargaku berharap mereka bisa melupakan ketidak sukaan mereka pada Adel
"Nathan, boleh kamu ceritain semuanya, apa yang udah menimpa kamu sama Adel?" tanya nenek padaku.
"Ok, bakal aku ceritain semuanya. " kemudian aku menceritakan semua kejadian, dimulai dari aku yang menceritakan kejadian 12 tahun lalu sampai kejadia aku bertemu Adel. Aku sudah cukup kuat menghadapi semuanya dan tidak meneteskan air mataku setetes pun.
Tapi yang aku lihag sekarang hanya semua keluargaku menangis dan sekarang mereka mulai termenung dan beberapa dari mereka mulai berdoa dan meminta maaf di depan makam Adel. Aku tersenyum lega melihat itu semua dan aku kembali melihat bayangan Adel dengan gaun putih dan dia terlihat sangat cantik, melihat kearahku dan merangkai kata 'terima kasih' dengan mulutnya. Aku tersenyum dan mengangguk ke arahnya dan dia tersenyum dan berjalan menjauh dariku.
Kemudian aku mama dan papa kembali ke rumah kami dan mulai membereskan kamar Adel. Aku menolak barang barang Adel dipindahkan. Aku masih ingin merasakan kehadiran Adel dirumah ini, walaupun hanya barang barangnya setidaknya itu bisa sedikit mengurangi rasa rinduku padanya.
7 tahun kemudian.
Sekarang sudah 7 tahun semenjak kematian Adel. Sekarang aku sudah lulus kuliah dan menjadi anggota dari tim nasional basket Indonesia. 3 bulan setelah kematian Adel, aku telah diperbolehkan bermain basket lagi karena proses pengobatan lututku sudah selesai, aku memutuskan ikut dalam tim basket kampusku dan mulai mengikuti lomba lomba. Tapi aku juga tidak melupakan kuliahku dan lulus dengan nilai yang cukup baik.
Papa dan mama juga sudah menerima kepergian Adel dan kini lebih sering berada di rumah dan mengurangi pekerjaan di luar negri.
Aku sekarang juga sudah menemukan kebahagiaanku, aku mendapat seorang calon istri yang sangat baik. Bernama Feli, dia sangat pengertian. Aku jujur saja bisa merasakan sifat sifat Adel dalam diri Feli. Saat pertama kali aku memperlihatkan foto Adel padanya ia cukup kaget karena wajah mereka bisa dibilang lumayan mirip. Tapi aku mencintainya bukan karena kemiripannya dengan Adel. Feli juga tidak masalah dengan itu dan percaya kalau aku mencintainya dengan tulus. Saat aku menceritakan tentang Adel padanya sebelum pertunangan kami , Feli langsung menangis kencang dan memohon mohon padaku untuk membawanya ke makam Adel untuk meminta izin.
"Kak Nathan!! " panggil seseorang.
"Adel??!! " aku kaget melihat sosok Adel di depanku.
"Hehehe.. Aku cuma mau bilang selamat buat kakak karena bentar lagi udah nikah. Kakak harus janji sama aku kalau kakak harus bahagiain Kak Feli. Aku tau kok kakak cinta sama dia tulus. Jadi bahagiain dia ya.. Jangan bikin anak orang nangis, kalo kakak ngelanggar aku bakal marah." ucap Adel dengan nada sok sok memerintah
"Iya iya... Gak usah sok sok merintah gitu. Kakak pasti bakal bahagiain dia, itu tanggung jawab kakak kalo kakak nikahin dia. " jawabku pada adik yang sangat aku rindukan itu .
"yaudah deh... Aku pergi dulu ya. Makasih banget kakak udah mau jadi atlet lagi dan wujudin semua keinginan aku. Kakah baik baik disini ya. Kapan kapan kita ngobrol lagi. " balas Adel padaku
Aku mengangguk dan memeluk dia sebentar sebelum ia benar benar pergi.
Aku terbangun setelahnya dan aku tersenyum sendiri mengingatnya. Kemudian aku segera bersiap siap karena hari ini aku akan secara resmi menikahi Feli.
Setelah prosesi pernikahan panjang, aku dan Feli pergi ke makam Adel dan berdoa di sana. Lalu aku menceritakan mimpiku pada Feli dan dia tertawa karenanya.
"Adel, makasih udah mau percayain kakak kamu satu ini ke aku. Kamu tenang aja, kalo dia macem macem sama aku, aku bisa lebih parah dari yang dia perbuat. " ucap Feli sambil terkekeh pelan, tapi aku justru jadi sedikit takut.
Kemudian aku melihat lagi bayangan Adel yang tersenyum ke arahku dan Feli. Aku melihat Feli yang juga sepertinya melihat Adel karena dia ikut tersenyum ke arah Adel. Aku melihat Adel melambai ke arah kami dan kami berdua membalas lambaian tangan itu dan kemudian Adel menghilang.
"Selamat berbahagia ya." sayup sayup suara Adel terdengar di antara hembusan angin.
.
.
.THE END
Ini udah chapter terakhir...
Makasih banget yang udah mau baca cerita ini
Makasih yang udah ngedukung cerita ini sampai cerita ini selesai.
Maaf aku sering updatenya lama... Update yang ini juga lama soalnya aku juga baru beres uts hehehePokoknya makasih ya semuanya :*
-X-
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind That Smile (END)
Novela JuvenilTersenyum adalah cara terbaik untuk menutupi semua kesedihan dan kekecewaan yang dihadapi. Saat orang orang berfikir tidak akan ada yang bisa merusak kebahagiaannya, hanya dia dan Tuhan lah yang mengetahui jawabannya. Saat dimana akan tiba dimana ia...