Author's POV
Di ballroom sebuah hotel bintang lima di pusat kota Jakarta, berkumpul beberapa pengusaha tersukses di Indonesia beserta keluarganya sedang menikmati pesta anniversary hotel tersebut yang pemiliknya adalah salah satu rekan bisnis keluarga Setta. Telah turun temurun kedua perusahaan ini selalu bekerja sama dalam bisnis apapun.
"Oi, Robert, akhirnya lu balik ke sini ya. Udah kangen gua sama lu." Sapa pemilik dari hotel megah itu.
"Prasta ? udah berubah aja ya lu." Sapa balik Robert, pemilik dari Setta Group yang adalah ayah dari Adel dan Nathan.
"Masa udah 5 tahun kita gak ketemu gua masih gitu gitu aja. Tapi lu gak berubah ya?" canda pemilik hotel tersebut.
"Bisa aja lu. Oh iya, ini anak gua, Nathan. Ini kenalin sahabat papa dari kecil, namanya Om Prasta. Dia pemilik hotel ini sekaligus rekan bisnis papa." Kata Robert sambil mengenalkan para lelaki ini.
"Salam kenal om, aku Nathan Prasetta." Ucap Nathan sopan pada Prasta.
"Salam kenal, oh iya kalo gak salah kalian punya dua anak kan, Mon?" tanya Prasta pada Monique, perempuan di samping Robert yang sedari tadi diam mendengar pembicaraan para laki laki ini.
"Iya, Cuma dia gak bisa dateng hari ini, dia ada tugas sekolah katanya." Jawab Monique berbohong.
"Udah liburan masih ada tugas aja. Emang susah ya sekolah zaman sekarang." Ujar Prasta bingung.
"Iya, ngomong ngomong lu belum nikah nikah juga ya sampe sekarang?" tanya Robert dengan mata meledek.
"Udah gak usah bahas masalah itu, gua udah gak mikirin itu lagi. Gua masih pengen fokus sama perusahaan orang tua gua ini ,sama gua juga masih harus ngurus mereka juga kan." Jawab Prasta dengan muka serius.
"Iya deh iya, ya udah acaranya gak lu mulai? Mau nunggu sampe kapan Prasta?" tanya Robert
"Kan gua nungguin lu dateng dulu." Jawab Prasta sambil berlalu menuju panggung di ballroom tersebut.
Acara berlangsung dengan sangat formal dan acara selesai pukul 11 malam. Keluarga Nathan langsung saja pulang karena hari memang sudah larut. Sama sekali tidak terlintas di pikiran mereke keadaan apalagi perasaan Adel yang ditinggal di rumah sendirian. Mereka selalu menganggap bahwa itu adalah hal yang biasa untuk Adel dan Adel juga tidak pernah mengeluh masalah itu. Sampai di rumah jam sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam.
Saat masuk ke dalam rumah, mereka melihat ada catatan kecil dan 3 cangkir dan 1 termos di atas meja di ruang keluarga. Catatan itu berisi pesan dari Adel.
"Kalian pasti cape, maaf Adel tidur duluan. Di dalam termos ada teh manis hangat kalau kalian mau, kalau gak mau ya udah diemin aja di situ, besok aku beresin.
Selamat malam, semoga tidur nyenyak.
-Adel- "Nathan yang membaca pesan itu hanya mendesah dan memberi catatan itu pada mama dan papanya. "Mama papa mau minum gak teh nya? Aku mau mandi terus tidur. Cape."
"Gak deh, mama juga udah cape." Ucap Monique yang langsung berjalan ke kamarnya diikuti Robert yang tidak berkata apa apa.
Nathan langsung saja kembali meletakkan catatan itu kembali ke tempat semula dan masuk ke kamarnya.
Sedangkan Adel hanya mendesah kecewa dan keluar kamarnya saat yakin sudah tidak ada orang di luar. Sebenarnya Adel sudah tidur, hanya ia terbangun karena mendengar bunyi mobil dan suara ke 3 anggota keluarganya yang lain. Adel membereskan semua cangkir dan menyimpan termos itu ke dalam kulkas dengan rencana dia akan meminumnya besok siang. Adel sebenarnya tidak terlalu berharap bahwa keluarganya akan meminum teh buatannya. Tapi tetap saja itu akan menunjukkan kalau Adel masih peduli pada keluarganya.
Adel's POV
Setelah membereskan semuanya, aku kembali masuk ke kamarku dan melanjutkan tidurku , melupakan semua kekecewaan dalam hatiku.
4 jam kemudian alarm ku berbunyi menandakan hari sudah jam 4 pagi. Aku terlalu malas untuk bangun karena sekarang memang sudah memasuki libur natal dan tahun baru.
a/n : anggep aja yang ulangan kemaren itu UAS ya hehe =pKarena terlalu malas bangun, aku melihat lihat seluruh kamarku mencari hal yang bisa mengisi waktu kosongku ini karena aku tidak bisa tidur kembali. Pandanganku terhenti saat melihat sebuah gitar yang ada di pojok kamarku, itu adalah hadiah ulang tahun dari nenekku yang sangat ingin melihatku bisa bermain gitar. Sebenarnya aku sudah lama ingin memainkannya, tapi jadwal sekolahku dan tugas di rumah membuatku tidak sempat bermain gitar. Jadi apa salahnya kalau aku memulai memainkannya sekarang? Toh aku sudah mulai libur ini.
Aku mengambil gitar itu dan membuka Youtube dan mencari tutorial bermain gitar. Tidak terasa sudah 1 jam aku bermain gitar dengan nada yang masih kacau balau, dan suara ketukan pintu mengusik kegiatan belajarku. Aku segera membuka pintu mendengar ketukan yang semakin kencang dan membuatku takut kalau pintu itu akan rusak karnanya.
TBC
Makasih buat readers yang udah mau baca
Tolong bantuan kalian buat kasih komen tentang cerita ini karena readers cerita ini berkurang terus...
Tolong bantu saya T-T
Makasih sebelumnya :)
-X-
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind That Smile (END)
Teen FictionTersenyum adalah cara terbaik untuk menutupi semua kesedihan dan kekecewaan yang dihadapi. Saat orang orang berfikir tidak akan ada yang bisa merusak kebahagiaannya, hanya dia dan Tuhan lah yang mengetahui jawabannya. Saat dimana akan tiba dimana ia...