Nineteenth

24.1K 1K 6
                                    

Adel's POV

"Adel !!!!" terdengar teriakan mama dari luar.

Aku segera keluar kamar dan melihat bahwa mama papa dan kakak yang sudah berpakaian sangat rapi dan jangan lupa terlihat sangat elegan karena pakaian rancangan designer ternama yang melekat di tubuh mereka. Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali papa dan mama membelikanku barang barang mahal seperti itu, apalagi pakaian formal dan elegan itu. Kalau tidak salah terakhir aku memakai gaun adalah saat pernikahan sepupuku yang sudah 3 tahun berlalu dan itupun gaun yang diberikan oleh sepupuku sebagai seragam keluarga. Untuk gaun yang dibelikan orang tuaku, mungkin itu adalah saat ulang tahunku yang ke 4, ulang tahun terakhir yang dirayakan papa dan mama untukku. Bahkan mereka tidak datang saat ulang tahunku setelahnya. Berbeda dengan ulang tahun Nathan yang selalu dihadiri oleh papa dan mama beserta seluruh keluarga besar dan jangan lupa juga semua kemewahan di dalamnya. Bahkan aku tidak pernah bisa menghadiri acara ulang tahunnya jika itu diadakan di luar rumah. Aku hanya membantu untuk menyiapkan persiapan pesta dan selalu ada di rumah saat acara berlangsung.

"Kami mau pergi sekarang, jaga rumah dan gak usah nunggu kami pulang." Ucap papa dengan nada yang tegas. Memang papa adalah orang yang tegas dan penuh wibawa, tapi itu semua akan hilang hanya di depan keluarganya, ya kecuali AKU.

"Iya pa, kalian hati hati ya." Ucapku sambil membukakan pintu untuk mereka sambil terus tersenyum. Bahkan mereka tidak notice mataku yang sudah bengkak karena menangis, padahal aku cukup yakin mataku ini sudah sangat jelas terlihat merah dan bengkak. Tapi itu biasa kalau bicara tentang mereka ber 3 yang bahkan tidak akan sadar jika badanku belum ada yang diperban.

Mereka hanya berlalu tanpa menoleh padaku dan menaiki mobil mewah yang biasa selalu dipakai mereka bertiga. Aku bahkan tidak tau seperti apa keadaan di dalam mobil keluaran luar negri itu, tidak pernah ada yang mau mengajakku masuk ke dalam mobil mewah itu. Dan kalau tidak salah aku terakhir naik mobil pribadi seperti itu adalah 3 bulan yang lalu saat persiapan ulang tahunku yang dirayakan oleh nenekku. Nenekku merayakannya karena ia merasa kasihan padaku yang ulang tahunnya tidak pernah dirayakan. Bahkan mama papa dan kakakku saja jarang mengingat ulang tahunku.

Melihat kepergian orang tuaku dan kakakku, aku segera masuk dan memasak makanan untukku. Selesainya aku langsung masuk ke kamarku dan tidak sadar aku membuka lemari bajuku yang mungkin isinya hanya separuh jika dibandingkan dengan lemari baju kakakku yang dipenuhi dengan pakaian pakaian branded. Sangat berbeda dengan pakaianku yang hanya berisi pakaian biasa dan sebagian besar di antaranya kubeli saat ada acara diskon di tokonya. Karena uangku terbatas dan orang tuaku tak pernah membelikanku pakaian semenjak aku masuk ke kelas VIII di SMP. Semenjak itu pula aku menabung kalau ingin membeli sesuatu. Dan sekarang aku tidak bisa membeli apa apa karena aku sedang menabung untuk membayar semua kebutuhanku untuk tahun ajaran baru kira kira 7 bulan lagi. Aku sudah mulai berhemat mulai sekarang dengan selalu membawa bekal dan berusaha jajan seminimal mungkin. Untung saja orang tuaku masih mau membayar biaya sekolahku, karena kalau tidak mungkin aku tidak akan bisa jajan karena uangnya harus dipakai untuk membayar uang sekolah tiap bulannya.

Hatiku miris melihat keadaan lemariku yang sangat membosankan, hanya berisi seragam kaos, celana, dan beberapa rok untuk keperluan sekolah. Dan masih menyisakan celah sekitar setengah dari lemariku. Jangan harap akan menemukan gaun bagus dan aksesoris di kamarku ini. Punya baju buat dipakai aja udah bagus. Tapi aku memang masih menyimpan gaun 3 tahun yang lalu itu dan selalu kujaga karena aku tidak yakin bisa mempunyai gaun selain itu, walaupun sebenarnya gaun itu sudah sedikit kependekan untukku, tapi apa boleh buat, dari pada tidak ada.

Alasan aku tidak memiliki gaun selain itu walau papa dan mama selalu pergi ke acara rekan kerjanya yang sebagian besar adalah acara formal yang menuntut memakai gaun adalah karena orang tuaku TIDAK PERNAH mengajakku ke acara seperti itu. Aku tidak pernah mengenal rekan kerja papa dan mama kecuali kalau mereka pernah berkunjung ke rumah. Papa dan mama selalu hanya mengajak kakakku yang memang adalah anak kebanggannya. Terkadang juga rekan kerja orang tuaku menganggap aku adalah anak bodoh yang susah diatur karena orang tuaku selalu meninggalkanku saat ada acara seperti itu dan tidak pernah memajang piala dan piagamku di ruang keluarga ataupun di ruangan manapun di rumahku kecuali kamarku dan GUDANG, ya sebagian penghargaanku ada di dalam kamarku dan sebagian lagi ada di gudang. Berbeda dengan penghargaan kakakku yang tersebar di seluruh penjuru rumah.

Kalau dilihat, di rumahku hanya ada 1 fotoku yang ada di rumah ini, tentu saja selain kamarku dan gudang. Yaitu foto keluarga yang sama dengan yang ada di kamarku, dan itu juga dicetak karena selalu menjadi pertanyaan tamu yang datang ke rumah. Jadi mau tidak mau mereka harus berfoto denganku dan harus digantung di dinding ruang keluarga rumah ini. Kalau saja tidak ada rekan kerja mereka yang menanyakannya, aku bisa jamin 100 % kalau tidak akan ada acara seperti foto keluarga semacam itu.

TBC

Makasih buat yang mau baca

Kritik saran kesan ditunggu ya, bakal dibaca kok =D

Kalo punya ide buat penderitaan Adel bisa kasih saran juga, mulai bingung mau apa lagi

Makasih ya =D

-X-

Behind That Smile (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang