Ninth

28.8K 1.4K 5
                                    

Author's POV

Kring....

Kring....

Jam weker yang ada di meja belajar Adel telah berbunyi menandakan sudah pukul 4 pagi yang merupakan jadwal tetap Adel untuk bangun dan menyiapkan kebutuhannya dan kakaknya.

Adel langsung bangun dari tempat tidurnya walau ia masih sangat ingin berbaring lebih lama lagi. Adel menyiapkan kebutuhan sekolahnya dan memastikan ia sudah menyalin semua catatan yang kemarin dikirimkan oleh temannya karena Adel harus izin karena sakit. Kemudian ia bersiap mandi dan 20 menit kemudian ia sudah siap dengan memakai seragam sekolah yang menunjukkan lambang salah satu sekolah terbaik di Indonesia, Setta International High School.

Ya.. sekolah Adel saat ini adalah milik keluarganya yang sudah diwariskan turun temurun. Selain pengusaha yang sukses, ayah Adel dan Nathan merupakan pemilik tunggal Yayasan Pendidikan Setta yang memiliki SMU dan Universitas yang menjadi tempat Nathan dan Adel bersekolah. Tapi Adel tak pernah bersikap sok berkuasa dengan menggunakan statusnya sebagai keturunan pemilik sekolahnya. Berbeda dengan kakaknya, Nathan selalu saja membuat masalah dan menggunakan nama belakangnya sebagai perisai. Mahasiswa bahkan dosen dan rektor di kampusnya tak bisa berkutik karena Nathan adalah putra tunggal pemilik universitas itu, jadi mereka hanya menahan amarah mereka agar masih bisa berada di kampus paling ternama itu.

Back to Adel .....

Setelah selesai menyapu dan merapikan sedikit rumahnya, Adel bergegas kamar kakaknya untuk membangunkannya. Nathan memang membiarkan adiknya masuk ke kamarnya saat pagi karena Nathan tidak akan bisa bangun pagi kalau tidak digoyang goyangkan badannya.

"Kak, bangun... Hari ini kakak ada kelas pagi kan." Ucap Adel lembut sambil menggoyang - goyangkan badan kakaknya yang masih tertidur pulas.

"Kak... Ayo bangun, entar telat loh." Ucap Adel lagi karena melihat kakaknya yang masuk kembali dalam selimutnya.

"Iya iya gua bangun, cerewet amat. Lagian gua telat juga gak bakal ada yang berani marahin gua." Kata Nathan dengan nada meremehkan sambil berlalu ke kamar mandi.

Adel hanya menggelengkan kepalanya dan berjalan ke dapur untuk menyiapkan sarapan dan membuat bekal untuknya. Sejak kecil Adel selalu terbiasa membawa bekal, berbeda dengan Nathan yang tak pernah mau membawa bekal karena menurutnya itu tidak keren dan terkesan manja.

30 menit kemudian Adel telah selesai membuat sandwich untuk sarapan dan nasi goreng untuk bekalnya.

"Kak, sarapannya udah siap." Teriak Adel memanggil kakaknya dari dalam kamar.

"Lu buat apa hari ini, awas kalo gak enak." Tanya Nathan sambil berjalan ke ruang makan.

"Sandwich, kakak suka sandwich kan? Sandwich nya gak pake keju kok." Jawab Adel sambil membereskan peralatan masak, dan berjalan ke ruang makan.

Adel memakan sarapannya terburu buru kemudian meminum obatnya. Setelah melihat Nathan telah selesai dengan sarapannya, Adel segera mencuci piring - piring yang ada di meja makan.

"Kak, aku pergi dulu ya.. kakak bawa motornya hati hati, jangan ngebut." Pesan Adel sebelum meninggalkan rumahnya untuk mencari angkutan umum menuju sekolahnya.

"Cih, cerewet amat sih tu bocah. Gua kan jago balap." Gerutu Nathan sambil memakai sepatu branded nya yang ia dapat dari orang tua nya. Tidak seperti Adel yang dibiarkan saja oleh orang tuanya yang hanya memakai sepatu yang didapatnya saat ulang tahunnya 4 tahun yang lalu. Adel sudah sering meminta orang tuanya membelikan sepatu baru karena sepatunya saat ini sudah sedikit sempit, terkadang membuat kakinya lecet saat melakukan olahraga, tapi orang tuanya selalu hanya membelikan untuk Nathan.
Jadi Adel hanya pasrah memakai sepatu itu dan sudah mulai terbiasa dengan lecet pada kakinya.

Walaupun sekolah Nathan dan Adel satu arah, Nathan tidak pernah mau berangkat bersama dengan adiknya itu. Dan orang tua mereka tidak masalah dengan itu. Mereka membiarkan Adel berdesakkan di angkutan umum. Awalnya memang sedih bagi Adel, tapi itu semua sudah lama berlalu, jadi Adel sudah terbiasa dengan itu. Adel sudah semenjak kelas 4 SD di perintahkan naik angkutan umum oleh orang tuanya. Mereka tidak mau lagi menyiapkan supir untuk mengantar jemput Adel.
Padahal sebelumnya Adel berangkat bersama dengan kakaknya, tapi Nathan beralasan kalau mengantar Adel membuat Nathan sering terlambat sekolah. Karena itu, Adel disuruh untuk naik angkutan umum baik berangkat ataupun pulang sekolah.

Sampai di sekolah, Adel langsung berjalan menuju kelasnya. Adel merupakan murid di kelas XI IPA I yang merupakan kelas unggulan, dimana hampir semua murid di kelas ini memiliki nilai yang bagus tapi sebagian dari mereka memiliki sifat sombong yang melebihi rata rata.

Adel bukanlah salah satu dari anak sombong itu walau ia adalah putri pemilik sekolah itu. Itulah yang membuat orang orang ingin menjadi temannya, Adel selalu menjawab dengan ramah saat orang bertanya padanya. Tidak pernah menindas orang yang memiliki nilai yang rendah atau orang yang tidak seberuntung dirinya. Adel selalu menolong temannya dengan ikhlas tanpa meminta pamrih darinya.

Tidak seperti orang yang selalu memanfaatkan kebaikan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.

TBC

Makasih semua yang udah mau baca cerita ini.

Buat penderitaan Adel selanjutnya bakal ada di chapter selanjutnya, tapi gak se menderita penderitaan sebelumnya. Tapi bakal ada lagi yang lainnya, tunggu aja ya. =D

-X-

Behind That Smile (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang