Adel's POV
15 menit kemudian, Gisella, Stakia, Leiora, dan Felice menghampiriku di kantin saat aku sedang bercanda dengan Steffi, Glory, dan Adine. Aku bisa melihat tatapan kesal dan marah dari mata mereka. Aku sudah tau pasti apa yang akan mereka katakan, tapi aku terus memasang senyum palsu andalanku.
"Eh Del, ngapain sih maen sama anak miskin kek mereka. Gak level tau gak, tar lu dimanfaatin sama mereka baru tau rasa." Cemooh Stakia dengan gaya sok andalannya.
"Lu jangan ketipu sama muka sok polos mereka deh, Del. Udah ikut sama kita aja sini, nih makanan lu. Kita pindah meja se.ka.rang." Perintah Felice dengan penekanan di kata katanya.
"Apaan sih kalian, biasa aja lah sama mereka. Emang salah banget yah gua main sama mereka juga?" belaku terhadap cemoohan teman temanku.
"Salah banget Madeline Rosetta, lu pinter tapi bolot." Gerutu Leiora yang disambung anggukan Gisella yang diam saja dari tadi.
"Maafin sikap temen temen gua yah, gak usah masukin ke hati." Kataku pada ke 3 orang yang masih duduk di bangku kantin yang dari tadi kutempati, sambil tanganku ditarik oleh Gisella.
Mereka hanya membalas dengan senyum, dan kuharap mereka tidak marah padaku. Sedangkan Gisella masih saja menarik tanganku ke arah bangku kantin yang selalu kami tempati.
"Del, tadi lu kok gak nengok nengok ke gua sih? Gua kan udah ngode ngode lu dari tadi." Tanya Gisella yang sudah kunantikan dari tadi.
"Iya nih Del, lu tau gak kalo tadi gua udah nyerah ngerjain tu soal. Soal terkutuk tuh emang." Gerutu Stakia sambil memakan bakso yang dibelinya.
"Iya maaf deh kalo gitu, gua gak tau kalo kalian ngode gua." Jawabku dengan nada bercanda agar tak ada dari mereka yang marah.
Kemudian hari berjalan normal sampai bel pulang sekolah. Saat aku ingin pulang melewati jalan menuju gerbang sekolah, aku melihat mobil ke 4 temanku yang hanya melewatiku begitu saja. Padahal aku tau persis bahwa rumahku dan rumahnya ada di satu komplek perumahan.
Aku hanya menggelengkan kepala melihat temanku itu yang tidak terlalu peduli padaku. Mereka hanya berhenti untuk sekedar berpesan untuk berhati hati.Baru saja aku sampai di depan gerbang sekolah, aku melihat Glory dkk sedang berdiri di halte depan sekolah. Aku segera menghampiri mereka dan mengejutkan mereka.
"Adel... jangan ngangetin ah, untung gua gak ada riwayat sakit jantung." Maki Glory sambil mengelus dadanya.
"Hahahahahaha... aduh maaf deh maaf. Oiya, kalian mau ke arah mana?" tanyaku yang masih diselingi tawa puasku.
"Ke Jl. Cendrawasih (ok ini ngarang doang). Kamu mau kemana Del?" tanya Steffi dengan nada yang sangat sopan yang bisa saja membuatku tertawa.
"Eh, sama dong. Kita bareng yah ..." pintaku dengan nada yang manja.
"Loh, emang orang kaya kek lu gak dijemput supir ato siapa gitu Del?" tanya Adine yang disahuti anggukan oleh ke 2 orang lainnya.
"Kalo gua dijemput, gua ngapain ada disini Adineee?? Lagian gua udah biasa kok naik angkutan umum kek gini." Jawabku sambil merangkul bahu Adine yang tinggi badannya lebih pendek dariku.
Mereka hanya ber oohh ria dan kemudian naik ke angkutan yang sama denganku dan mengobrol sepanjang perjalanan sampai aku harus turun karena aku sudah ada di halte yang ada tidak jauh dari komplek rumahku.
Setelah berpisah dengan mereka, aku langsung bergegas menuju rumah karea takut kakakku sudah pulang dan tidak ada makanan di rumah. Aku tidak mau membuatnya marah lagi. Karena itu bisa jadi sangat menyeramkan.
TBC
Sorry banget karena chap ini aku ngerasa pendek dan ngebosenin banget, tapi emang aku lagi bingung gimana buat bikin cerita ini bisa seru
Jadi mohon bantuan kritik sarannya. Soalnya readersnya berkurang terus :'(
-X-
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind That Smile (END)
Novela JuvenilTersenyum adalah cara terbaik untuk menutupi semua kesedihan dan kekecewaan yang dihadapi. Saat orang orang berfikir tidak akan ada yang bisa merusak kebahagiaannya, hanya dia dan Tuhan lah yang mengetahui jawabannya. Saat dimana akan tiba dimana ia...