Thirteenth

26.7K 1.2K 10
                                    

Still Nathan's POV

"Kalian mau makan apa?" tanya Adel dengan nada yang lembut walau aku tau bahwa dia masih marah dengan wanita di pelukanku ini.

"Ter..." "Gua mau makan steak. Pokoknya kalo bukan itu, gua gak mau makan." Sela Jessy saat aku mau menjawab Adel.

"Tapi, di rumah ini gak ada daging yang bisa dimasak steak. Jadi gimana?" tanya Adel dengan nada tinggi yang ditahan tahan.

"Pokoknya gua mau makan steak. Lagian gua gak yakin masakan lu enak, palingan lu juga cuma bisa masak mie instant sama telor ceplok doang, pake alasan gak ada bahan segala."

"Asal lu tau ya, gua yang selalu masakin buat cowok lu itu." Adel membalas perkataan Jessy dengan nada yang mulai tinggi.

"Udah deh, kamu gak mau makan yang lain aja? Katanya tadi kamu udah laper." Kataku pada wanita yang sedari tadi ini meremehkan.

"Ya udah, lu terserah mau masak apa. Awas aja kalo gak enak terus gua keracunan. Gua laporin lu. Dan inget, gak pake lama. Gua udah laper."

"Kalo masakan gua gak enak terus ngerancunin, kakak gua pasti gak bakal mau lagi makan masakan gua." Jawab Adel dengan tatapan tajam ke arah Jessy.

"Ya udah, Adel cepetan sana masak. Jangan sampe kita semua mati kelaperan gara gara kelamaan debat di sini." Sergahku sebelum Jessy membalas perkataan Adel.

30 menit kemudian Adel memanggil kami makan, kulihat meja makan sudah terisi dengan masakan Adel. Memang tidak banyak, ayam goreng tepung dengan saus asam manis, cah kangkung, dan nasi putih. Tapi menurutku ini sudah termasuk cepat untuk membuat semua masakan ini dengan waktu 30 menit.

"Silahkan makan duluan, aku siapin air sama obat kak Nathan dulu." Ucap Adel sambil mencari obat di kotak obat.

"Cih, lama banget sih Cuma buat masak ginian doang." Ejek Jessy sambil mengambil nasi putih untuknya.

"Masih untung udah jadi sekarang. Udah lah, gua gak mau berantem lagi sama lu, gua juga cape." Jawab Adel sambil menyendokkan nasi untukku.

Kemudian kami makan dalam diam, tidak ada yang memulai pembicaraan sampai,

"Ah, biasa aja. Gak ada spesial spesialnya." Ejek Jessy sambil melihat ke arah makanannya."

Adel hanya diam mendengar perkataan Jessy.

"Eh, gua ngomong sama lu pembantu, denger gak?" lanjut Jessy dengan muka kesalnya.

"Kalo gua jawab, pasti berantem. Kasian gua sama kak Nathan, entar bisa tambah pusing. Kalo emang gak suka, sarapan besok lu aja yang masak. Gua harus beres beres." Jawab Adel dengan pandangan tetap ke arah piringnya.

"Idih, siapa lu nyuruh nyuruh gua. Ok, besok gua yang akan masak, liat aja pasti masakan gua lebih enak." Bangga Jessy.

"Ok.. Kak, ini obatnya. Abis ini mau dipijitin gak sebelum tidur?" Ucap Adel sambil memberiku sebutir obat dan segelas air.

"Gak usah sok perhatian deh. Lagian kayak bisa mijit aja, yang ada malah tambah pusing gua entar." Jawabku setelah meminum obat.

"Rasain lu." Gumam Jessy pada Adel yang masih bisa tedengar olehku.

Author's POV

Adel bisa saja ingin membalas Jessy kalau tidak mengingat keadaan kakaknya. Adel segera membereskan meja makan dan ingin masuk ke kamarnya, sampai ada tangan yang menahan bahunya.

"Lu siapin keperluan mandi gua. Baju, handuk, sikat gigi terus bawa ke kamar Nathan." Perintah Jessy.

"Ambil aja sendiri, lagian udah tau kan dimana. Lu kan sering siapin keperluan cowok lu." Tolak Adel dengan nada tidak suka. Adel sangat benci kalau cewek yang paling sebentar lagi akan dicampakkan Nathan ini seenaknya saja memerintahnya.

"Adeline, ambilin aja emangnya kenapa sih?" bentak Nathan pada Adel. Dan yang dibela hanya memasang senyum penuh kemengannya.

"Iya deh, kalau bukan kakak yang suruh gak bakal mau gua." Ucap Adel saat melewati Jessy.

Setelah semua keperluan Jessy telah selesai, Adel kemudian masuk ke kamarnya dan mengerjakan tugas Kimia nya yang belum sempat dikerjakannya karena harus mengurus cewek manja yang bernama Jessy itu.


TBC


Makasih yang masih mau baca

Kritik, saran, dan kesan baca cerita ini komen aja ya =D


-X-

Behind That Smile (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang